Mengetuk Kembali
Hari yang nampak panas sangatlah membuat raga ini kian lemas, anggap saja kata-kata yang baru saja ku tulis adalah sebuah perlindungan agar ku tak terlihat lemah. Ya, padahal sama saja. Emang pada dasarnya tubuhku emang sedang tak bisa diajak bekerja sama. Tatkala waktu semakin menipis tak pandang bulu, ketika kelas menjadi sebuah penjara bagiku. Bingung karena tak tau harus kemana, ku hanya bisa tersungkur di meja belajar.
Lama ku menunduk seperti orang yang tak mempunyai daya; padahal yaa emang. Seketika ku membuka handphone dan mengecek whatsapp, scrool atas bawah, kanan atas, samping belakang.
*Deurt.. Deurt.. (getar handphone)
Singkat cerita, selama itu aku bertukar pesan dengan Guntur. Dan pada akhirnya sampailah disebuah topik, dimana aku akan pergi menemani dia di Ruang Osis dengan seribu bujuknya. Setelah sampai di Ruang Osis, Aku sempat malu karena yang lain sibuk bergerak melaksanakan tugasnya masing-masing sedangkan ini tidak. Rupanya dia sedang duduk di teras sembari memegang handphone, Aku pun menghampirinya dan langsung duduk disebelahnya dan tak lama kemudian rasa takut pun bermunculan di benakku. Gimana kalau jira tau, gimana kalau anak-anak osis pada ngomongin, resah sudah pikiranku yang kian makin gundah.
Tak lama kemudian Guntur mengajakku menonton sebuah film yang berjudul "Assalamu'alaikum Calon Imam". Lalu aku pun meng-iya kan tawarannya. Beberapa detik menit telah terlewati, hingga aku melihat adegan yang hampir membuatku meneteskan air mata. Kemudian aku iseng mengucapkan
"Assalamu'alaikum Calon Imam"
"Wa'alaikumussalam" Jawab Guntur.
Aku kaget terbawa perasaan. Seketika aku berpikir, ucapan salam kan wajib di jawab, udah sih gak perlu di bawa perasaan segala bening. Tapi Aku jujur telah terbawa perasaan, dan seperti biasa jantung ku berdegup dengan laju yang sangat kencang; Aku benci dengan pikiranku.
Tiba-tiba Guntur dipanggil salah satu rekan osis, aku pun ditinggal sendiri untuk sementara.
"BUG!!"
Batinku seketika bertanya, siapa yang memukul pintu? Tak lama kemudian Guntur pun datang dari balik pintu. Sontrak aku langsung bertanya
"Kenapa?"
"Nanti aku ceritakan di chat"
"Oh,, ya sudah ayo nonton lagi"
"iya"
Film yang kini sedang ditonton rupanya sudah diujung cerita, dan waktu telah menunjukan untuk segera pulang. Seketika adzan pun berkumandang dari kejauhan. Setelah itu kita berdua pun keluar dari ruangan osis, pun aku bergegas pergi ke kelas dan seketika tujuan itu terhenti
"Bening, emm ini nitip bentar handphone ku" pinta Guntur.
"Ohiya boleh sini, tapi aku juga ke kelas dulu ya mau ambil tas"
"Oh yaudah, aku sholat dulu. Nanti tunggu disini ya" pinta Guntur.
"Oke!!"
Langkah ku arahkan kembali menuju kelas ku, tiba sampai disana sepi sekali. "Dasarr!! Giliran waktu pulang cepet amat kayak kilat" Setelah mengambil tas, aku kembali lagi ke tempat dimana aku dipinta untuk menunggu. Aku berdiri agak lama dengan tatapan kemana-mana. Tatapan yang tidak terduga kemudian aku terpaku, waktu pun serasa membeku, ketika melihat Guntur keluar dari mesjid dengan rambutnya yang masih basah berkolaborasi dengan cahaya mentari yang mengalihkan pandanganku tanpa ragu. Sungguh indah ciptaan-Mu yang satu ini.
Aku terhenyak oleh suara langkah kakinya yang menghentak, dengan cepat aku mengalihkan pandangan ini sebelum dia ada didepanku. Dan kini tepat ada dihadapanku,
"Emm, ini handphone mu Aku pulang udah sore ini"
"Oh yaudah makasih ya"
"ok"
Kaki telah melangkah untuk pulang dengan keadaan yang telah lelah, aku mengambil jalan belakang kelas agar dekat dengan tujuan. Tiba-tiba aku merasa melihat Guntur dari arah kiri jendela kelas yang ku lewati seperti sama sedang berjalan; hanya terhalang oleh satu kelas. Sampai sudah dekat gerbang, kelas yang tadi pun sudah terlewati, seketika Guntur pun muncul juga bersamaan dengan ku, sontrak aku menatapnya sembari berjalan. Berarti tadi? Yhah mungkin kebetulan. Aku sengaja tidak menyapanya karena aku harus buru-buru untuk pulang.
Senja mulai terlihat,
Cahayanya mengingatkanku pada suatu hal,
Mataku yang tertuju padamu,
Dengan detak jantungku yang ber-irama merdu,
Kemudian aku tersipu malu sendiri,
Hingga kau berdiri dihadapanku,
Andai bisa ku mengulang waktu itu,
Senyuman tersirat dibibirku,
Ingatan itu berusaha merayuku,
Hingga aku mulai tersadar,
Kau bukanlah miliku.
2018 silam, tentram.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRASAJA ( SLOW UPDATE✓ )
RomanceSTART ➡ NOV.2k19 hari itu, dimana hari terparah ketika hal-hal masalalu mengecoh diri Bening. Teringat akan patah hati oleh seseorang, tatkala cinta pertama memperkenalkan diri kepada Bening. Dan dirinya berharap ada seseorang yang mampu mengobati p...