Part 19

2.7K 201 2
                                    

Menjelang sore, para mahasiswa dan mahasiswi berkumpul di lapangan dekat dengan saung.

Mereka membuat api di sana untuk membakar umbi-umbian yang mereka cari di dalam hutan seram.

Masayu memilih menjauh dari siapapun. Dia duduk sendiri di atas bangku kayu tanpa siapa pun mendekat.

Nino memperhatikan Masayu akhir-akhir ini, seperti lebih suka berdiam diri, dan penyendiri, semenjak ia keluar dari hutan angker tersebut.

Satu persatu umbi-umbian yang telah mereka cuci di letakan dalam kobaran api yang telah membakar ranting kayu.


Samuel, masih berada di tengah hutan. Jejak kekasihnya masih belum ia temukan.
Sempat ingin menyudahi pencarian Arumi, namun ia berpikir pula apa gunanya sebagai pacar tapi tak berhati malaikat demi menyelamatkan kekasihnya.

Walaupun Samuel sesosok pria yang terlihat begitu nakal, tapi kesetiaan dia patut di apresiasi.

"Arumi, kamu dimana?"


Tak lama, Samuel memperhatikan ada jejak darah mengarah ke semak-semak.
Darah itu masih baru, dan bau amis tercium menyeruak di sertai aroma tidak sedap.

Rasa curiga muncul dalam benaknya, ia penasaran tentunya. Berharap ini bukan peristiwa yang membuatnya kecewa.

Suara aneh juga terdengar di sertai bau busuk dari balik semak, di mana ada jalur darah yang menuju semak tersebut.
Disana pula terdengar seperti geraman suara hewan yang tengah menyantap sesuatu.

Samuel perlahan mendekati semak tersebut, jantungnya berdegup kencang tak beraturan.

Setelah memberanikan diri, Samuel menyibak semak belukar bercak darah tersebut, dan ia menemukan kekasihnya tengah berjongkok dengan pakaian berlumur darah segar memakan bangkai hewan, yakni musang.

Arumi tak memperdulikan keberadaan Samuel. Kelopak matanya berwarna hitam dan mulutnya sibuk mengunyah daging busuk tersebut.

Samuel mual melihat hal itu, hingga ia memanggil kekasih hatinya tersebut.

"Arumi"

Arumi berhenti mengunyah, dan dengan cepat pergerakan mata hitamnya tersorot menatap Samuel dengan tajam.



Umbi-umbian yang di bakar sudah matang dan tercium dari aromanya, semua sangat antusias mendekati api yang masih menyala itu untuk segera mengeluarkan umbi-umbinya yang telah di bakar, terkecuali Masayu.

"Yee, makan-makan" ucap Nikita antusias.

Semua mengambil umbi tersebut menggunakan sebatang ranting pohon, satu persatu. Kemudian mengumpulkannya di wadah yang terbuat dari wadah bambu.

Semua berkumpul untuk segera menyantap bersama, terkecuali Masayu yang masih diam duduk di bangku kayu yang paling jauh.

Citra mendekati Masayu, kemudian mengajaknya untuk bergabung. Tetapi Masayu menolaknya, dan mengatakan jika ia tidak lapar sama sekali.

Citra melihat pergerakan Nino yang seakan mengatakan biar ia saja yang menaklukan Masayu.

Citra pun menyetujui hal yang di inginkan Nino.

Nino mendekati Masayu yang nampak menjatuhkan sebelah air matanya. Nino duduk di sebelahnya, Masayu masih tak perduli.

Nino memberi sebuah Ubi ungu berukuran sangat besar kepadanya. Masayu tak menghiraukan pemberian Nino.
Sampai Nino mengatakan, jika ia sangat peduli terhadap kondisi Masayu.

Masayu menoleh ke arah Nino, dengan raut muka yang nampak sedih. Ia mengucapkan terimakasih karena telah memperhatikannya, walaupun Masayu tak pernah menganggapnya.

Sahabat mereka yang lain nampak tersenyum bahagia melihat adegan romantika Tuan Pendiam dan Si Nyonya Egois tersebut.

Sampai Bastian menggoda mereka, membuat segelintir dari mereka tertawa.

KKN Hutan Seram✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang