Part 4

4.9K 326 8
                                    

Ini hari ketiga mereka di desa rawa lumpur.

Hari ini proker mereka siap dilaksanakan, dari masing-masing kelompoknya.


Aaron terbangun dari lelap tidurnya pada pagi hari sekitar pukul 06.05.

Ia mendapati kasur milik Gandhi tak berpenghuni, mungkin saja Gandhi sudah bangun dan sedang olahraga.
Itu yg biasa dilihat Aaron setiap ia menginap dirumah sahabatnya itu.


Aaron keluar dari kamarnya dan menemui Bastian, ia bertanya mengenai sarapan pagi ini. Bastian menjawab ada beberapa mangkuk mie di dapur dan ambil salah satu jangan serakah.


Aaron akhirnya menuju dapur, dimana baru pertama kali ia ke dapur milik rumah tersebut. Ia melihat sekeliling dan menemukan beberapa mangkuk mie tersisa bagi siswa yang masih tidur.
Ia mengambil salah satunya dan mulai berjongkok.

Dengan mata yg masih mengernyit ngantuk, di tambah ia berjongkok, ia langsung sigap memakan mie rebus yang tidak diketahui siapa yang memasaknya.


Tak lama dari kejauhan ia mendengar suara seperti geraman dari jarak jauh, tepatnya didalam hutan.
Dari balik dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu itu, Aaron mengintip ke arah hutan sambil membawa mangkuk mie miliknya.

Namun hal yang tak terduga terjadi, tepat dimana Aaron mengintip, yang kemudian di lihatnya pula berupa sebuah mata besar bulat hitam yang mengintip pula, melihat kelopak matanya sedang mengintip dari balik anyaman bambu.

Sontak membuat ia terkejut dan menumpahkan mangkuk mie miliknya mengenai kaki.

Alhasil kakinya merasakan hawa panas dan juga rasa sakit yang berasal dari jatuhan mangkuk keramik yang dipegangnya.



Masayu menuju wc umum seorang diri pada pagi hari ini, sambil membawa sebuah handuk.

Sampai di sana ia melihat Citra dan Arumi sehabis dari rawa membawa air di ember besar berdua menggunakan sebuah tongkat besar sebagai penyangga untuk memudahkan mereka berdua membawanya.

Rupanya mereka berdua amat kelelahan.
Citra menyadari bahwa terdapat Masayu dengan wajah yang sepertinya bertabur kosmetik di dekat wc umum.


Citra bertanya kemudian, apa yang akan ia lakukan, tentu saja dengan nada ketusnya Masayu ingin memakai Wc umum itu.


Citra memberitahu kemudian, bahwa sebaiknya Masayu mengambil airnya terlebih dahulu di rawa seperti yang mereka berdua lakukan. Mengingat tidak terdapat sumur di dekatnya.


Sontak Masayu merespon dengan tidak ada rasa keinginan untuk mengambil air yang berat itu.

Citra bahkan bersedia membantu jika Masayu membutuhkan bantuannya.

Namun Masayu menolak mentah-mentah, ia lebih memilih kembali ke rumah penginapan.


Citra terdiam memandang dengan raut muka heran, Arumi tak memperdulikan sikap Masayu.



Masayu kembali kerumah, kemudian ia melihat Nino. Nino yang sedang asik mengobrol dengan teman-temannya itu terpaksa lengan kanannya di tarik oleh Masayu.

Nino heran dengan apa yang di lakukan oleh Masayu terhadapnya, sampai Masayu membuka mulut jika ia meminta bantuan Nino untuk mengambil air dirawa.


Selama ini pula Masayu tau jika Nino menyukai dirinya, dan karena alasan tersebut Nino selalu di jadikan pesuruhnya, ya selagi Nino masih mau.
Nino menyetujuinya dan mereka beranjak pergi menuju wc umum.



Sampai disana Masayu melihat Citra tengah menunggu Arumi yang sedang berada dalam bilik wc.

Citra bertanya kembali masih maukah Masayu membutuhkan bantuannya?

Akan tetapi Masayu menolak dan berkata bahwa dia punya budak untuk mengambil airnya, yg di tujukan kepada Nino.


Nino pasrah demi rasa cinta dia kepada Masayu, apapun ia lakukan hanya untuk membuatnya bahagia, meski sangat terluka dengan ucapan tersebut.

Citra bingung dengan perlakuan sombong dan ketusnya Masayu, pantas saja jika dia banyak tak disukai oleh kalangan siswi karena sikap egonya itu.


Nino kemudian mengambil ember besar yang kosong dekat dengan pohon besar, lalu beranjak menuju rawa yang jaraknya lumayan jauh.


Citra mendekati Masayu, kemudian memberitahu bahwa Masayu setidaknya harus jaga sikap jangan egois dan jangan mudah memperbudak seseorang yang jelas-jelas hanya untuk di manfaatkan.


Masayu masa bodo akan hal itu, pikirnya yang ia lakukan tidak salah kok, itu semua karena Nino menyukainya, maka dari itu apapun yang ia butuhkan Nino sudah wajib menuruti perintahnya.


Sedangkan dari raut wajah Nino ia nampak bersedih namun tak begitu memikirkan hal yang di ucap dari mulut Masayu.


Nino mengambil air rawa di jeramba dengan menggunakan gayung yang terbuat dari batok kelapa kedalam ember besar yang dibawanya.


Lumayan lama karena kapasitas isi air dibatok sangat kecil kira kira sekitar 450ml.



Arumi selesai dari dalam bilik wc, dan melihat Masayu yang tengah berhadapan dengan Citra.
Sampai Arumi memanggil Citra bahwasannya ia telah selesai memakai wc tersebut.


Citra dan Arumi akhirnya pergi meninggalkan Masayu sendirian yang membuang mukanya.


Citra benar-benar sangat kecewa terhadap sikap dari salah satu temannya itu.

Arumi berbisik kepada Citra, jangan dipikirkan, ia bakal tahu akibatnya nanti.



Beralih di tempat penginapan, Aaron tengah beristirahat di bilik kamarnya, di temani Ridho dan Jefry.
Ia mengeluh ketakutan dengan hal yang ia lihat tadi.


Ridho menyadarkan Aaron agar selalu berucap Istighfar, supaya senantiasa perasaannya menjadi baik dan lupa dengan rasa ketakutan.


Setelah keluar dari kamar milik Aaron dan Gandhi, Jefry mengatakan kepada Ridho sepertinya Aaron saat ini tidak bisa mengikuti Proker pada hari itu, kemungkinan esok ia telah membaik. Ridho menyetujui ucapan Jefry.


Dan yg lainnya pun ikut bubar, karena peristiwa yang di alami Aaron itu mengundang semua mahasiswa laki-laki dan sebagian mahasiswa perempuan terkejut.



Tak lama ada salah seorang warga yang menghampiri kediaman mereka. Seorang ibu-ibu paruh baya yang dari raut wajahnya nampak kesal.


Kemudian wanita paruh baya itu mengatakan bahwa "Jangan ada perempuan yang masuk ke rumah penginapan milik laki laki, tidak sopan, harus jaga etika. Keluar perempuan semua, kembali ketempat kalian."


Beberapa mahasiswi keluar dari tempat hunian milik mahasiswa, yang di antaranya ada Chika, Rara, dan Nikita.

"Ada apa orang itu sampai melihat kondisi teman juga dilarang" sebal Nikita.


Ditempat hunian perempuan, Cinta & Brisia menatap kejadian tersebut.


Kemudian Ibu tersebut memberitahukan kepada seluruh siswa laki-laki bahwasannya, di larang perempuan yang belum nikah masuk ke kamar atau ke rumah milik laki-laki yang masih sendiri. Apapun alasannya.


Ridho dan Jefry memahami apa yang ibu tersebut ucapkan. Dan kemudian, Ibu tersebut langsung kembali.


Citra dan Arumi baru sampai, mereka bertanya apa yang terjadi? Cinta menjawab, gadis-gadis nakal seenaknya masuk ke kamar pria.

Raut wajah Nikita memerah merasa kesal.

KKN Hutan Seram✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang