BERTUKAR ISI HATI

63 26 6
                                    


Rupanya telah dimulai

Alur telah mengalir dengan cepat pada sebuah waktu. Membawa cerita tentang ketidak sengajaan, pagi dan malam kini telah bercengkrama dalam satu alunan kenestapaan, hingga berujung dengan penantian.

Tak menyangka, rupanya kita sedang dalam fase yang sama. Kamu sedang menanti dia, aku sedang menanti kamu. Sangat lucu! Kenapa aku tau semua itu? Oke.. berhubung kita adalah TEMAN dalam satu organisasi, mana mungkin lah kalau tidak satu kontak. Entah karena apa, dan aku pun tidak tau, kita menjadi akrab dalam media pesan online. Dimulai dengan topik curhatan satu sama lain, dan guyonan setitik, yaa begitulah awal dari keakraban kita.

Aku menceritakan kisahku dan masalaluku, kamu menceritakan kisahmu dan masa depamu. Kisah kasih telah terbaca dari runtuyan teks yang sama-sama kita kirim. Menumpahkan saran dan jalan keluar dari pemikiran masing-masing. Waktu selalu menenggelamkan kita berdua dalam percakapan ini, tatkala aku tersadar bahwa ketika kamu bercerita panjang lebar tentang dia, dan betapa kamu sangat mencintai dia; hatiku hancur.

Wajar, bila hati ini terbakar diam-diam. Karena dia tak tau apa-apa "kamu tak salah Guntur. Harapan inilah yang salah dan telah membuatku selalu lupa, bahwa kau telah bersama dengan Jira. Biarlah semua ini mengalir dengan sendirinya, tanpa di rencanakan sedikit pun. Walau sebatas TEMAN yang penting aku selalu dekat dengan mu Guntur.

Sudahlah, mulai dari sekarang rasa ini harus ku lupakan sedikit demi sedikit. Walaupun sebenarnya aku tak mau melupakan rasa ini, mungkin aku akan bisa di kemudian hari.

2 minggu kemudian

Hari-hari nampak membiru dengan dercak kagum yang tak biasa, di sambut lamunan seluas antariksa. Kini berbeda dengan dulu, yang selalu mengharap kan milik orang lain "bodohnya aku" ucap hati. Menjalani hari tanpa henti, namun kesendirian tak pernah meninggalkan raga ini yang kian berlaga kata. Tanpa ku sadari, rasa ku makin berkurang rupanya, meski cemburu masih menghantui hati ini.

Tatkala aku berpapasan dengan Guntur, ketika ku beranjak untuk pulang. Dia memandangiku dengan wajah yang datar, "ada apa ini?" tanya batinku. Detak jantung ini kian cepat lajunya, dengan perlahan mengguncangkan pikiran ini, aku tak tahu. Langkah kaki serasa lambat di depannya, padahal lajuku sudah cepat semaksimal mungkin. Sedikit kesal melihat wajahnya, walau sebenarnya aku rindu.

Tiba di perbatasan jalan, ku tengok sedikit kearah dia berada, ternyata sudah tidak ada. Seketika aku sadar, mengapa jantung ini masih berdegup kencang sama seperti sebelumnya, ketika ku pertamakali jatuh cinta kepadanya. Apakah aku belum bisa melupakannya?

Rasa kesal memenuhi segala hal dipikiran ku, ternyata selama berminggu-minggu ini aku telah gagal melupakan Guntur. Bagaimana ini? Apakah aku harus membenci nya? Kan tidak mungkin.

Sendiri, merenung di kamar, memikirkan cara bagaimana ku melupakannya. Dan ternyata setelah ku tanya hati ini berkali-kali, aku belum bisa melupakan Guntur. Walaupun aku sudah coba melupakan Guntur dengan menyukai orang lain, namun semua itu sia-sia. Dan aku takut untuk melakukan hal itu, kenapa? Karena dulu aku pernah melakukan hal yang serupa. Ketika ku jatuh cinta kepada Dio, dan jadiannya sama Gunawan. Kan itu sangat tidak lucu! Otomatis Gunawan akan menjadi pelarian dari Dio. Jadi, mau melakukan hal yang serupa lagi? Oh tentu saja tidak!

Ternyata kalimat ini belum usai, aku menyerah pada egoku, dan mulai menuruti apa kata hati ini. Aku tak ingin buru-buru menyelesaikan apa yang aku usahakan ini, selama satu tahun mengingat nya terus, dan sekarang mau mengakhiri semua ini? Yang benar saja? Apakah kau ingat bening, kata-kata apa yang kau ucapkan? Bahwa kau bersedia menerima resiko atas apa yang akan menimpa mu di suatu saat nanti. Batin ku tercengang saat mengingat kata-kata apa yang sudah ku ucap pada waktu itu, ahh rupanya hampir saja aku mengingkari semua itu.

Waktu telah berjalan dengan detik yang sama seperti tahun yang lalu, dengan rasa yang sama, dengan orang yang sama. Senyum muncul seketika, ternyata aku memang benar-benar mencintainya. Mungkin aku kemarin belum teguh, dan sungguh. Tapi sekarang aku akan benar-benar mempertahankan rasa ini sampai ku katakan di waktu yang tepat.

Dering telpon seketika berbunyi, entah pesan apa didalamnya. Ketika membuka pesannya, oh ternyata operator hmmm, kukira siapa. Eh,, ternyata aku sudah lama tak bertukar isi pesan dengan Guntur. Seketika aku pun rindu, di hari itu pertama kali ku hampir dibuat senyum oleh Guntur, dengan tingkah konyol yang membuat ku kesal. Mungkin dia sibuk, kan lagi prakerin. Yaelahh!! Emang gw siapa, Kepengen di chat segala, dasar halu!.

Iya halu, mungkin dikemudian hari aku akan mengenal nya dengan akrab, walaupun sebagai sahabat, yaa tidak mengapa. Siapa tau dia suka sama aku heheh.











Apa kabar kamu?

Ku harap baik-baik saja,

Apakah kau tahu?

Disini ada orang yang diam-diam mengkhawatirkan mu,

Merindukan mu, dan mencintai mu,

Kau tidak tahu, tentu saja,

Karena aku tak mengatakan nya.

-2018-

PRASAJA  ( SLOW UPDATE✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang