Aku dan RaSa 1

2.2K 37 2
                                    

Kupegang kepalaku yang tiba-tiba berdenyut. Akhir-akhir ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Seperti hari ini, seharian aku fokus di depan laptop, memverifikasi data yang harus segera dikirim ke pusat.

Fokusku terpecah ketika kudengar suara pintu dibuka. Seseorang memasuki ruang kerjaku.

"Hai, Thor. Apa kabar? " katanya santai, seolah sudah lama mengenalku.

Aku mengamatinya dari atas sampai bawah, seorang perempuan cantik usia sekitar 20 an tahun. Berkulit putih dengan tubuh proporsional. Rambut lurus sebahu yang dibiarkan tergerai. Wajahnya seperti ... seseorang yang familiar bagiku, tapi siapa? 

"Maaf, apa kamu mengenalku?" tanyaku heran,  mengerutkan kening.

"Apakah kamu sudah setua itu Thor, sampai tidak bisa mengenaliku?" Bukannya menjawab, dia malah menyindirku.

"Maksud kamu, aku sudah pikun,  gitu?" protesku tak suka dengan kalimatnya. "Sudahlah, tinggal sebut saja siapa kamu, apa susahnya sih!" kataku kemudian, kurasakan kepalaku kembali berdenyut.

"Aku ... Rara," jawabnya singkat.
Aku terperangah, benarkah dia gadis tokoh ceritaku?

"Kamu ... Mutiara Permata Hati?" tanyaku meyakinkan. Dia mengangguk mengiyakan. Astagaaa ... ternyata benar dia, pantas saja aku seperti pernah mengenalnya.

"Kamu kesini sama siapa?"

"Bang Satria."

"Satria? Mana dia?" tanyaku penasaran, pingin segera menjumpainya.

"Hai Thor...." Seseorang menyapaku. Suara bariton itu, membuatku spontan  menoleh ke arahnya.

Ya ampuuun ... ini orang apa malaikat,  ganteng banget sih!  Uhuk, bikin jantungku meleleh. Tiba-tiba denyutan di kepala hilang, giliran dadaku yang berdenyut. Hihihi.

"Are you okay, Thor?" suara Rara menyadarkanku.

"Eh, oh,  iya ... hai juga," jawabku gugup. "Kamu,  Satria?" tanyaku kemudian.

Dia mengangguk.

"Ini Thor,  aku bawain martabak manis buat kamu." Satria meletakkan sekotak martabak di meja. Kemudian dia duduk di samping Rara.

"Bang, koq cuma Author yang dikasih,  buat aku mana?" protes Rara.

"Nih buat kamu martabak telor." Satria memberikan kotak satu lagi pada Rara.

"Koq,  martabak telor sih, Bang! Aku kan maunya sama kayak Author, martabak manis."

"Kamu gak perlu makan martabak manis lagi. Kamu kan sudah manis,  sayang?" ucap Satria sambil menaikkan alis tebalnya. Rara tersipu, pipinya merona.

"Ish ish ish... Jadi, maksud kamu, aku gak manis,  gitu? Udah gak usah disini,  aku mau lanjut kerja!" usirku pada kedua makhluk yang sedang kasmaran itu.

"Maaf Thor,  aku gak maksud gitu. Jangan marah donk,  Author yang cantik,  baik hati, suka menolong dan rajin menabung," rayu Satria.

"Iya nih,  Abang. Kalau Mamak Thor marah ntar dia ngambek lho, gak mau lagi nerusin kisah kasih kita berdua," sambung Rara,  sambil bergelayut mesra di lengan Satria.

"Idiih...kalian bikin mupeng aja,  udah sana pergi, jauh-jauh kalo mau pacaran."

Aku mengusir mereka keluar.  Menutup pintu,  tiba-tiba kepalaku kembali berdenyut. Hiks.


 Hiks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Calon Imamku Nyebelin (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang