AWAL

282 40 21
                                    

Menyapa Dalam Nestapa

Dingin pagi, menyelimuti setiap sudut kehangatan dalam raga bertulang kering ini. Tatkala suasana sekolah sangat ramai sekali, sangat ramai. Karena hari itu adalah masa orientasi siswa, kebetulan aku adalah salah satunya diantara mereka.

Dingin baru saja membuat ku geram, apalagi sekarang, melihat raut wajah para leluhur sekolah ini. Upps! maaf maksudku adalah para senior. Ku tatap wajahnya satu-persatu huh.. Nampaknya seperti dibuat-buat, layaknya film yang diperankan oleh para senior yang tak punya hati. Tapi aku tau, itu adalah rekayasa belaka, yang berusaha membuat rasa takut di setiap benak para siswa-siswi baru, terharu aku jadinya.

Berbagai macam siswa dikumpulkan dalam satu tempat, seperti orang yang sedang berdemo. Berkumpul namun ada yang kesana-kemari, diam, dan menyimak, dan Aku salah satunya yang melamun. Berbaris manis sigap dengan tegap, dipilih dan dipilah menjadi sebuah pecahan kelompok.

Desa sembilan, adalah tempat ku bermukim, rasanya aku ingin berimigrasi, kegaduhan disini membuatku tampak kelelahan. Di tempat ini ku berusaha menjadi bunglon, walaupun kenyataannya aku tak sebunglon-bunglon disana.

Pertukaran nama pun terjadi, seiring orang-orang silih bergantian kedepan, memperkenalkan diri dengan penuh percaya diri. Jujur ini adalah sebuah hal yang membuatku; muak, malas, muntah saja sekalian.

Payah tampak terlihat dijiwa kecil ini, ketika berhadapan dengan banyak orang. Ingin rasanya ku beranjak pergi, atau bungkus saja orang-orang ke dalam sebuah kantung plastik dan menyimpan nya rapat-rapat.

Tak terasa, mentari telah menjulang tinggi bersamaan dengan awan yang sedikit menghitam diujung sudut kota. Bel pun berbunyi, benarkah itu bel? Ku kira itu adalah peringatan kebakaran, sambil membereskan isi tas, aku pun tertawa sendiri dan tak peduli seberapa orang yang melihatku.

Di hari kedua, tepat pada saat penampilan kreasi seni setiap kelompok. Matahari panas membuat ku lemas, ingin rasanya berkemas dan pulang. Rupanya membosankan, seperti lagu klasik yang diputar terus menerus sampai rusak. Orang-orang bersibuk diri berfokus pada satu tujuan, ada yang sedang membetulkan kerudungnya dengan cara ditiup-tiup, ada juga pria yang sedang menyingsingkan baju dan merapikan rambut, dan aku? Duduk dengan tangan menahan dagu dengan wajah mengerikan.

Seusai semua penampilan berlangsung, aku pun bergegas mencari tas yang aku simpan di peraduan tempat duduk. Dan aku tak melihat nya! Bagaimana? Apa mungkin disini ada salah satu tokoh pencuri yang ada di film dora? Dan dimana dia menyembunyikannya? Apakah di tumpukan rumput yang berukuran tinggi? Ahhh!! Sudahlah, aku terlalu berimajinasi.

Segala usaha telah dilakukan, Dengan bertanya kepada orang yang tidak di kenal. Sungguh sajahampir ku menyerah, dan seketika aku melihat orang yang sedang duduk sambil memeluk tas. Rasanya ku tak asing melihat tas itu.. Kebetulan mata ini memang tak memakai kacamata, sehingga ku tak jelas melihatnya. Terdorong oleh penasaran, aku pun maju untuk memastikan bahwa itu adalah tas ku atau bukan.

Sesampai di dekatnya, tepat didepan dengan keadaan berdiri aku langsung menjulurkan tangan ke bawah, karena dia sedang duduk. Dan malasnya, dia menatap ku dengan mendongak dan nahasnya dia sempat tersenyum dengan semanis-manisnya. "Ahh!! Sialan panas-panas begini ada saja yang sempat bercanda!" Batinku. Langsung ku ambil tas ku dan langsung pergi dengan pikiran yang rancu sempat ku ingin tersenyum, tapi aku gengsilah! Masa marah sambil tersenyum? Sedikit terhibur rupanya diri ini.

Jujur dalam waktu ini, semua hal yang membuatku muak berdatangan. Apa pikiran ini masih terbakar oleh sifat orang yang aku benci di masalalu? Mungkin saja, ya benar! Memang saat itu aku sedang tenggelam dan terjebak diantara api kekesalan Sampai lupa mengambil nafas di kehidupan baru ini. Dasar payah!!

Dan lemahnya, hampir saja ku tersenyum gara-gara lelaki itu? Tak habis pikir bisa-bisa nya dia membuatku hampir tersenyum padahal diriku sedang benar-benar rancu dalam kenestapaan yang sangat parah; terimakasih.

2016 Pertengahan bulan



PRASAJA  ( SLOW UPDATE✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang