Bosan, pembukaan selalu dibumbui dengan terkaan. Rupanya aku mulai benci dengan sebuah kata terkaan. Tidak tepat bila berbicara benci, namun nyatanya memang begitu. Rupanya dia sedang mengajakku bermain TTS lagi.
Sabtu. Adalah Hari yang sudah tentu dia akan datang menjemputku didepan rumah orang lain. Di depan rumahku? Tidak. Rupanya waktu sedang tidak tepat.
Kesadaran pun menepuk pundak, tatkala dia sudah ada didepan rumah orang lain.
Gamis pink dengan balutan kerudung berwarna biru dongker, itulah baju yang kupakai disaat akan pergi bersamanya. Tak lupa membawa kamejaku yang dia mau pinjam, setelah itu aku pun bergegas meninggalkan rumah, dan melangkah menuju dia.
Sampai tepat didepannya ku berdiri sebentar, sepertinya ada yang aneh dengan tatapannya, atau ada yang aneh dengan apa yang ku kenakan? Sembari menduduki motornya dengan tangan yang memeluk stang, dia terpolongo menatapku dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Ada apa ini? Ahh, rupanya aku mulai berpikir yang tidak-tidak; i hate my mind.
"Baguss!!" Ucap Guntur dengan pelan.
"Nih, kemejanya. Awas jangan jorok!"
"Iya, ayo naik"
"Iya"
*
Kebetulan hari sabtu ada salah satu kegiatan latihan upacara disekolah, ya walaupun sedang libur. Dan aku kesekolah hanya untuk bertemu sama teman-teman untuk pergi suatu kegiatan, maka dari itu aku memakai gamis agar terlihat anggun hehe.
Disisi lain, aku malu, dan sekaligus takut. Yaa seperti biasa detak jantungku selalu berdebar akan hal ini. Memang benar, kamu adalah teka-teki versi manusia yang ragu untuk ku tebak. Kenapa, dan bagaimana selalu saja nenjadi topik utama dalam pikiranku. Tidak habis pikir akan serumit ini.
Dan seketika aku berpikir, bagaimana kedepannya yah. Lekas memberes; harapku.
*
Perjalanan telah sampai di sekolah, setelah masuk gerbang dan melewati beberapa orang. Sontrak semua mata telah ramai-ramai memandangi kami yang notabennya sedang naik motor berdua. Tak hanya memandangi, pun mereka ikut menyoraki dengan nada yang nakal."Uhuyy!! Uhuyy" sorak beberapa orang.
"Turr, bening malu. Turr..!!" Ucapku sembari menarik-narik sweeter-nya.
"Udah ah biasa aja, biasa" ucap Guntur dengan nada dingin dan muka yang datar.
Setelah itu, Guntur pun menghentikan motornya diparkiran, dan kami pun segera turun. Perlahan aku menengok orang-orang yang ada disekitar, hanya ada irwan diparkiran yang sedang cengengesan gak jelas. Seribu jurus lari barnacle boy telah aku lakukan dengan cepat, dan berusaha mencari tempat yang sepi untuk menenangkan diri dari kejadian tadi.
Matahari mulai menjulang tinggi, cahayanya terselip diantara dedaunan pohon belimbing dan kelapa, akan tetapi ia bisa tetap menembus sampai tiba menjadi sebuah bayangan yang menapaki tanah.
Ia menembus, seperti cahaya mentari yang menerobos, menelusuri sela-sela kekosongan diruang hiruk pikuk yang tak terkendali. Dengan menempatkan diri diruang sepi, sedikit memikirkan apa yang terjadi dalam dimensi yang tidak ia duga sama sekali. Merenung, rumit esekusi diri dalam lamunan dan tiba saatnya ia terbangun, "Apakah aku memiliki peran lebih dikehidupannya?"
Terhenyak sebuah ingatan menegurku, tatkala waktu telah menunjukan saatnya aku pergi dari sekolah. Sendiri? Tanya batinku. Tela dan midah sedang sangat sibuk sekali dilapangan, sepertinya aku harus berangkat duluan. Dan benar saja, teman-teman yang lain rupanya sedang menungguku ditempat kegiatan. Aku pun langsung bergegas pergi, dan punggunggku terasa ringan, ternyata tasku tidak sengaja ku simpan dekat pohon sana. Gimana ya cara ngambilnya? mana banyak orang sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRASAJA ( SLOW UPDATE✓ )
RomanceSTART ➡ NOV.2k19 hari itu, dimana hari terparah ketika hal-hal masalalu mengecoh diri Bening. Teringat akan patah hati oleh seseorang, tatkala cinta pertama memperkenalkan diri kepada Bening. Dan dirinya berharap ada seseorang yang mampu mengobati p...