[ Story to Tell ]

904 108 14
                                    

"Hah? Ngomong apa kamu?"

Yeri menundukkan kepalanya seketika ketika mendengar ucapan Koeun yang cukup sengit itu. Terkejut dan takut. Campur menjadi satu semuanya. Tetapi di satu sisi Yeri bingung kenapa mendadak Koeun sepertinya agak sensitif ketika berhubungan dengan Mark. Padahal kan mereka baik-baik saja kan?

Atau ada sesuatu yang terjadi dan Yeri tidak mengetahuinya?

"Aku pikir ini masalah kita berdua saja dan ga perlu ad-"

"Bertiga" sela Donghyuck tiba-tiba. Koeun berhenti dan menatap lelaki itu dengan alis bertautan dan menghela napas "Okay, maksud aku bertiga. Jadi untuk apa kita butuh Mark yang notabenenya adalah orang luar dari masalah kita?"

Yeri terbungkam akan perkataan Koeun yang sebenarnya ada benarnya juga. Tapi,sebagian hatinya masih menginginkan Mark ada disini. Rasanya jadi lebih aman saja. Karena apa yang akan dia ceritakan nanti sepertinya bakal sangat membuat Koeun kecewa.

Yeri menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya gelisah. "Hmm.."

Donghyuck hanya memandang mereka berdua bergantian. Kenapa perempuan selalu membuat segalanya jadi lebih rumit ya? Kalau saja hari itu Yeri jujur pada Koeun pasti tidak akan ada hari dimana Yeri harus merasa bersalah seperti ini. Tapi sepertinya kalau semua mahluk di dunia ini tidak ada yang membuat masalah jadi lebih kompleks pasti dunia ini akan terasa sangat datar.

Ya,sesekali kita butuh orang yang meribetkan masalah.

Koeun yang melihat Yeri tertunduk sebenarnya merasa tidak tega juga. Gadis itu tahu bahwa membuat Yeri untuk berani duduk di hadapannya dan menjelaskan yang terjadi pasti merupakan hal yang luar biasa berat bagi Yeri. Ia menghela napasnya.

Lalu menggenggam tangan Yeri yang masih terletak di atas meja. "Gapapa,ceritain aja semuanya. Kita udah temenan berapa lama sih? Masa gini aja kamu masih ragu buat cerita?" Dengan senyuman tipisnya Koeun berusaha menenangkan Yeri.

Di mata Donghyuck sebenarnya ini adalah adegan yang terbalik. Maksudnya,kenapa jadi Koeun yang berusaha membuat Yeri lebih tenang? Bukankah disini posisinya adalah Koeun menjadi 'korban' ?

Lelaki itu mengendikkan bahunya. Malas untuk memikirkannya lebih jauh lagi. Jawabannya hanya satu, wanita adalah ciptaan yang rumit.

Yeri menelan ludahnya gugup. Namun, melihat senyuman sahabat terbaiknya ini, maka ia berusaha tenang. Mengambil napas dan menghembuskannya perlahan secara berkali-kali. Membuat dirinya menjadi sedikit lebih rileks. "Jadi,begini..."


"Yeri! Kalau sudah mengerjakan pr nya,langsung bantu Ibu siapkan makan malam ya!"

Yeri kemudian membalas dari kamarnya "Iya Ibu!" 

Setelah dirasa telah cukup menulis cukup banyak paragraf untuk tugas essaynya,Yeri menutup bukunya dan tersenyum bangga. Ternyata seorang Kim Yeri bisa pintar juga. Batinnya memuji. Ia masukkan buku-buku untuk kelas besok dan bersiap untuk turun ke lantai bawah. Namun tiba-tiba kegiatannya terhenti ketika sebuah surat mendarat ke bawah kursi belajarnya.

Dahinya mengerut. Mengingat-ingat surat apa ini. Apakah ada temannya yang iseng mengirim seperti ini padanya? Apa mungkin? Dilihat lagi amplop yang berwarna pink mencolok itu. "Pemilihan warnanya aneh" ucapnya. Untuk memastikan apa itu isinya maka dibukanya amplop berwarna pink tersebut.

Di dalamnya terdapat selembar kertas yang berisi tulisan (tentu saja) cukup panjang hingga membuat Yeri sempat berdecak kagum. Seniat itu ternyata orang yang ingin mengerjainya. Di bacanya surat tersebut dengan seksama. Kata demi kata. Kalimat demi kalimat.

Red Dress +Mark , KoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang