Part 13

2.8K 205 0
                                    

Chika terbaring di tempat tidurnya. Citra berada di sisinya bersama Rara.

Sedangkan para penduduk merasa kebingungan tentang hal yang terjadi.

Sampai Samuel masih menunggu jawaban Chika yang sejujurnya. Ia berharap Jefry juga masih bisa di temukan dalam kondisi baik-baik saja.


Cinta berada di saung bersama Ridho dan beberapa sahabatnya.
Cinta menanyakan kepada Ridho, apakah Jefry masih hidup disana.

Ridho tentu tidak ingin mengatakan apapun tentang pertanyaan yang di lontarkan oleh Cinta. Baginya berpikiran seperti itu sama saja seakan berburuk sangka.


Ridho hanya menjawab sebaiknya Cinta mengirim doa agar sahabatnya itu dapat d itemukan, dan jangan bertanya apapun. Apapun kondisi yang di temukan, mereka harus merelakannya.

Sebagian mahasiswa laki-laki berinisiatif agar memanggil bantuan tim sar.

Namun nampaknya di sisi lain jarak menuju kota sangat begitu jauh. Ditambah kendaraan pun tidak tersedia, begitu pula dengan telepon yang tidak ada d isini.

Sungguh perkampungan yang jauh dari teknologi.

Ketua desa dan para warga mengusulkan, bahwa mereka akan selalu membantu dengan ikhlas dan senang hati.

Sampai kemudian Chika membuka suara. Ia menangis sejadinya sambil mengatakan sebenarnya kejadian yang menimpa mereka di hutan.


"Gandhi membunuh Jefry, ketika kami menemukan tempat persembunyiannya."


"Gandhi pernah berubah menjadi mahluk seram berbulu, sewaktu Aku, Jefry dan Masayu bersama membantu Bastian, akan tetapi yang di temukan bukan Bastian."


Masayu menatap sedih atas kematian Jefry. Itu juga di rasakan beberapa mahasiswi.


"Aku sengaja langsung kabur setelah Jefry sudah wafat. Agar Gandhi tidak membunuhku, dan pesan Jefry tersampaikan.
Bahwa Gandhi telah melakukan hal keji, bersekutu dengan iblis untuk keawet mudaannya"


Masayu nampak keheranan, iya tak percaya bahwa Chika telah mengetahui rahasia dibalik Gandhi.


"Dan kau Masayu. Kau merelakan tubuhmu untuk kepuasan mereka. Semurah itukah dirimu?"


Mereka semua tertegun serta ketidak percayaan yang di ungkap Chika, namun mereka tetap meyakininya.

"Aku tidak melakukan apapun terhadap mereka. Kamu berbohong, mengada-ngada serta menuduhku. Kau tahu, aku masih perawan. Aku tidak melakukan hal murahan seperti itu" ungkap Masayu cemas, namun nadanya tinggi.

"Jefry memberitahuku seperti itu. Jadi aku akan selalu mengawasimu, bisa saja kau menyerang kami secara diam-diam"

Masayu merasa geram dan akhirnya ia memilih untuk keluar dari kamar tersebut menuju teras hunian.

Nikita mengejar Masayu kemudian.

"Kau tidak mengada-ngada kan?" tanya Brisia masih tidak percaya.

"Aku serius" jelas Chika dengan mimik wajah sedih.



Menjelang siang sekitar pukul setengah dua.

Mereka kembali masuk hutan untuk segera mencari jasad Jefry setelah semua tahu bahwa Jefry telah meninggal.

Dion sangat terpukul atas kematian sepupunya itu. Iya sangat menyayangkan hari-hari terakhirnya tidak bisa bersama-sama.

Masayu sangat terpojok karena semua rahasia telah terbongkar. Segala cara Masayu lakukan agar pembicaraan yang di ucapkan oleh Chika itu merupakan suatu kebohongan dan tidak boleh di percayai. Akan tetapi semua lebih percaya dengan apa yang di ucapkan dari mulut Chika.

Masayu sangat malu sekaligus ia merasa jika masa KKN nya sudah tidak berarti.


Begitupun dengan Cinta sudah sangat menyerah dengan semuanya, yang ia harapkan secepatnya mereka di pulangkan dan mengakhiri masa KKN.



Saat ini semua para mahasiswi perempuan berada dalam kamar milik Chika, termasuk juga dengan keberadaan Arumi yang nampak biasa saja tanpa ekspresi.


Masayu sendirian di saung tanpa seseorang. Ia merasa sangat terpukul atas perkataan yang lontarkan oleh Chika.

Sehingga ia memutuskan pergi menjauhi hunian menuju tempat proyek KKN mereka.


Disana Masayu merusak apapun yang ada di hadapannya. Iya lebih memilih meluapkan emosinya pada proyek kerjanya ketimbang meluapkan kekesalannya terhadap Chika.

Semua proyek kerja dari kelompok lain pun turut ia hancurkan demi meluapkan kekesalannya.



Ridho berdoa di setiap langkahnya, berharap jasad Jefry dapat segera di temukan.

Namun di perjalanan telah jauh dari hunian, hujan turun dengan sangat derasnya. Membasahi tubuh mereka masing-masing.

Walaupun hujan besar telah membasahi mereka, tapi semangat mereka masih tetap ada untuk menemukan jasad Jefry.


Kejadian aneh kemudian muncul, ketika tak sengaja salah satu penduduk mendapati kepalanya seperti kejatuhan sesuatu dari atas langit.
Setelah ia perhatikan di bawah kakinya terdapat banyak lintah.

Ia teriak terkejut, membuat semua orang panik termasuk para mahasiswa.

Mereka semua pun menyadari jika tubuh mereka semua sudah ada beberapa ekor lintah menghisap darah.

Mereka berlarian tak tentu arah, dan banyak pula para penduduk yang meninggalkan pencarian.

Hingga Ridho memutuskan untuk mencari sendirian di karenakan para sahabatnya mengeluh untuk segera pergi dari hutan.


Ridho di temani oleh Aaron dan Dion. Mereka bertiga masih melanjutkan pencarian jasad Jefry.


Tak berapa lama, mereka melihat jasad Jefry tengah bersandar pada sebuah pohon, dan aroma wewangian melati begitu melekat di badan Jefry, di tambah terdapat beberapa bunga yang berserakan di tanah.
Benar saja ada yang sengaja melakukan hal tersebut.

Dion mengungkapkan, bahwa ini kemungkinan pekerjaan seseorang yang sengaja membunuh Jefry, kemudian menaburinya bunga serta memberinya parfum melati yang wanginya sangat menusuk hidung.

Setelah itu mereka memutuskan untuk kembali kehunian dengan selamat.


Jefry di baringkan di dalam ruang hunian. Para mahasiswa dan mahasiswi sebagian membacakan kitab suci Al-Qur'an kepada jasad Jefry. Sebelumnya para Mahasiswi berizin kepada warga untuk memasuki hunian milik Mahasiswa.


Samuel dan Ridho memperdebatkan jika Jefry segera di kuburkan di rumah asalnya.

Namun mengingat tidak ada kendaraan yang ada di sana, Samuel mengusulkan jika Jefry di makamkan segera di pemakaman desa tersebut.

Setelah itu Samuel mengatakan akan pergi ke kota sendirian untuk memberi kabar keluarga Jefry, serta memberitahukan kepada Pihak kampus bahwa mereka ingin membatalkan program KKN dan memilih untuk pulang.

Ridho tak yakin dengan anjuran yang di berikan Samuel. Mengingat pula jasad Jefry semakin membusuk jika tidak segera di makamkan.


Akhirnya dengan keputusan yang sangat berat, mereka semua menguburkan jasad Jefry di pemakaman kecil di desa tersebut, dengan di bantu para penduduk sekitar.


Semua bermuram, dan menangis antara kematian Jefry serta rasa keinginan untuk pulang membatalkan kegiatan KKN tersebut, dari pada nyawa mereka yang akan terancam.



Malam harinya. Ridho bersama Aaron, dan Dion melantunkan ayat suci Al-Qur'an di bilik kamarnya. Ia mengirimkan doa agar arwah Jefry tenang di alam kubur sana.


Citra, Rara, dan Chika mengaji bersama untuk mengirim doa kepada mendiang Jefry di hunian Mahasiswi.
Sedangkan mahasiswi yang lain duduk memperhatikan, dan beberapa yang nonmuslim seperti Brisia dan Nikita berdoa sesuai keyakinan mereka masing-masing.


Arumi kembali merasakan kesakitan pada kepalanya. Hingga ia memutuskan untuk izin masuk bilik kamar, beristirahat dengan alasan pusing.


Mahasiswa laki-laki yang lain seperti Samuel, Nino, dan Bastian menunggu di saung.
Mereka berencana akan memberikan pelajaran untuk Gandhi yang telah membunuh ketua pimpinan KKN mereka.

Hari itu tepat dimana Jefry di makamkan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya serta kampusnya.

Dan besok Samuel yang telah berjanji untuk ke kota dengan berjalan kaki, akan segera memberitahukan hal tersebut serta mengeluarkan mereka semua dari KKN yang berujung petaka ini.

Ya kita tunggu saja apakah Samuel benar-benar melakukannya tanpa omong kosong belaka.

KKN Hutan Seram✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang