Part 3

6K 348 25
                                    

Hari kedua telah tiba, kini saatnya proker KKN akan dimulai.

Dipagi yang cerah tersebut mereka semua berteduh pada sebuah saung besar yang ada di depan rumah istirahat mereka.
Mereka berkumpul menjadi satu, dan Jefry berada pada posisi tengah.

Jefry menginstruksikan seluruh siswa untuk bekerja sama dalam masing-masing tim.
Semua siswa memahami apa yang Jefry ucapkan itu.

Kemudian Jefry berinisiatif untuk membagi beberapa siswa dalam satu kelompok dengan di isi oleh 4 orang, 2 laki-laki dan 2 perempuan.

"Ok Guys. Kelompok satu terdiri dari Aku, Cinta, Masayu, Dion"

"Dion kan belum sampai?" Ucap Samuel.

"Gak apa-apa. Nanti dia bakal datang kesini" Jelas Jefry.

Jefry melanjutkan pembicaraannya mengenai pembagian kelompok selanjutnya.

"Kelompok 2 terdiri dari Ridho, Brisia, Samuel, Citra. Setuju?"
Samuel menganggukan kepalanya, Brisia pun ikut tersenyum.

"Kelompok 3, Gandhi, Arumi, Bastian, dan Rara"
Arumi nampak sebal, masalahnya kenapa dia tidak sama Samuel saja yg jelas-jelas kekasihnya.
Ucapan Arumi di timpal oleh Nikita dengan ketus, Nikita berucap jika Arumi dan Samuel akan selalu fokus untuk pacaran dan melalaikan proker mereka. Jefry tersenyum.

"Dan kelompok terakhir, ada Nino, Nikita, Aaron, dan Chika" Tuntas Jefry berbicara.

Nikita tak menyangka bahwa dia akan bersama Chika dalam satu tim, pasalnya kelakuan dan tingkah Chika membuat dirinya sebal dan ilfil.

Arumi mentertawai kemudian, sehingga Nikita melebarkan sorotan matanya ke arah Arumi.

"Ok, guys. Selesai ya. Satu jam kedepan kita masing-masing mencari tugas yang akan kita kerjakan. Jangan serakah ya, dan ingat selalu wajib permisi di manapun kalian berada".


Dan akhirnya mereka semua bubar satu persatu meninggalkan saung tersebut.

Citra dan Arumi memasuki rumah duluan, mereka agaknya akan mempersiapkan makanan yang telah di masaknya untuk makan bersama di tempat istirahat perempuan.


Sebuah tikar lebar menutupi tanah sebagai alas mereka untuk duduk.
Satu persatu masakan di keluarkan dalam bentuk sebuah nampan plastik besar, dan tak lupa satu buah bakul nasi yang amat besar, cukup untuk 15 dari mereka.

Piring-piringnya terbuat dari anyaman bambu yang dilapisi kertas minyak, lengkap dengan sendok plastiknya, di sertai cangkir yang terbuat dari keramik.

Semua telah berkumpul di sana, dan sebelum makan mereka masing-masing berdoa sesuai keyakinannya masing-masing.

Setelah selesai berdoa, langsung saja mereka makan bersama dengan lahapnya.



Satu jam berlalu, kelompok mereka sudah masing-masing dalam pencarian proyek kerja yang akan segera di laksanakan.

Kelompok Jefry memilih proker mereka di dekat hutan, mencoba mencangkok beberapa tumbuhan dan akan membuat sebuah pekarangan kebun dengan meminta izin terlebih dahulu kepada ketua desa.

Kelompok 2 memilih proyek mereka di dekat rumah warga yang berada di dekat posisi WC umum. Mereka mungkin akan mencoba membuat sebuah sumur dengan saringan pembersihnya.

Kelompok 3 berada di rawa hampir berdekatan dengan kelompok 1, namun kelompok 1 berada di dalam hutan berdekatan dengan tanah lapang khusus bertani yang sudah lama tak di gunakan lagi karena kekeringan.

Serta kelompok 3 merencanakan pembuatan saung kecil untuk berteduh di kala sambil menunggu orang-orang mengambil air. Mereka juga merencanakan akan membuat sebuah kolam di dekat rawa, kolam ikan sederhana yang jauh dari kekeringan.

Pasalnya kolam yang berdekatan dengan air di rawa akan tetap terisi oleh air, sehingga apabila musim kemarau tiba, masih ada pasokan sedikit air untuk menghidupkan ternak ikannya.

Dan kelompok 4 berada di posisi paling jauh, mereka merencanakan ingin mengembangkan budidaya tanaman obat-obatan yang sangat jarang tumbuh, berbeda dengan kelompok satu yang mencangkok pohon buah dan bercocok tanam. Serta mengajak orang orang sekitar untuk saling bergotong royong membersihkan halaman rumah mereka.

Setelah perencanaan selesai, mereka kembali menuju tempat penginapan mereka masing -masing.

Sementara Jefry berizin untuk keluar kampung dan mengunjungi tempat awal mereka berteduh, di mana ada sebuah warung kecil dan pohon asam.

Entahlah, dia bersama Ridho sudah pergi sekitar 30 menit lamanya dan belum kunjung kembali setelah selesai menemukan proker. Mungkin saja mereka akan menjemput Dion yang belum sampai saat ini.


Citra memasuki kamarnya, kemudian membereskan pakaiannya yang belum sempat ia rapikan dalam ransel.


Gandhi tengah memandang hutan yang semalam ia tatap. Ia nampak seperti ingin mengetahui lebih dalam lagi di hutan tersebut.

Apalagi cuaca sore hari nampaknya akan segera berakhir. Pasalnya Gandhi memandang jika matahari akan redup seiring berjalannya waktu.
Dia masih penasaran pada mata merah menyala yang menatapnya semalam.


Kemudian datang Aaron sahabat sekamar Gandhi yang menawarkan rokok kepadanya, akan tetapi Gandhi menolak tawaran Aaron. Dia kini lebih fokus memandang hutan tersebut.


Sedangkan Masayu seperti biasa dia bersolek dengan anggunnya.

Melihat Masayu tengah bersolek membuat Nikita merasa aneh dan ilfil. Dalam hati Nikita, Masayu sesosok wanita yang sangat ribet dan menyebalkan.

"Dandan aja terus, pagi, siang, malam. Dan terus sampe bedak pada berlumut" ucap Nikita yg kemudian Masayu sangat tersindir.

Masayu masabodo dengan apa yang diucapkan oleh Nikita, dalam pikirannya pun Nikita orang yang amat iri dengan kecantikannya, ia tak mau menanggapinya, malah asik melanjutkan bersoleknya.

Semua siswi memandang Nikita dan Masayu.
Mungkin apabila mereka ribut terus-terusan akan menimbulkan pertengkaran dan saling bermusuhan.



Malamnya, sekitar pukul 20.45 wib.
Jefry dan Ridho telah kembali kerumah penginapan, dan mereka mengajak Dion yang ternyata telah di jemputnya, mereka mendapatkan pesan lewat sekelebat jaringan telpon yang aktif, yang rupanya Dion telah menunggu puluhan jam di dekat warung kecil.


Namun Gandhi dan Dion saling bertatapan satu sama lain. Seperti ada sebuah kejanggalan di antara mereka, semua siswa tak menyadari antara mereka bertatapan.



Malam telah larut, semua siswa-siswi sudah tidur dimasing-masing kamar miliknya.

Sedangkan pada pukul 23.45 wib ini, Gandhi masih saja terjaga dan tatapannya masih menuju hutan semalam, di mana munculnya mata merah yang menatapnya.

Dan benar saja, mata merah menyala kembali muncul menatap Gandhi.
Gandhi sadar akan penglihatannya, namun dia kali ini nampaknya sangat penasaran sekali, sehingga dia langsung beranjak untuk masuk ke dalam hutan yang sangat gelap itu tanpa membekali penerangan apapun.

Pelan-pelan ia berjalan ke arah hutan untuk mengetahui siapa sebenarnya pemilik mata merah yang menyala tersebut.


Gandhi sudah memasuki hutan yang gelap itu, namun mata merah menyala lenyap hilang begitu saja!

KKN Hutan Seram✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang