Running Back To The Past | Part 21

17 2 0
                                    

Jung Bok Sil sangat bersemangat ketika Gorae datang menjemput. Dia sudah lama sekali melupakan bangaimana mempersiapkan natal. Dulu keluarganya sangat miskin tidak terlalu memikirkan perayaan natal. Dia hanya bisa melihat teman-temannya merayakan natal, berbagi kado dan makan makanan mewah di hari natal.

Sedangkan dia dan keluarganya hampir tidak pernah merayakan perayaan apapun.
Natal hanya pernah dia rayakan dua kali saja dalam hidupnya. Saat Na Ri masih sangat kecil.

Dia berencana membelikan Na Ri dan keluarga Gorae hadiah natal.
Suasana natal sudah sangat terasa ketika mobil memasuki kota Wanju.
Di pusat kota, pohon-pohon natal sudah dipasang dibeberapa toko. Ada juga yang memasang pohon natal di depan pintu masuk pertokoan.

Saat ini siklus hari dingin pada siklus
Samhansaon*, walaupun salju dijalanan tidak terlalu tebal, tapi cuaca sangat dingin dan berangin.

Na Ri menggandeng tangan ibunya menyusuri pertokoan. Gorae berjalan disamping mereka.

"Aku akan belanja disini." Jung Bok Sil berhenti disebuah swalayan, dia seperti meminta waktu untuk berburu hadiah natal sendiri. Dia ingin memberi hadiah kejutan untuk semua orang.

Na Ri tersenyum, "Baiklah, aku dan Gorae akan cari tempat lain. Nanti jika ibu sudah selesai, telpon aku ya?"

Jung Bok Sil mengangguk, "Beri aku waktu dua jam!" Wajahnya begitu ceria.

Na Ri dan Gorae melanjutkan mencari toko yang menjual pernak-pernik natal.
"Ibu Jung tampak gembira sekali."
Gorae merasa senang melihat perubahan Jung Bok Sil.

Na Ri tersenyum, "Sejujurnya, aku tidak pernah merayakan natal selama ini...itulah mengapa ibu begitu gembira. Kami bukan orang yang relijius."

"Tidak apa-apa....sekali-sekali merayakan natal atau tidak pernah pun tidak jadi keharusan. Atau, kita merayakan perayaan lainnya juga itu juga menyenangkan. Yang penting kita bahagia dengan orang-orang yang kita sayangi."
Gorae memaklumi perasaan Na Ri.

"Apakah kamu orang yang relijius?" Tanya Na Ri tiba-tiba.
Gorae mengerutkan keningnya,

"Tidak, aku hanya berusaha jadi orang baik saja. Keluarga nenekku masih memegang adat leluhur, tapi kami bebas memilih apa yang kami percaya, sejauh kami tidak keluar dari moral yang baik."

Na Ri mengangguk mengerti, menurutnya Gorae yang tidak memiliki kepercayaan tertentu sudah menjadi orang yang sangat baik.

Gorae menunjuk sebuah toko yang cukup besar dipenuhi berbagai pernak-pernik natal.
"Ayo kita kesana!"

Mereka sibuk memilih semua pernak-pernik natal. Na Ri ingin rumahnya dipasangi pohon natal bernuansa salju, dia juga memilih lonceng bulat warna-warni, permen tongkat, boneka santa kecil-kecil, lampu natal dan christmas wrath-jalinan daun-daun berbentuk lingkaran yang aksn dipasang didepan pintu rumahnya.

Gorae membeli beberapa kaus kaki yang akan digantung diperapian dan topi santa.

"Na Ri, sini!" Panggil Gorae, Na Ri mendekati Gorae, dia lalu memakaikan topi santa dikepala Na Ri.
"Aiihh...kamu lucu sekali!" Gorae tersenyum lebar. Ah! Gadis ini cantik sekali dengan topi santa dengan pipinya yang kemerahan karena dingin.

Na Ri melihat pantulan dirinya dicermin, dia tertawa senang,
"Ayo, kamu juga harus pakai!"

Gorae sedikit membungkuk agar Na Ri mudah memakaikan topi santa dikepalanya.
Tercium aroma khas Gorae yang segar, Gorae menatap mata Na Ri yang berbinar-binar.

"Kamu senang, Na Ri?" Tanya Gorae lembut. Na Ri menatap Gorae, jantungnya kembali berdegup kencang. Lelaki tampan ini sanggup membuatnya merasa sangat tidak berdaya karena pesonanya.

I'll Be There, When It's BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang