Bab 11

2.6K 485 62
                                    

Kalau kamu carinya yang ganteng dan berduit, aku maju.


Satu

Mentari tidak datang ke halaman belakang tadi malam.

Oh, mungkin itu karena fakta bahwa Devon dan Lafy menginap. It's okay.

Dua

Hari ini jadwal tukang kebun Reyhan datang. Mentari juga sudah diberi tahu sebelumnya. Tapi gadis itu tidak muncul sedikit pun.

Tiga

...

"Huaa, panasnya," keluh Lafy ketika membuka pintu rumah.

Reyhan yang sedang memindah-mindah channel TV melirik sekilas pada Devon dan Lafy yang kini sibuk menyetel AC hingga suhu terendah. "Ketemu baksonya?" tanya pria itu sambil kembali fokus pada televisi.

"Ketemu. Untung tadi ada Mentari, jadi ditunjukin tempatnya. Kalau nggak, bisa gosong kita muterin taman demi nyari tuh bakso," jawab Devon.

"Kalian ketemu Mentari?" Perhatian Reyhan seketika terserap oleh info tersebut.

Lafy menoleh sekilas pada mertuanya, lalu menjawab. "Ya, dia juga pas lagi jalan sama pacarnya."

"PACAR?!"

Devon dan Lafy seketika berjingkat kaget mendengar gelegar suara itu.

...

...

...

Tiga

Mentari punya pacar?!

***

Darma menyipitkan mata menatap dua bocah di hadapannya. "Kalian ini bener pacaran?"

"Nggak!"

"Iya!"

Mentari dan Gilang menjawab bersamaan.

Darma menghela napas lelah, tak habis pikir dengan jawaban mereka. "Nak Gilang, kakek nggak bermaksud menyinggung. Tapi kalau Riri sudah bilang nggak, tolong jangan dipaksa."

Gilang menunduk, setidaknya masih punya tahu diri untuk terlihat sungkan. "Nggak kok, Kek. Nggak maksa. Cuma berharap."

"Nggak ada harapan buat lo, Kunyuk!" maki Mentari pada Gilang, yang dihadiahi pelototan oleh kakeknya.

Gilang justru balas menatapnya dengan senyum semanis madu. "Mentari Sayang, papaku pengen ketemu kamu lho."

Kali ini Mentari memelototinya sesaat, seperti ingin memaki dengan berbagai bahasa namun ditahan rapat-rapat. "GUE NGGAK MAU!" bentaknya kemudian.

Darma sampai tertegun melihat reaksi cucunya itu. Belum sempat ia bertanya atau menegur, Mentari justru lebih dulu melangkah keluar.

Namun langkah gadis yang hendak kabur itu seketika terhenti ketika mendapati sosok di depan pintu gerbangnya.

"Non, Tuan Reyhan nyuruh saya kasih ini untuk Non." Pak Dono yang tadi hendak memencet bel, kini menyodorkan sebuah pot berisi bunga matahari.

Flashback

"Saya heran, cewek jadi-jadian kayak kamu bisa suka sama bunga," komentar Reyhan ketika siang itu Mentari asyik menyiram tanamannya yang mulai tumbuh subur.

Mentari melirik pada pria itu, lalu mencibir tanpa suara.

"Itu mulut nggak usah dimonyongin bisa?" tegur Reyhan lagi.

Sunrise (Oneshot - Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang