JEJAK BUKIT

53 22 7
                                    

Kala itu senja berkata

Langit jingga telah menyapa, semerbak aroma senja telah ku cium sedalam-dalamnya. Tak perlu dicari jawabanya, dia pun sudah mengatakannya. Apakah harus senang atau merasa aneh? Aku pun tak tau.

Sore itu aku merebah di dalam hammock, bergelayunan maju mundur dengan keadaan bengong melihat pemandangan campur kabut. Jujur saja aku saat itu sedang hancur sehancur-hancurnya kepingan kaca dan sangat menyayat. Tapi aku harus nampak ceria dihadapan teman-temanku, ayolah!! Disini waktunya hiburan, bukannya bersedih-sedihan. Oke!

Dia datang dari samping kananku. Aku pun menolehnya, karena hammock ku dia ayunkan. Dan Jujur saja saat itu aku tak bisa menahan detak jantungku yang semakin berdebar, tatkala pandangan matanya menatap langsung mataku. "Andai saja dia menatapku dengan rasa, bukan sapa" Gumamku dalam hati. Seketika dengan spontan aku bertanya tentang kekasihnya, aku tidak ingat bertanya apa pada waktu itu. Dan dia pun menjawab

"Aku sudah tidak ada lagi hubungan apa-apa dengan Jira"

"Yang Bener ahh!??" Ucapku dengan penasaran.

"Iya" Ucap Guntur dengan datar.

Tapi kalau dilihat dari matanya aku tidak yakin dengan ucapan Guntur. Ahh pasti ini lagi pada berantem hmm. Setelah itu, demi menutupi kecemburuanku aku pun berkata "Yahh kenapa udahan!?, aku sakit hati lhoh dengernya" Spontan kubuang muka kesebelah kiri agar dia tak melihat muka kecemburuan ku.

Dasar bermuka dua! "iya aku.

Mentari telah perlahan mundur dari persinggahannya untuk lebih indah, tak sedikit orang yang memburunya. Seperti teman-teman ku yang berbondong-bondong mengambil portrait di tepi peraduan senja. Saat itu aku sedang tak tertarik untuk mengabadikannya, aku lebih tertarik untuk menikmatinya, mengsyukurinya dan merebah hehe.

Malam telah tiba menggantikan senja, riuh angin dan suasana dingin menggerayangi tubuhku dikala ku melangkah untuk mengambil air wudhu. Suara jangkrik dan binatang malam pun bersenandung mengelilingi semua tempat.

Pagi pun telah tiba, tak terasa pagi telah menjulang tinggi dengan udara dingin. Diselimuti kabut yang membuat hati terasa gabut, seakan-akan ingin pulang dengan ngebut.

Sesaat semua telah berkumpul dan berkemas, semua orang pun sibuk mengabadikan moment dengan selfie. Aku? Melamun dibalik pohon-pohon yang menjulang tinggi, sambil bingung ku mengingat. Apakah aku merasakan malam? Tetiba kepala ku sakit karena mengingat-ngingat itu.

Setelah itu aku pun tidak mau kalah dengan mereka, aku juga ikut selfie sendiri heheh. Emm dan aku juga diam-diam berfoto berdua dengan Guntur, walaupun rasanya sangat canggung dan gugup.

Semua orang pun sudah siap untuk turun bukit, dari itu semua pun turun secara beruntun. Dengan cuaca panas yang sangat ganas, Keringat pun mengucur dengan badan yang serasa ancur. Sesampai dibawah aku pun lelah, jujur aku sangat pusing. Kalau disuruh memilih mending naik atau turun, Aku jelas lebih memilih naik.

Jalanan tandus membuatku susah menghapus rasa pusing ini, tatkala tak sadar bahwa aku sedang berjalan tepat di sampingnya. Mungkin saking asiknya melamun, aku pun tak menyadarinya. Dia pun mengambil jaket ku yang tak sepenuhnya kupakai, aku pun bengong dan membiarkannya. "Mungkin dia sedang kepanasan, biarlah" gumam hatiku.

Bus pun sudah ada didepan, kita pun naik satu persatu. Aku pun langsung duduk dan membenahi posisi ku untuk tidur, semoga tidak mendengkur. Aku pun bangun karena dibangunkan oleh temanku di samping. Tak sadar jeket itu ada di tubuhku dengan posisi menyelimuti tubuhku, Siapa yang menaruhnya yah?.

Aku pun turun bersama teman-teman dari bus, dan aku pun baru sadar, mana Guntur? Setelah aku tanyakan ternyata dia turun duluan. Berarti tadi yang.... Ahhh tidak, mungkin saja temanku yang menaruhnya. Gausah keGeeran bening!








Alam, senja, berkata,

Sebuah pernyataan mengandung pertanyaan,

Persoalan jantung yang kian tak henti berdebaran,

Mata yang menatap, membuat gelagat menjadi gagap,

Ingin ku kau menetap,

Disini bersamaku yang tak henti berharap.

Juli 09, 2018

Sukalarang, Sukabumi.

PRASAJA  ( SLOW UPDATE✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang