Part 20

2.7K 209 2
                                    

Ridho dan Aaron masih berada di luar hunian, sedangkan yang lainnya seperti Dion, Bastian, dan Nino tengah berkumpul di tengah ruangan hunian.

Mereka semua merenungkan yang telah terjadi, rasa ke inginan untuk keluar dari desa ini sudah menggebu-gebu.

Apalagi kini Bastian dari raut wajahnya nampak pucat pasi. Ia sepertinya sedang sakit karena kelelahan dan kurang vitamin.
Matanya nampak rabun dari penglihatan, hingga Bastian meminta izin untuk istirahat duluan.

Nino dan Dion saling terdiam sunyi seperti biasanya. Dion pun tak membuka suaranya duluan di hadapan orang pendiam tersebut.


Ridho dan Aaron kembali memasuki hunian, di dalam hunian mereka mendiskusikan suatu rencana agar mereka bisa pulang.

"Esok kita rencanakan hal selanjutnya. Kita semua coba untuk berjalan menembus jalur ramai. Siapa tau di perjalanan ada seseorang yang bisa membantu kita pulang" ucap Ridho.

"Kau yakin kita akan bisa keluar? aku masih percaya apa yang Samuel katakan ketika ia mencari jalan pulang. Dia selalu bertemu bis yang sama."-Dion.

"Oh iya, kalian ingat waktu ketika Samuel terseret ke dalam hutan? Dia mengatakan kita harus menemukan portal ghaibnya. Apa maksudnya?" cetus Aaron kebingungan.

"Portal Ghaib?" Ridho terheran denga apa yang di maksud oleh Samuel itu.

Apa Samuel tau semuanya? Pikir mereka.



Keesokan harinya.

Bastian mengalami demam tinggi, sehingga hari itu Ridho senantiasa menjaga sahabatnya.

Sedangkan Aaron, Dion, dan Nino meminta izin untuk pergi mencari umbi-umbian kembali di dalam hutan bersama mahasiswi perempuan yang lain.

Ridho menggenggam sebuah gelas keramik berisi air putih yang telah di bacakan doa.

Setelah di bacakan doa, air tersebut nantinya akan di gunakan Ridho untuk mengompres kening Bastian yang terlelap.

Tak lama, Aaron datang menanyakan kondisi tentang keadaan Bastian.

Ridho mengarahkan pandangannya ke arah Aaron dengan tatapan tidak suka.
Membuat Aaron terheran, sehingga bertanya apa Ridho baik-baik saja?

Ridho berdiri dari posisi duduknya  bersebelahan dengan Bastian yang terbaring di tempat tidurnya.

Ridho masih menggenggam cangkir keramik berisi air yang telah ia bacakan Surat-surat pendek dalam kitab suci.

Ridho kemudian mendekati Aaron dengan rasa kebencian.
Membuat Aaron ketakutan.

"Jangan bersembunyi di balik kesengsaraan kami. Kau yang menyebabkan kami semua terancam. Enyahlah kau dari hadapanku"

Segera Ridho melemparkan cangkir keramik berisi air yang telah di doakannya kehadapan Aaron.
Dan cangkir keramik tersebut membentur kening Aaron hingga melukainya dan mengeluarkan darah.

"Aaaaaa" teriakan keras suara dari mulut Aaron.
Namun suara tersebut terdengar sangat besar seperti suara iblis.

Setelah itu Aaron hancur menjadi asap hitam yang tertiup angin menuju luar hunian. Pintu pun ikut tertutup dengan cepat.

Ridho berucap istighfar berkali-kali setelah melihat kejadian janggal itu, juga agar hatinya senantiasa tenang dan damai.

Bastian terbangun setelah kejadian tersebut.
Ia bertanya suara milik siapa yang membuatnya terbangun.

Ridho menjawab, "Mungkin kau hanya mimpi. Jadi terkejut dan membuka mata". Ridho tersenyum.
Bastian tidak mengerti.



Citra, berhasil menemukan umbi yang begitu banyak. Di tambah keranjang yang di bawanya terdapat seikat bayam segar yang di petiknya di hutan.
Lalu terdapat juga banyak kentang berukuran lumayan besar, serta jamur yang tidak beracun untuk di masaknya nanti.

Masayu dan Nino bersama mencari umbi yang bisa di makan. Sampai-sampai mereka berdua menemukan bengkuang begitu besar.

Nikita dan Cinta, dua sahabat bagai saudara. Mereka berdua lebih jauh mencari bahan makanan.
Di keranjang mereka telah terkumpul singkong dan ubi talas.
Sepertinya mereka bisa menstok makanan sampai esok.

Sampai dimana mereka bahagia sekali menemukan sebuah perkebunan yang tidak pernah di jajah oleh siapa pun, karena tempat yang mereka tuju untuk mencari bahan makanan itu berbeda dari jalur yang sering di lewati masuk hutan.

Mereka berdua memanggil teman-temannya yang lain.
Bahwasannya ladang tersebut juga di tanami padi yang hampir masak, serta ada banyak pohon buah yang berjejer, seperti mangga, pepaya, pisang, semangka, juga tanaman lompong yang nampak hijau, dan tanaman-tanaman yang lain.

Citra memastikan terlebih dahulu apa kebun tersebut benar-benar kebun yang telah di tinggalkan oleh pemiliknya?

"Kita pastikan dulu apa di sini benar-benar ladang yang di tinggalkan pemiliknya?!"

Di sisi ladang terdapat sebuah saung, yang sepertinya untuk di gunakan oleh seseorang yang menjaga ladang tersebut sambil berteduh di sana.

Beberapa dari mereka pergi ke saung tersebut dan duduk-duduk sambil memandang tanaman-tanaman yang tersusun rapih itu.

Tak lama terdapat seorang pria tua yang mengenakan pakaian petani menghampiri mereka semua di ladang tersebut.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu Nak?" tanya pria itu di hadapan Citra.

Citra tersadar atas ke datangan pria tersebut, yang sepertinya pria tua itu yang memiliki ladang sebesar ini.

"Maaf Kek, sebelumnya. Kami tidak bermaksud mencuri" ucap Citra menjelaskan agar pria itu mempercayainya.

Pria itu mengangguk mengerti.

"Kalian darimana?" tanyanya.

"Kami habis nyari umbi-umbian Kek di dalam Hutan Seram."

"Hutan Seram? Kalian semua tinggal di dalam Hutan Seram?"

"Kami sedang melaksanakan proyek kerja kuliah Kek. Di desa rawa lumpur."

Kakek tersebut ke bingungan dengan apa yang di sampaikan oleh Citra.

"Setahu saya, sepertinya tidak ada desa di Hutan Seram."

"Tepat di dekat Rawa sana Kek" Citra menunjukkan arah yang menuju rawa.

"Di situ ada desa yang penduduknya lumayan banyak. Dan mereka sangat ramah menerima kedatangan kami dari Bandung untuk melaksanakan program proyek kerja KKN" jelas Cinta yang ikut nimbrung.

"Jauh sekali nak kalian dari Bandung. Lalu bagaimana proyek kerja kalian, berjalan lancar?" tanya pria itu, membuat semua merasakan kesedihan.

"Semua berjalan dengan baik Kek" jawab Cinta.

Citra menatap Cinta nampak sedih.

Karena bagaimanapun urusan mereka bukan urusan orang lain. Urusan yang saat ini mereka alami, harus mereka selesaikan sendiri tanpa melibatkan orang lain.

Pria itu menawarkan mereka untuk memetik buah atau pun memetik beberapa sayuran untuk di bawa pulang ke hunian secara gratis.

Tentu membuat yang lain sangat bahagia.
Namun Citra mengatakan jika kebutuhan makanan sudah banyak, jadi tidak perlu lagi untuk di bawa pulang, dan beralasan takut tidak termakan.

Sang Kakek memahami perkataan Citra. Dan Kakek tersebut mengatakan, jika mereka membutuhkan makanan, mereka datang langsung saja ke kebun walau Kakek tersebut tidak ada.

Citra mengatakan jika hal itu sangat tidak sopan sekali, karena mengambil barang milik orang lain tanpa seizin dari pemiliknya.

Kakek tersebut mengatakan, ia dan para penduduk tidak keberatan sama sekali, siapapun orang yang membutuhkan makanan ia boleh dan di izinkan mengambil.

"Terimakasih banyak Kek atas kepedulian Kakek terhadap kami semua."

"Saya memahami apa yang kalian semua rasakan, karena bagaimanapun juga rasanya merantau di desa terpencil itu terasa sangat pahit. Banyak kebutuhan makanan yang seringkali tidak mencukupi. Hingga harus bertahan hidup meski kelaparan melanda".

Saat ini mereka menemukan tempat untuk mencari makan karena kebaikan Kakek itu. Citra berharap tak ada yang dari mereka membeberkan peristiwa yang telah di alami oleh mereka di desa tersebut.

KKN Hutan Seram✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang