7. Takut

3.2K 99 1
                                    

Semua mata tertuju ke arah pintu dimana Satria baru datang dengan nafas ngos-ngosan. Dia berdiri di ambang pintu mengatur nafas sembari mengedarkan pandangan ke seluruh kamar. Aku tertawa melihatnya, tentu saja aku tahan dengan menutup mulutku dengan tangan. Tak mau mama dan Tante Nany curiga. Rasain! Emang enak dikerjain! Haha...ketawa jahat.

"Hai, Satria...apa kabar? lama Om gak jumpa kamu." Dokter Rudy yang baru selesai menuliskan resep obat untukku, menyapa kemudian berdiri menghampirinya.

"Baik Om, Om sendiri gimana kabarnya?" jawabnya dengan nafas mulai teratur.

"Baik juga. Oh ya, selamat ya...sudah ada calonnya, sepertinya sebentar lagi bakal ngundang nih!" goda dokter Rudy sambil menepuk bahunya.

What...? Calon...? Maksudnya...?

Dia tersenyum, mengerling ke arahku, aku membuang muka. Eh, dia berjalan mendekat ke arahku. Berhenti di samping ranjang menghadapku.

"Oh tentu Om, In sya Allah secepatnya. Iya kan, Ra...?" Jawabnya sambil menatap wajahku, masih tersenyum dengan menaik turunkan kedua alisnya. Aku terperangah, mendengar jawabannya. Diihh...maksudnya apa coba? Secepatnya ngapain? Hiii...tiba-tiba aku bergidik.

Masih tak habis pikir, tetiba ia menyodorkan kantong plastik yang dari tadi ia pegangke hadapanku.

"Nih, buruan, ganti popok!" katanya terkekeh sambil berbisik di telingaku.

Spontan aku melotot ke arahnya, terperangah. Rasa hangat menjalar di wajah, pastilah sekarang wajahku memerah.Malu.Aku memalingkan muka.Eh, apa yang dia bilang tadi, popok? Ohh...dia kira aku bayi apa! Dasar, menyebalkan!

Dengan santai Satria berjalan kembali ke arah mereka, duduk bersama mama, Tante Nany dan dokter Rudy di sofa yang ada di kamar tamu.

"Gimana Om, hasil pemeriksaan Rara?" Tanya Satria serius.

"Gejala Anemia, itu yang menyebabkan kondisinya lemah dan wajahnya pucat."

Dokter Rudy memberikan resep obat pada Satria.

" Ini, Om sudah resepkan obat. Tadi, Om sudah jelaskan samaRara, harus istirahat jangan terlalu capek. Banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, dan asam folat.Hindari mengonsumsi minuman berkafein dan minum vitamin C agar tubuh dapat menyerap lebih banyak zat besi dari makanan."Jelas dokter Rudy panjang lebar.

Kulihat Satria memasang wajah serius mendengar penjelasan dokter Rudy. Ah, ternyata dia perhatian juga. Duh, manisnya. Eh!

"Makan cokelat boleh gak Om." Tanya Satria.

"Boleh." Jawab dokter Rudy.

"Kalo makan 10 batang cokelat mede sekaligus?" tanyanya lagi sambil mengerling ke arahku.

"Ish! Bang!" desisku melotot ke arahnya. Dia terkekeh.

Mama, Tante Nany dan dokter Rudy saling pandang, tidak mengerti.

"Sudah Satria, kenapa sih, kamu suka sekali godain Rara!" tegur Tante Nany.

Aku beranjak ke toilet yang ada di kamar dengan membawa perlengkapan yang kubutuhkan, tak kuhiraukan lagi ledekannya.

"Hahaha...sepertinya Satria perhatian banget sama Rara, ya?" seloroh dokter Rudy ditanggapi suara tawa yang lain.

Diih...perhatian apa? Nyebelin iya! Aku mempercepat langkah, segera masuk ke kamar kecil.

Dari dalam aku dengar suara Om Wijaya, baru bergabung. Entah apa yang mereka perbincangkan, suara tawa terdengar di sela-sela pembicaraan. Sepertinya sedang menggoda Satria. Aku penasaran, kira-kira seperti apa wajah Satria kalo digoda...hihihi. Rasain! Eh tapi...dia kan gak punya perasaan, pasti cuek saja sambil senyum-senyum gak jelas.

Calon Imamku Nyebelin (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang