6. What If

2.2K 228 21
                                    

"Jika tak ingin melukai orang yang menyayangimu, jangan berikan ruang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika tak ingin melukai orang yang menyayangimu, jangan berikan ruang. Jangan buat harapan itu berkembang. Sebab akan lebih sulit jika harapan itu tumbuh..."

🌺 Unknown 🌺

.
.
.

Cahaya matahari bersinar terang menembus jendela, masih lelap dalam tidurnya Oh Sehun berbaring telungkup. Sebuah kecupan manis yang mendarat di pipi kirinya membuat Sehun langsung tersadar, dia mengulurkan tangannya menangkap tangan hangat milik perempuan bernama Kang Seulgi yang berdiri di sampingnya.

"Kau mau kemana?" tanya Sehun dengan suara samar.

Seulgi menunduk menatap mata hitam legam Sehun yang sayu, lalu dengan hangat menarik tangan Sehun yang melingkar di pergelangan tangannya dan meletakkan tangannya yang dingin di telapak tangan Sehun yang hangat, mengamati jemari Sehun yang panjang dan kecokelatan mengenggam erat-erat jemarinya.

"Apa kau tidak pergi menjenguk istrimu?"

"Tidak," kata Sehun datar.

Seulgi duduk di samping Sehun ketika pria itu membuka lebar matanya sambil berguling telentang, tatapannya menyusuri ruangan, menyapu setiap perabotan yang memang sudah tidak asing di ingatannya. Ini adalah kamar Kang Seulgi.

"Tidak seharusnya kau melakukan itu, Joo Hyun adalah istrimu. Kau harus meluangkan waktumu untuknya." Meskipun kata-kata yang keluar dari mulut Seulgi terdengar begitu tulus, Sehun tahu apa yang ada di baliknya, senyuman terpaksa itu dan juga sorot mata kesedihan itu tidak bisa membohonginya. Haruskah Seulgi mengatakan semua yang bertolak belakang dengan keinginannya seperti itu?

Dia mengayunkan kaki ke tepi ranjang, berdiri dan cepat-cepat berpakaian. Sehun sungguh berharap Seulgi jujur dengan perasaannya dan dengan segera menghentikannya, Setelah menghabiskan malam bersama apakah dia sungguh-sungguh akan melepaskan pria yang dicintainya untuk pergi menemui istrinya? Dengan mata yang disipitkan, Sehun mengamati ekspresi Seulgi, dan gelombang kelegaan menerjangnya ketika tangan perempuan cantik itu melingkar kembali di lengannya.

"Kau tidak ingin aku pergi kan?" desak Sehun.

Seulgi melirik ke atas, menatap tubuh tinggi Sehun yang menjulang di depannya. Jantungnya berdetak semakin kencang ketika melihat bahu Sehun yang bidang itu turun dan mensejajarkan dirinya, begitu dekat dengan bahunya dan wajah Sehun yang tegas dan tampan menghalangi pandangannya. Seulgi mengalihkan dirinya dengan memandang kaca yang tergantung di atas meja rias, kini dia bisa melihat dengan jelas wajahnya yang kini sudah berubah merah padam.

"Aku ingin mengatakan itu, tapi jika aku mengatakannya aku benar-benar menjadi orang yang jahat." Seulgi berkata seperti itu sambil mendesah menyerah.

Seulgi tahu dengan pasti, hubungan yang dia jalani bersama Sehun adalah suatu kesalahan. Di satu titik, dia pernah merasa dia harus menghentikannya—kegilaan ini adalah satu dosa besar. Tapi saat dia mencobanya, ketika dia berusaha keras menyembunyikan reaksi hatinya yang membangkang pikirannya, dia merasakan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya sakit, semakin dia berharap Sehun pergi dari hidupnya, rasa sakit itu semakin terasa. Kenapa? Pikir Seulgi putus asa, bahkan dalam kesendiriannya, dia masih bisa merasakan kelembutan tangan Sehun yang menggenggam tangannya dan juga sorot mata Sehun yang seolah tengah memujanya.

BRIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang