8. Couple

3.3K 104 5
                                    

Aroma bolu pisang menguar keseluruh ruangan. Dari aromanya, aku tahu pasti ini pisang ambon, hidungku cukup terlatih membedakan aroma karena ini bolu kesukaanku. Memaksaku menghentikan aktifitasku depan laptop, bergegas menuju dapur. Mama selalu saja bisa bikin aku bernafsu makan.

Dengan keahlian yang dia punya mama membuka usaha toko kue kecil-kecilan dengan 3 orang karyawan. Dari hasil usahanya itu,alhamdulillah cukup untuk menghidupi kami berdua. Toko kue yang mama kelola letaknya stategis ada di pusat kota, disana toko sekaligus merangkap tempat produksi. Kata mama kalo produksinya di rumah, ia khawatir aku jadi gendut, karena gak berhenti makan, secara aku kan makannya banyak padahal body sedan muatan tronton. Hihihi.

"Ada pesanan ya, Ma."

"Gak, ini Mama buat untuk dimakan sendiri. Kamu kan suka banget bolu pisang."

"Asiik...." aku mulai mencomot bolu yang baru mama iris. Masih hangat gini aroma pisangnya begitu menggoda bercampur dengan parutan keju di atasnya perpaduan yang pas.

"Hmm...yummy...Mama is the best deh pokoknya." Pujiku mengangkat jempol tinggi-tinggi.

Mama terkekeh melihat mulutku yang masih penuh, "gak usah sambil ngomong, habisin dulu yang di mulut, ntar kesedak."

"Eh, tapi koq banyak banget Ma bikinnya sampe 3 loyang." Aku baru menyadari setelah kulihat di atas meja dapur masih ada dua loyang lagi yang baru keluar dari oven.

"Iya ini, Mama sengaja buat untuk diberikan ke Ibunya Tante Nany, Omanya Satria dan Dini. Omanya sekarang sedang sakit."

"Oh..." aku hanya ber Oh mendengarnya. Perasaanku mulai tidak enak. Kuurungkan mencomot potongan bolu yang ke tiga.

"Nanti siang tolong kamu anterin, ya sayang. Sekalian jenguk Oma." Titah mama membuatku terperangah. Feelingku selalu benar.

"Tapi kan Rara gak tau rumahnya, Ma."

"Nanti Satria kesini jemput kamu." Jawab mama santai.

"What? Ma...koq Mama gak bilang-bilang dulu sih sama Rara."

"Lah...ini Mama bilang."

"Iya tapi maksud aku, kenapa Mama gak nanya dulu sebelum memutuskan. Rara mau apa enggak!" rutukku ke mama, kesal.

"Memangnya kamu kenapa gak mau? Sudah seharian kemarin kamu tidur terus, apa gak bosan. Sekarang mumpung hari minggu, jalan-jalan biar terbuka pikirannya. Sekalian silaturahmi sama keluarganya Satria. Mulai sekarang harus dibiasakan bergaul sama mereka." Ceramah mama panjang kali lebar.

Aku diam, cemberut. Percuma saja membantah Mama, yang ada aku bakal jadi anak durhaka. Dan aku gak mau jadi anak Durhaka. Hiii...amit-amit.

"Udah gak usah manyun, jelek. Sekarang kamu siap-siap, dandan yang cantik, sebentar lagi Satria datang."

Aku bergeming. Mama mendorong tubuhku hingga akhirnya aku beranjak dengan malas.

Kupandangi kamarku yang bernuansa pink dengan pernak pernik hello kitty, kamar seorang gadis yang tampak kekanak-kanakan. Kamar dengan ukuran sedang yang berwarna cerah ini tidak secerah hatiku saat ini.

Aku berdiri mematung di depan lemari yang terbuka, melihat baju yang tergantung. Bingung memilih, koleksi bajuku tidak banyak, cukup lama sampai aku memutuskan memakai baju yang simple dan warna yang sesuai dengan suasana hatiku saat ini.

Terusan denim berwarna kelabu sebatas lutut dengan potongan A line yang pas di bagian pinggang, dipadu dengan ikat pinggang kecil warna putih.

Seperti biasa aku hanya memoles wajahku dengan bedak bayi dan memakai lipglos warna pink. Aku tidak perlu repot mengukir alis dengan pensil alis, karena bulu alisku sudah terbentuk alami. Begitu juga dengan bulu mata yang sudah lebat dan lentik dari sononya. Jadi cukup hemat kan, tak perlu beli banyak peralatan make up. Hihihi.

Calon Imamku Nyebelin (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang