Bagian #21 (Mampukah Aku Mencintaimu)

35 1 0
                                    


#POV.Naina

....

Kuusap layar ponsel dengan perlahan.Jujur, malas betul sebenarnya jika aku harus menerima telepon darinya
--Deny--

Namun, egoku terkalahkan oleh rasa penasaran yang mencuat tatkala namanya tertera di layar ponsel.

[Assalamualaikum?]

[Nay! Kamu di mana? Bisa pulang sekarang!?]

Suara terengah-engah dari sebrang telepon.

Entah, apa yang membuatnya seperti dikejar-kejar harimau.

[Jawablah salamku! Kebiasaan.]

[Wa'alaykumussalam. Iya, sorry. Udah cepet pulang, ini urgen banget!]

[Ada apa!?]

[Kamu cepet pulang!]

Tut ... Tut ...

Sambungan telepon terputus begitu saja.

Segera kumasukan ponsel dengan kasar ke saku gamisku.

Bergegas untuk berkumpul kembali dengan Kakak-Kakakku.
T

iba-tiba ...
Brraaggh!

Tangannya mencekal lenganku.
A

ku menoleh cepat.

Astagfirullah!

Nek Lampir rupanya, kupikir akan seperti drama-drama ftv.

Pangeran menghentikan langkah sang putri dengan romantis.


"Apaan, sih!?" Aku melepaskan genggamannya.

"Kamu gak usah pengaruhi suamiku buat ngurusin Ibu, lagi, ya! Awas, kamu kalo sampe ngomong ke Ibu sama Bang Malik. Tau diri deh! Kamu, kan, anaknya. Ya, gantian lah, mengurus Ibu." umpatnya dengan sangar.

Aku menatapnya.

"Kak Meli, denger, ya! Jangan takut! Aku gak bakal nyuruh Kak Malik buat jagain Ibu. Aku yang akan merawatnya sendiri." Pungkasku.

"Astagfirullah ... Astagfirullah ..." mulutku tak henti melafalkan istighfar.

Takut, kalau-kalau aku sampai keceplosan mengucap sumpah serapah yang justru akan membalik kepadaku.

"Halah. Farah, bilang, kamu mau ke bandung lagi, kan!? Terus, maksud kamu apa? Rena yang jagain? Aku gak sebodoh itu, ya!" tukasnya.

"Oh! Jadi teh, Kak Meli tau dari Kak Farah? Baguslah. Biar aku gak capek-capek lagi ngasih tau ke semuanya." Aku berlalu.

Meli mengepal jemarinya kuat.

....

Langkahku terhenti sejenak, pandanganku terpaku pada sosok lelaki berparas tampan.
Ia duduk tepat di samping Fikri, kakakku. Ia juga tersenyum ramah padaku.

"Nay. Sini!" teriak Kak Fikri, membuyarkan lamunanku sesaat.

Kak Fikri menyuruhku untuk duduk di dekatnya.
Oke, Aku manut saja.

Ikhtiar Cinta (Menggapai Ridha-Mu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang