TERBANGUN, TERJATUH

92 33 8
                                    


Belajar Tangguh

Berlabuh diruang yang nampak abu, namun semakin membiru rupanya. Disini aku masih terjaga, oleh rasa yang tak berbahasa. Dikelilingi angan-angan hingga berlarian dengan tak karuan. Tak tau tempat, namun tahu asal muasal sebuah kisah. Hingga gelisah, tanpa kata dan nada yang selaras.

Disini rasa sedang tak terarah, apa benar atau salah? Sungguh ku terjebak lagi dan lagi oleh rasa sendiri.

Duduk dengan merebah diujung kelas, diantara bangku-bangku yang kosong dengan mengukir sebuah mimpi dan imajinasi. Tenggelam oleh senandung yang keluar dari headset, hingga menari-nari di kepala ini.

Ku buka sosial media tempat ku menyimak keluh-kesah seseorang yang sedang gelisah. Ada notif rupanya, sebuah pengajuan dari seseorang yang ingin berteman. Setelah ku lihat, dan dilihat lagi dengan teliti. Senyum ini mulai melebar dan tangan pun menari-nari, dan tak peduli jika ada yang memperhatikan. Ternyata Guntur yang mengirim pertemanan, antara yakin dan tak yakin. Rupanya dia juga mencari ku, maybe. Senyum tipis tersirat di wajah ini.

Kegaduhan di kelas rupanya tak berhenti, dan seketika ada yang memanggilku,

"Beninggg!!!" teriak Ananda.

"iyoo!!" sahutku dengan malas.

"Ayo sini kita main jujur atau berani" jawab Ananda.

"Ogah ah!" sahut ku.

" Yaudah.. " jawab Ananda.

Dengan iseng ku menengok mereka dengan posisi yang sedang melingkar, ternyata lumayan banyak juga yang ikutan. Dengan bermacam-macam tawa ku dengar dari ruang lingkup mereka, ingin ku beranjak dari kelas. Ketika kaki perlahan melangkah, tiba-tiba ku mendengar nama Guntur dari mulut ananda yang di tujukan kepada Jira "Apakah kamu benar-benar mencintai Guntur?" tanya Ananda kepada Jira. Kaki pun langsung berbelok ke arah Ananda, dengan santai ku mengatakan,

"Guntur yang mana?" tanyaku pada Ananda.

"Anak jurusan tanaman" jawab Ananda.

"Kan ada dua nama disana, yang satu Guntur Adiguna, dan yang satu lagi Guntur bahula. Jadi yang mana?" tanyaku dengan penasaran.

"Guntur Adiguna kalau gak salah" sahut Jira.

"Oh.." Ucapku dengan malas.

Kaki ini mundur perlahan dengan rasa kekecewaan, ku tarik perpijakan ini menuju belakang kelas. Kebetulan suasananya hening hingga ku bisa meluapkan segala kehancuran disana. Dengan refleks ku melemparkan potongan kayu berukuran kecil ke arah kebun yang tak terurus. "Jancukk!!" hardik ku. Tatkala semua beban hilang.

Bel pun berbunyi, jancuk pun terucap kembali dari mulutku.

Rasanya tak semangat belajar,, dalihku. Tak ada perbedaan, pada hakikatnya seorang Bening itu memang pemalas. Tapi percayalah semangatku untuk datang sekolah sangat tinggi, tapi saat belajar seakan-akan aku ingin pergi. Payah!

Ada apa ini!? Seakan-akan ku merasa cemburu, dan tak rela mendengar mereka berdua telah menjalin asmara. Apakah aku terlalu berekspektasi tinggi tentang Guntur? Baru saja gembira, memang takdir sangat pintar untuk membolak-balikan rasa.

Sedari tadi aku hanya menatap ke arah bor putih didepan, yang entah apa tulisannya. Sesekali aku berpaling ke arah luar jendela, menatap pohon-pohon yang menjulang tinggi, sepertinya pohon itu kalah tingginya dengan ekspetasi ku.

Jam belajar pun berakhir, sorak teman-teman ku dengan semangat. Ku masih duduk, sembari menunggu semua orang-orang keluar dari kelas. Aku tak suka bila berdesak-desakan untuk keluar. Kosong melompong sudah ruangan kelas, aku pun mulai melangkah dengan hati yang patah. Baru saja tersentuh sudah terjatuh.

Langit biru pun bergradasi dengan jingga, tanda senja sedang memegang danda. Tapi sayang nya aku tidak memiliki danda untuk rasa ini, rupanya dia tak sendiri.

Bicara tentang rindu dikala mentari telah mempersilahkan malam untuk bersemayam diantara gemintang. Apakah aku masih boleh merasakan rindu ini? Anehnya ketika waktu menegurku bahwa Pagi sudah bersama Senja. Dan Malam? Sendiri, gelap dan kelam, ditemani dengan kesunyian yang sangat mendalam. Memang sudah ditakdirkan, malam hanya sendiri. Kuharap takdir itu hanya sementara untuk hal ini, dan menetap ketika Pagi dan Malam bersatu.

Waktu yang sedang ku pijak, telah mengajarkan ku apa itu tangguh. Dan berpegang teguh pada segala resiko, baru sedikit resiko yang kau hadapi. Sampai masa mu datang;

t a n g g u h l a h !

-2016 melanjut 2017-

PRASAJA  ( SLOW UPDATE✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang