Bab 9

2.5K 460 24
                                    

Damn you, Heart!

"Mentari ...."

Gadis yang sedang antre membeli soto ayam itu menoleh, mendapati Anilla kini menghampirinya. Dari penampilannya, sepertinya wanita itu habis jogging.

"Tante," sapa Mentari ragu-ragu, bagaimana pun dia belum pernah berkenalan secara resmi dengan wanita ini.

"Oh, kita belum kenalan ulang ya? Nama tante Anilla." Wanita itu mengulurkan tangan yang disambut Mentari masih dengan wajah bingung.

"Kenalan ulang?"

Anilla tersenyum kecil. "Kita pernah kenalan, waktu kamu baru lahir. Saya sama Mbak Irma berteman cukup dekat," jelasnya.

Mentari ber-'ooh' ria sambil mengangguk, akhirnya mengerti.

"Mau main ke rumah tante?" tawar Anilla setelah mereka sama-sama terdiam.

"Makasih, Tante. Tapi saya harus buruan pulang, kakek nungguin sotonya untuk sarapan," tolak Mentari dengan halus.

"Oh, okay. Next time ya. Kamu sering main ke rumah Reyhan, masa ke rumah tante nggak. Kan tante jadi iri," ujar Anilla dengan memasang wajah pura-pura sakit hati.

Mentari tertawa kecil. "Iya, Tante. Kapan-kapan saya main ke rumah Tante."

Sejujurnya, ada rasa tidak nyaman setiap kali Mentari melihat Anilla bersama Reyhan. Tapi mau tidak mau ia harus mengakui, bahwa wanita cantik ini sebenarnya bukan orang yang buruk.

Ngomong-ngomong, bagaimana Anilla bisa tahu bahwa Mentari sekarang sering main di rumah Reyhan?

***

"Om bilang ya ke Tante Anilla kalau saya sering main di rumah Om?" Mentari memetik sebutir jambu, lalu melempar ke arah Reyhan yang dengan sigap menangkapnya di bawah.

"Dia lihat waktu kamu pulang dari sini. Jadi nanya dan saya jawab." Reyhan meletakkan buah jambu tersebut di keranjang, lalu mengerutkan kening. "Kamu mau merampok buah jambu saya berapa kilo lagi?"

"Sebanyak mungkin, sampai yang matang habis semua. Lumayan, buat dijual," sahut Mentari dengan asal.

"Kamu kekurangan uang saku?"

Mentari mengerling nakal. "Kenapa, Om mau kasih saya uang saku?" tanyanya sambil kedip-kedip centil.

"Boleh, tapi kamu bersihin kolam renang saya dulu."

"Ogah!"

Setelah puas membabat habis buah jambu yang matang, Mentari segera turun. Namun ternyata Reyhan sudah menghilang dan meninggalkan keranjang berisi jambu di bawah pohon.

"Ck, tuan rumah macam apa tamunya dibiarin sendirian gini?" cibir Mentari seraya mengangkat keranjang berisi jambu-jambu tersebut.

Ia pun melangkah ke dalam rumah.

Sejak beberapa minggu lalu, Mentari memang jadi sering bolak-balik ke rumah ini. Semua itu hanya karena ia asyik meminta ajar Pak Dono, tukang kebun Reyhan yang akhir-akhir ini sering datang 2 atau 3 hari sekali.

Pak Dono bahkan sudah menawarkan akan membantu kebun Mentari juga, tapi gadis itu menolak. Ia bersikeras mengerjakan sendiri kebun impiannya, cukup saran dan masukan dari orang-orang lah yang akan ia terima. Tapi sumbangan pupuk seperti yang sering Reyhan berikan juga diterimanya tanpa malu-malu.

Langkah Mentari terhenti ketika sampai di ruangan tengah. Rumah Reyhan memang luar biasa besar, bahkan Mentari masih sering bingung dengan ruangan apa saja yang ada dalam bangunan tersebut.

Sunrise (Oneshot - Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang