Terlihat Ada Batas
Senin yang ke empat kalinya aku pijak, hari ini telah ku jalani dengan penuh kerinduan. Aku rindu menyendiri, ketika dikelas sendirian, sambil memetik gitar milik Hafi, dan Niko. Dan rindu ketika ku melihat mu, atau berpapasan dengan mu. Namun tiba-tiba hancur seketika karena ku ingat, dan aku sadar. Guntur itu milik Jira.
Tapi kenapa harus begini? Harus menjalani kisah seperti ini, mungkin ini adalah sebagian resiko untuk ku. Sedari tadi aku melamun, sambil melipat-lipat gudibag di lantai atas perusahaan. Ternyata masih banyak yang harus di kerjakan, haduhh,, lelah pun mulai menggerayangi ku tiba-tiba serta anemia pun menyelimuti pandangan ku yang kian semakin hitam.
Setelah beberapa menit aku merunduk, menahan pusingnya kepalaku yang dibarengi pandangan yang menghitam. Waktu telah menunjukan pukul 12:07 menit, ku paksakan berdiri dengan setegar mungkin, aku tak mau kelihatan lemah di hadapan para pekerja yang lain. Langkah kaki terus berjalan menuruni anak tangga, sesampai nya telah tiba di kamar mandi, setelah selesai mengambil air wudhu, menaiki anak tangga kembali, aku pun langsung solat di ruangan kecil di atas.
Setelah selesai, aku mendengar teriakan Eni, "Bening!!" teriak Eni. "Iyaa bentar" sahutku dengan nada pelan. Aku pun terpaksa menuruni anak tangga lagi, karena posisi Eni ada dibawah jadi aku harus ke bawah. "Ning, gantian ya.. Aku yang di atas saja, kamu dibawah" Ucap Eni yang berusaha membujuk. " iya, ni" jawab ku dengan simple.
Aku pun duduk bersebelahan dengan kak Febri, akrab tidak akrab, kami sesekali mengobrol dikala bosan datang hadir. Ponsel dari tadi bergetar, tapi aku malas melihatnya. Pasti dari irwan ataupun yang lainnya, kalau itu Guntur gimana ya? Ah, rupanya aku sedang tidak peduli dengan semuanya. Tanganku mulai gatal rupanya ingin segera menuliskan unek-unek di batin ini. Tapi aku tahan semua itu.
Ketika pelanggan kosong, aku iseng mengecek notif apa saja yang masuk ke dalam ponselku. Sedari tadi data seluler ku menyala karena ada wifi. Ku lihat pesan dari Irwan lagi. Seketika aku diam. Berpikir dan menduga-duga. Kenapa belakangan ini aku sering sekali mengobrol dengan Irwan di Whathsapp, meski pun senang karena kehadiran Irwan bisa melupakan ingatan ku terhadap Guntur. Tapi, masa iya? Aku akan menjadikan Irwan sebagai pelarian? Kasihan sekali, nggak ah nggak mau!
Aku tak mau tragedi masalalu ku terjadi lagi, kapok aku. Aku tak mau menjadi seseorang menjadi pelarian. Jadi, semasih ada rasa sama Guntur, yaaa mau tidak mau, bertahan dulu dalam Kesendirian. Semoga aku kuat menghadapi segalanya.
Waktunya pulang, langit sudah semakin menggelap. Apa yang terjadi jika aku pulang larut malam, haduhh, bisa marah-marah nih, orang-orang yang ada dirumah. Aku pun langsung pulang, kali ini aku tidak nebeng sama Roni, karena Roni lagi nyebelin. Angkutan kota pun sudah ku naiki dan berjalan.
Yang pernah rapuh, akan tangguh,
Yang terjadi, akan menjadi tragedi,
Siap-siap, suatu saat nanti,
Hatimu akan tersayat,
Siap?
April
-2018-
KAMU SEDANG MEMBACA
PRASAJA ( SLOW UPDATE✓ )
RomanceSTART ➡ NOV.2k19 hari itu, dimana hari terparah ketika hal-hal masalalu mengecoh diri Bening. Teringat akan patah hati oleh seseorang, tatkala cinta pertama memperkenalkan diri kepada Bening. Dan dirinya berharap ada seseorang yang mampu mengobati p...