Bagian #25

78 2 2
                                    


🍁🍁🍁

Apabila kamu telah memiliki
sesuatu yang indah
Maka janganlah kamu mencari
yang lebih indah
Sehingga kamu kehilangan keduanya

_ Unknow _

🍁🍁🍁

#IzinkanAkuMelepasMu

~ Naina

....

Malam ini dua kali lipat lebih sunyi kurasakan dari malam-malam sebelumnya. Kepulan asap rokok masih saja terlihat, ingin aku mematahkan rokoknya.

"Kak, buanglah, itu rokok! Ndak kasian sama Ibu?" kataku mendengus kesal

Dengan segera Kak Malik membuang puntung rokok yang ia himpit di sela kedua jarinya. Sementara Deny menyunggingkan senyumnya dan Mery --Istri Malik-- tetap menatapku sinis.

"Bu, bicaralah! Deny sudah datang." titah Kak Malik

Tidak ada satu patah kata pun dari mulut lelaki berkumis tipis yang sedang duduk santai di samping Kak Malik itu. Menyebalkan!

"Nikahlah dengan Deny." seloroh Ibu menyentuh punggung tanganku

Mulutku mengangga seraya detak jantungku lebih cepat kurasakan saat Ibu mengatakannya.

"Ma-- Maksud, Ibu?" tanyaku pura-pura

"Apa Deny belum bilang sama Naina?" cecar Ibu pada Deny

Semua mata tertuju pada Deny yang dilanda peluh. Lelaki itu hanya mengangguk dan senyum.

Ah! Ingin aku tarik saja mulutnya dari wajahnya yang manis itu.

"Hah! Bilang apa, sih, Den!?" protesku

"Emm-- 'Kan, aku bilang pengen serius sama kamu. Nikah sama kamu, Nay." jawab Deny dengan gugup

Kak Malik terus menatapnya. Sedang air mataku terus mengalir dan tidak mau kuhentikan.

"Kenapa Ibu ndak ngomong ke Malik dulu, sih, Bu?" tanya Kak Malik

"Umur Ibu sudah tidak lama lagi, Lik. Ibu khawatir dengan keadaan adik-adikmu, mereka perempuan. Siapa yang akan menjaganya jika Ibu tidak ada?" tutur Ibu dengan air mata yang berlinang

Kak Malik hanya pasrah mendengar penuturan dari Ibu. Aku tahu, Kak Malik belum memaafkan Deny, dia menerima kedatangan Deny pun hanya menghargai keinginan Ibu. Sangat jelas sekali kulihat dari sorot netranya kepada Deny.

"Tapi, Bu?" kuseka air mata yang lemah ini, dan aku mengatur napasku

"Aku masih mencintai Ustadz Fahmi. Ibu juga ndak bisa memaksaku. Ibu ndak bisa mendahului takdir Allaah." sambungku dengan sesenggukan

Kak Malik memelukku dari samping, mengelus puncak kepalaku, sedikit membuatku merasa tenang bila berada dalam pelukannya. Ibu hanya menangis melirikku tanpa menjawab perkataanku.

"Apa Ibu yakin dengan keputusan Ibu memilih dia untuk jadi suami Naina, Bu?" tanya Kak Malik menatap Deny lekat

"Yakin, Insyaa Allaah. " hanya itu yang keluar dari mulut Ibu

Namun, mampu membuat hati ini semakin teriris dan hancur. Perih mendengar pernyataannya yang tidak sesuai dengan keinginanku.

"gimana, Dek?" bisik Kak Malik

Ikhtiar Cinta (Menggapai Ridha-Mu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang