Part 17

2.7K 198 7
                                    

Chika menaiki mobil Pajero Sport menuju pelabuhan.

Sang sopir yang tampan terus melirik Chika, begitupun Chika melirik spion yang berada di dalam mobil. Matanya nampak indah dan membuat hatinya seakan luluh.

Chika melewati keindahan gedung-gedung bertingkat. Banyak orang berlalu-lalang di sisi trotoar jalan. Pakaian mereka sangat bagus, berbeda dengan pakaian yang di miliki oleh Chika di rumah.

Dan yang paling mengesankan, kota ini jauh lebih maju ketimbang kota-kota lain yang di lihatnya sewaktu ke luar negeri.

Chika penasaran dengan harga pakaian yang terjual di mall kota ini, apakah memang betul sangat murah. Mengingat pakaian tersebut sangat begitu glamour, membuat Chika ragu untuk membeli.

"Nona, apa kau orang baru di kota ini?" tiba-tiba suara pengemudi itu mendobrak suasana hening. Dan menghamburkan pandangan Chika.

"Iya, Pak. Saya hanya tamu." jawab Chika yang kini terfokus pada sorotan kedua mata pengemudi itu di spion dalam mobil.

"Dari mana asalmu?"

"Saya dari bandung, di sini lagi ngerjain tugas KKN sama temen. Di  desa rawa lumpur."

"Oh. Apa Nona pergi ke bandung untuk pulang?"

"Ya, saya mau pulang. Di desa itu saya ada masalah."

"Aku pernah mendengar kisah-kisah seram di desa itu, Nona. Kerabatku pernah singgah sehari di sana, sekedar untuk merasakan kehidupan di desa. Namun ia tidak betah dan kembali ke Saronjani di karenakan katanya ada siluman rawa yang mengintai"

Mendengar hal tersebut, Chika merasakan kengerian.
Chika berlangsung membuka pembicaraan kembali setelah keheningan di rasakan.

"Kenapa pemilik garasi itu menyewakan Pajero nya?"

"Di kota Saranjana ini walikota menyetujui berapapun kami semua mempunyai mobil pribadi. Apalagi harganya begitu murah meriah."

"Kau punya mobil?, maksudku memastikan jika semua barang di sini murah?" tanya Chika.

"Aku tinggal di apartemen, mobilku dua buah, berupa t*yota vellfire. Anakku punya belasan drone" ungkapnya.

"Kenapa kau bekerja di garasi. Apa tidak ada pekerjaan layak?"

"Dari pada terus-terusan berdiam diri saja di apartemen, membuat ku bosan."

"Maksudnya?" tanya Chika kebingungan dengan yang di maksud oleh sang pengendara.

"Di Saronjani, semua penduduk mendapatkan gaji setiap hari. Gaji berupa sebuah uang ataupun sebuah berlian. Gaji di beri sesuai berapa lama umur mereka tinggal di kota Saronjani. Misalkan Nona hari ini tinggal di Saronjani. Semua data terkirim, dan tanpa melakukan pekerjaan apapun Nona sudah bisa mendapatkan uang dari pemerintah dan itu di bayar oleh Walikota tanpa pinjam, melainkan secara cuma-cuma. Aku bekerja karena merasa sangat bosan di apartemen, apalagi bos ku itu memberi gaji yang lumayan besar, jadi bisa menambah penghasilan serta kekayaanku."

"Apa disini ada kantor?"

"Pekerjaan bisa di lakukan sesuai umur. Yang kerja di kantor di bolehkan jika memenuhi syarat berumur dari 80-hingga 150 tahun."

"150 tahun?"

"Ya Nona. Tapi penduduk di sini masih segar bugar dan awet muda"

"Kau umur berapa jika saya boleh tahu?" tanya Chika semakin menjadi-jadi.

"Aku berumur 120 tahun."

"Setua itukah dirimu. Kenapa tidak bekerja di kantor?"

"Kau tahu umurku di bilang masih remaja menurut yang berumur 200 tahun. Dan sungguh bekerja di kantor itu membosankan. Hanya duduk mengetik minum kopi lembur dan itu-itu saja. Jadi setelah dapat 4 bulan di kantor, aku memutuskan menganggur dan memilih pekerjaan ini, karena seru bisa melihat pemandangan gedung Saronjani."

KKN Hutan Seram✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang