Bagian #9 (Sekretaris?)

5 2 0
                                    


✨ Aku itu kuat, aku bisa ikhlas, aku pun ceria. Tapi aku bisa rapuh, aku akan berontak,
aku pasti terluka Saat semua yang ku cinta pergi dan takkan pernah kembali ✨


Pov.Author
-
-

Asap knalpot mengepul ke angkasa, penyebab polusi udara. Belum lagi egois dari pengendara yang membuat klaksonnya saling bersahutan. Menambah kebisingan dalam angkutan kota jurusan Serang. Riuh, laju motor dan mobil tak tertata. Yang ugal-ugalan, salip menyalip bahkan ada yang sangat santai menikmati perjalanan macam punya nenek moyangnya.

Akibatnya, angkutan kota yang membawa Naina menjadi lambat karena macet sedangkan waktu yang tersisa adalah sepuluh menit lagi.

"Astagfirullah! Bisa-bisa saya kena omelan karena telat, nih." Katanya panik sambil melirik jam tangannya.

"Kiri-kiri, Bang!" Teriaknya lalu menyodorkan dua lembar uang warna abu-abu. Naina mulai geram melihat keadaan yang tak biasa ia rasakan, karena sehari-harinya ia hanya berjalan melewati perkampungan, bukan jalan kota.

Ia lantas berjalan kaki dengan sangat terpaksa karena tak mau bermacet-macetan. Melangkah dengan cepat menghindari kendaraan yang berlalu-lalang di sepanjang jalan. Tak jarang pengandara yang usil membunyikan klaksonnya untuk menggoda Naina, dasar genit!

Rupanya ia tak menghiraukan kelakuan dari pengendara motor yang genit itu. Ia tetap berjalan dengan penuh semangat, hingga peluh membanjiri keningnya.

"Ya Allaah, kuatkan aku!" Lirihnya sambil menyeka keringatnya dengan sabar. Karena jarak ia berhenti dari angkutan kota tadi ke office pabrik PT. Niwan tidak begitu jauh, jadi hanya membutuhkan waktu sedikit saja agar sampai tepat waktu.

Setelah langkah kakinya menginjak ubin lantai dasar. "Ya Allaah! Haus banget, sih. Ke kantin dulu, ah." Ujarnya membelok ke arah kantin.

Belum sampai di bibir kantin, Naina malah bertemu dengan salah satu pegawai kantor. "Oh! Bagus, ya, kamu! Kamu kan yang pengganti cleaning service, itu?" Tukasnya.

"Maaf, saya Naina Azkiya Shariiv. Bukan bagus, Pak." Elaknya, ia menutup rapat kedua bibirnya untuk menahan tawa.

Padahal ia tahu, hanya saja Naina mau menghindari omelan yang sedikit lagi akan keluar dari mulut lelaki yang ada dihadapannya

Mata lelaki itu membulat. "Kamu ini!" Hardiknya.
"Maaf, Pak." Ucap Naina polos.

"Kenapa pakainmu seperti kerja kantoran?" Selidiknya sebelum berlalu.
"Em--- Engga, Pak." Jawab Naina gugup.

Naina memang sengaja berpakaian ala pegawai kantor yang rapih dan wangi dari rumah, lalu ia akan menggantinya dengan seragam cleaning service setelah sampai di kantor. Alasannya klasik, agar tidak ketahuan oleh Ayah dan Ibunya

"Lain kali, jangan sok rapih! Pake langsung aja seragamnya." Imbuhnya sambil berlalu.

Menyebalkan orang dengan kepribadian begitu! Naina hanya bisa melempar senyum dan mengangguk setuju. Baginya, percuma saja menceritakan tentang hidupnya pada orang lain.

Waktu demi waktu Naina lalui pekerjaannya dengan semangat, maklum saja hari pertama masuk kerja. Ketika jam istirahat tiba, ia bergegas meletakkan peralatan kerjanya dan berjalan menuju kantin, rasa laparnya tak dapat ditahan lagi.

Naina dengan cepat memesan makanan yang berjejer di etalase, lalu duduk seorang diri.

Beberapa saat berlalu. "Hay! Kamu baru, ya? Soalnya selama kerja di sini, aku baru liat deh." Ucap perempuan berwajah sendu itu pada Naina.

"Boleh aku duduk di sini?" Imbuhnya
Naina hanya tersenyum. "Iya, Mbak. Saya baru aja kerja. Mbaknya pegawai kantor, kan, ya?" Jawabnya dengan menyipitkan matanya.

Ikhtiar Cinta (Menggapai Ridha-Mu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang