Ikhtiar Cinta (Menggapai Ridha-Mu)

Bagian #22

🍃💖🍃🌹🍃💞🍃

"Betapa sakit saat aku mencintai seseorang yang aku sendiri tahu ia tidak akan jadi milikku"

🍃💖🍃🌹🍃💞🍃

#KurebutCintamuLagi

POV. Deny

....

Kini, laju roda kendaraanku terhenti, terlihat beberapa orang berseragam putih lalu lalang melewati aku dan Naina.

Dengan cepat Naina turun dari atas kendaraanku yang baru saja terparkir.

Langkahnya semakin cepat saat keluar dari parkiran.

Kuperhatikan tiap jengkal perubahan dari wajahnya. Kini, Nainaku lebih menerima kehadiranku dari sebelumnya.

Ya, saat aku memutuskan untuk berubah. Berubah menjadi lebih baik dari masa laluku, ikhlas lillahi ta'ala.

Kepincut ...

Mungkin kata itu cocok untukku, yang memang kepincut akan cantiknya.

Bukan! Bukan hanya karena wajahnya.

Lihatlah! Kini ia lebih rapi dan tertutup tubuhnya, lekukannya saja tak nampak, ia juga begitu menjaga sikap dan volume suaranya.

Jauh berbeda, saat ia masih menjadi kekasihku, dulu.

"Di ruangan mana, Den?" tanyanya, bola matanya sibuk menatap setiap ruangan yang ia lewati.

Lamunanku buyar.

"Ck! Bisa sabar, tidak!? Kalo gak tau itu manut aja. Ikut di belakang, jangan mendahului!" ketusku.

Terlihat bibir Naina mengerucut dan pipinya menjadi lebih 'gembul'.

Jujur saja, aku semakin jatuh cinta, melihatnya seperti itu.

'Gemess' bukan?

Ya.
Aku memang sengaja membuatnya kesal dengan setiap perkataan yang kukeluarkan.

Jika terlalu serius, aku takut dia akan bosan padaku.

Maka dari itu, aku lebih suka menggodanya dengan berpura-pura cuek dan judes.

Aku akan perjuangkan cintaku yang pernah gugur bersamanya dulu.

Merajut cinta yang halal, cinta yang menuntunnya hingga ke surganya Allah.

Ciye ... Lumayan kan kata-kataku barusan?

Aku terus berjalan, melewati koridor. Hingga akhirnya aku berhenti di salah satu ruangan.

"Ayo, masuk!" seruku.

Naina hanya melirikku.

"Makasih, ya, Den?" sorot netranya membuatku jatuh cinta.

Tahan Den, Tahan!

Aku mulai tersenyum ...
Senyum 'se-jaim' Deny.