[ Wilted Flower ]

896 86 37
                                    

"Kak Taeyong?"

Matanya mengerjap berkali-kali. Memastikan bahwa ia tidak salah lihat atau berhalusinasi bertemu dengan pria nomor satu yang paling tidak ingin ia temui itu.

Segala masa yang ia kubur jauh-jauh terkumpul pada sosok lelaki tegap yang tengah berjalan ke arah dirinya. Benar-benar bagaikan petir di siang bolong. Jika ini adalah tayangan drama India apakah mungkin ada efek zoom in dan zoom out yang luar biasa?

"Ini beneran Mark kan? Astaga, sekarang kamu udah tinggi banget ya?" Taeyong dengan santainya memegang lengan Mark dan memeriksa sudah sejauh apa adik kelasnya saat SMA bertumbuh. Sungguh, sekarang tingginya sudah melebihi Taeyong.

"Iya benar, ini saya, Kak" Taeyong tersenyum dan kemudian memberikan arahan pada Mark agar mengikutinya duduk bersama. "Kalau masih nunggu orang, bareng aja sini." Sedangkan Mark untuk seketika gagu dan hanya menuruti permintaan Taeyong. Seolah "Mark" yang selama ini telah ia bangun kembali runtuh dan berubah menjadi kerbau yang dicocok hidungnya.

Taeyong menunjukkan meja persegi yang berada persis samping jendela besar yang mengarah langsung ke taman. Ada danau besar yang menjadi spot favorit para pengunjung di tengah-tengahnya. Untuk kawasan Kota penuh hutan beton, kehadiran kafe ini sangat menyegarkan.

Mark duduk, terlihat ada dua orang yang juga sedang bersama Taeyong. Satu lelaki berbadan tegap dengan rambut kecoklatan dan satu lagi perempuan dengan aura penuh kecerian mengelilinginya. Mark mendudukkan dirinya di bagian samping dekat jalan tempat para pelayan dan pelanggan lainnya mondar-mandir.

"Hai, aku Seunghee" Perempuan bermata monolid itu mengajukan dirinya terlebih dahulu ke Mark dan syukurlah, itu merupakan keuntungan bagi Mark karena membuka percakapan baginya adalah suatu bencana.

Dengan catatan, membuka percakapan kepada teman-teman Taeyong.

Ya, sejak SMA Mark punya rasa kecemasan berlebih terhadap teman-teman yang dimiliki oleh Taeyong. Padahal mungkin mereka hanyalah sekumpulan orang-orang baik. Namun luka tetaplah luka, bukan?

"Jackson" Lelaki yang duduk di samping Seunghee juga ikut mengulurkan tangannya ketika Mark sudah selesai menyalami tangan Seunghee. Dan dengan anggukan yang sopan dan senyumnya yang menawan, sesi perkenalan Mark kepada teman-teman Taeyong telah berakhir.

Kini masuk ke babak kedua, yaitu bincang-bincang. Babak yang sebenarnya sangat ingin dia hindari. Tapi rasanya tidak sopan jika pergi begitu saja kan? Maka atas nama etika, Mark merelakan dirinya memesan Coca-Cola agar mereka tahu bahwa Mark akan tinggal sedikit lebih lama.

"Dia adik kelasku saat SMA, dulu tingginya hanya segini" Taeyong meletakkan tangan kanannya di bahu miliknya sedikit lebih ke bawah. Menunjukkan bahwa lelaki yang duduk di sampingnya memiliki tinggi tidak seberapa.

Jackson hanya tertawa dan mengambil kentang goreng dari snack bucket yang tersedia di atas meja, "Sekarang giliran kamu yang tingginya segitu?" ledeknya pada Taeyong. Sedangkan Taeyong malah ikut tertawa dan menganggukan kepalanya dengan bersemangat.

Seunghee ikut menimpali, "Karma tuh kayaknya Yong. Dulu waktu SMA pasti jahil banget kan kamu?" Taeyong kembali tertawa dan mengalungkan tangannya ke pundak Mark. "Coba tanya saksi nyatanya aja gimana? Mark, dulu aku anak bandel bukan?"

Mark yang niatnya tadi hanya duduk tenang dan menghabiskan Coca-Cola, kini harus merubah kembali rencananya. Dia harus ikut mengobrol kalau sudah seperti ini situasinya. Mark tidak enak jika semuanya menjadi canggung karena ia terlalu kaku untuk diajak bergurau.

"Engga, kak Taeyong itu panutan saya selama masa SMA" jawabnya. Sebenarnya Mark tidak berbohong, sewaktu SMA memang benar dia mengidolakan sesosok Taeyong sampai orang-orang tega menyebutnya sebagai "Simpanan" Taeyong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red Dress +Mark , KoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang