Bagian #8 (Never give up!)

3 2 0
                                    


🍂 Sebaik apapun dirimu,
akan berbeda di setiap cerita orang lain 🍂


POV. Naina
-
-

Matahari begitu manja menampakkan cerahnya, bersanding dengan awan yang satu frekunsi dengannya. Untuk menuntaskan rasa penasaran, aku bergegas ke luar rumah untuk mencari keberadaan Ibu dan Kak Rena, entah apa yang mereka lakukan sampai lupa waktu!

Disaat mulutku tak berhenti menggerutu, dari kejauhan nampak perempuan berbaju lusuh sedang mengejar perempuan lainnya yang asik menimang boneka.

"Ck! Pasti itu Kak Rena, gak kasian sama Ibu, apa?! Nyebelin!" Ucapku menghampiri mereka.

Benar saja, Ibu berlari dengan tergopoh-gopoh. Tangannya bersusah payah menahan sepiring nasi dengan lauk ceplok telor kesukaan Rena, anak spesialnya. Ia mengikuti arah kemana anaknya berlari, tiada nampak lelah dalam bingkai wajahnya.

Bu, ingin rasanya aku menggantikan posisimu,  mengurusi keperluan Kak Rena. Tapi aku tidak bisa!
Kak Rena selalu ingin di dekat Ibu, jika tidak ada Ibu, ia akan meminta kehadiran Kak Malik untuknya. Pufffttt!!

"Bu ..." Selorohku. Ia menoleh, sesekali menyeka keringatnya dengan punggung tangannya.

"Eh! Sudah pulang kamu, Nay?" Balasnya sambil menutupi lelahnya dengan senyuman yang tulus.

"Ibu, ini sudah dzuhur. Kenapa ndak pulang, sih? Yuk, pulang!" Aku memeluknya dari belakang.

"Lihat kakakmu! Sudah Ibu teriaki untuk pulang, tetap saja mau bermain di sini." Tukasnya

"Ibu cape, kan? Sini! Biar Nay aja yang suapin, Ibu pulang, ya. Solat juga, Kak Rena biar Nay yang jaga dan nyuruh pulang nanti." Pintaku meraih piring yang nasinya sisa lima suapan lagi.

"Ah! Sudah, biarin aja. Pasti kamu kan lebih cape, habis ke tempat kerja. Biar, kamu istirahat saja sana!" Elaknya.

"Ibu belum solat, kan?" Alibiku.
"Oalah, iya! Yasudah, nanti Ibu balik lagi ya abis solat. Titip kakakmu." Jawabnya dengan sedikit terkekeh.

Aku tersenyum penuh kemenangan. "Iya. Udah biar Naina saja, Ibu pulang terus solat, habis itu siapkan makan, Ayah pasti pulang dari kebun, Bu. Ibu makan deh sama Ayah, biar so sweet, hehe. Terus Ibu istirahat. Oke, bu?" Ujarku mantap.

Ibu hanya tersenyum. "Kamu ini, Nay. Selalu bikin Ibu gemes!" Celetuknya lalu mencubit pipiku.

"Oh, ya! Gimana kerjanya? Diterima ndak?" Tanyanya antusias.

Aku mengangguk. "Alhamdulillah, Bu. Diterima, besok Naina udah bisa kerja." Jawabku senyum.

"Syukurlah, Ibu seneng, Nay, dengernya." Selorohnya sembari mengelus puncak kepalaku.

"Yaudah, Ibu pulang dulu, ya. Takut Ayah pulang belum disiapkan makan." Imbuhnya sebelum meninggalkan tempat yang dipenuhi debu.

"Iya, Bu." Aku mengangguk cepat.

Dari kejauhan nampak perempuan berlari menghampiri. "Ibu!! Jan egi, Bu." Teriaknya. Benar saja, ia melarang Ibu untuk pulang. Dasar manja!

"Kakak sama Nai, dulu! Ibu pulang sebentar mau solat. Nanti balik lagi. Okey?" Ucapku menahan tangannya agar tidak mengejar Ibu.

"Bu, cepat pulang! Ndak papa, Bu." Tambahku pada Ibu yang kebingungan. Ibu bergegas meninggalkan anak manjanya

"Euhh!! Ena gak mau sama, Nai. Gak mau! Ena mau sama Ibu. Sama Ibu!!" Teriaknya semakin kencang dengan suara cadelnya yang khas.

"Kaaaaaaak! Diem bisa ga, sih?! Malu kedenger orang. Lagian sebentar doang, ikh!" Lirihku, tak terasa air mata menyumbul di pelupuk mata.

Sejenak, ia memandangiku, entah dia memahami perkataanku atau dia sendiri bingung mengartikannya.

Ikhtiar Cinta (Menggapai Ridha-Mu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang