Mas Rayan, aku merindukanmu...hiks. Pandanganku menjadi nanar, ada kabut di netraku. Kualihkan pandangan ke luar jendela mobil, agar mama tak melihat kegundahan di wajahku. Namun agaknya usahaku tak berhasil, mama sudah meilihat ke arahku.
"Duh...yang mau ketemu calonnya, gelisah amat, udah gak sabar ya?" goda mama membuatku terperangah. Apaan coba, bukannya menenangkan hati anaknya yang lagi galau, ini malah digodain. Sebel!
"Maa...ihh apaan sih, Mama aja kali yang gak sabar." Sahutku sambil mengerucutkan bibir, kesal! Tak tahukah mama, kalau aku sekarang lagi galau. Hiks.
"Iya sayang, maaf mama bercanda biar kamu gak gugup gitu. Udahan ah manyunnya, jelek ihh!" lagi-lagi mama menggodaku, kali ini sambil mencubit pipiku. Aku memutar bola mata malas.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan hampir satu jam karena jalanan macet di sore hari bertepatan dengan jam pulang kantor, kami sampai di rumah Tante Nany dan Om Wijaya.
Taxi yang kami tumpangi berhenti di depan sebuah rumah besar. Aku dan mama turun dari taxi, setelah terlebih dulu mama membayar ongkos taxi.
Disinilah kami sekarang berdiri, di depan sebuah rumah berpagar hitam. Pintu pagar terbuka lebar, mungkin sengaja dibuka untuk menyambut tamu. Mama menggamit tanganku yang sempat mematung di depan pagar, menarik tanganku agar mengikuti langkahnya masuk melewati pintu pagar yang terbuka. Aku bisa melihat bagian depan rumah ini dengan halaman yang luas. Dengan cepat netraku memindai setiap sisi rumah di hadapanku ini. Di sebelah kiri depan ada taman dengan rumput hijau seperti permadani terbentang, ada sebuah kursi taman di tengahnya, aneka bunga warna-warni menghiasi. Tumbuhan daun pucuk merah sebagai pembatas jalan berjejer dengan rapi sejajar dengan lampu taman di kanan dan kiri jalan yang menghubungkan langsung dengan teras rumah. Di sebelah kanan terdapat carport yang cukup luasada 3 mobil terparkir di sana, masih cukup untuk menampung 2 atau 3 mobil lagi, dinaungi kanopi warna hijau makin membuat adem.
Mama belum melepaskan pegangan tangannya di lenganku, aku berjalan disamping mama dengan malas layaknya seorang anak kecil yang dibawa ibunya ketika hendak berobat ke dokter. Dih, memalukan, untunglah tidak ada yang lihat. Baru ia lepaskan genggaman tangannya ketika kami sampai di depan teras. Pintu depan terbuka tampak keluar seorang wanita paruh baya mengenakan gamis ungu dan jilbab siffon dengan warna senada.Tante Nany tidak berubah, tubuhnya tetap langsing dan wajah cantiknya makin menawan di usianya sekarang.Senyum lebar tercetak di bibirnya.
"Hai...ini dia tamu yang kita tunggu-tunggu.Laras apakabar?"Tante Nany menyalami mama kemudian mereka saling berpelukan.
"Baik...maaf ya nunggu lama, jalanan macet."Mama menjawab sambil membalas pelukan sahabatnya. Mereka ber say hello dengan hebohnya. Aku masih berdiri di samping mama, menyaksikan keakraban mereka.Berbagai macam perasaan berkelindan di benakku.Senang karena bertemu dengan teman lama yang kurindukan, tapi dilain sisi juga takut dan gugup bila mengingat perjodohan ini. Bertemu dengan lelaki pilihan mama yang sebentar lagi akan kujumpai. Bagaimana ya... penampakannya.Hii...tiba-tiba aku merinding.
"Eehh...ini pasti Rara ya?Duh, cantiknya...sudah besar ya sekarang.Sudah menjelma jadi gadis cantik."Ujar Tante Nany begitu menyadari ada penampakan imut di samping mama.Dasar, akutu narsis tau! Hihihi.
Tante Nany memegang pundakku, memandangku dari atas ke bawah.Mendapat perlakuan seperti itu, aku tertunduk malu.
"Sini sayang, uhh kamu cantik sekali sih." Tante Nany kemudian memelukku. Aku hanya diam, canggung dan malu. Setelah melepas pelukan, kucium punggung tangan Tante Nany dengan takzim.
"Ehmm...jelas cantik dong, kan nurun dari Mamanya?" Ucap mama tak mau kalah. Ihh mama ternyata narsis juga.
"Ohh iya juga ya...aku baru sadar ternyata mirip kamu Laras. Pantesan cantik." Kedua sahabat itupun tertawa bersamaan. Sedangkan aku hanya tersipu malu, bisa dipastikan sekarang telingaku bertambah lebar karena GR.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imamku Nyebelin (Sudah Terbit)
RomanceSikap jutek yang sengaja ditunjukkan Rara untuk menggagalkan perjodohan dengan Satria, anak sahabat mamanya, ditanggapi oleh cowok itu dengan santai, bahkan keadaan berbalik. Sikap Satria yang jahil dan menyebalkan membuat Rara harus menghadapi cowo...