Prolog
Cinta pada pandangan pertama itu ada.
Benci pada pandangan pertama, itu juga ada.
"Klontang!! Brang-brang!!" Suara itu berdentam memekakkan telinga.
Seorang pria yang tadinya terlelap akibat obat flu, seketika terjaga. Ia mengerjap sesaat sebelum membuka mata, lalu melirik ke arah jam digital di samping tempat tidur. Ini sudah lewat tengah malam, lebih tepatnya Pukul 01.35 WIB.
"Siapa orang gila yang cari gara-gara jam segini?" batinnya. Pria itu pun beranjak, berjalan keluar hingga ke balkon.
Benar saja dugaannya, suara itu berasal dari rumah sebelah. Sebuah sosok memakai hoodie cokelat dan celana jeans tampak mendorong-dorong gerbang yang tinggi.
Seingatnya rumah itu hanya berisi seorang kakek tua yang sudah ia kenal cukup baik. Jadi siapa bocah yang kini tampak berusaha memanjat pagar?
"Maling? Tapi kalau maling, kenapa dia membuat keributan sebelum beraksi?"
***
Dalam ingatan kanak-kanaknya, gerbang itu memang tinggi. Tapi ia tidak ingat bahwa ada kawat duri yang bertebaran di sepanjang puncak gerbang.
"Ini gerbang rumah apa penjara Azkaban sih?" Gadis itu menggerutu dalam hati sambil berjalan mundur menjauhi gerbang, berharap bisa melihat celah dari jarak pandang yang lebih luas.
Nol besar. Tidak ada harapan.
Namun, seakan terpanggil oleh insting, ia mendadak menoleh ke arah rumah sebelah. Ukurannya memang lebih besar, dengan bentuk dua lantai dan balkon yang menghadap luar.
Di balkon itu, sesosok pria dengan celana piyama dan kaos putih polos sedang berdiri. Jarak balkon ke titik gadis itu berdiri tidaklah jauh, sehingga ia bisa melihat dengan cukup jelas ekspresi pria tersebut.
Pandangan menyipit, kening berkerut, alis terangkat sebelah. Pria itu tidak menyukainya, bahkan mungkin sedang merendahkannya.
Pria itu sendiri balas menatap penuh spekulasi. Hoodie kebesaran, celana jeans lusuh, serta kepala yang terangkat lengkap dengan ekspresi menantang. Bocah itu adalah jenis pembuat masalah.
Kisah ini dimulai dengan benci pada pandangan pertama.
Si gadis membenci om-om yang sok menatapnya dengan pandangan rendah.
Si pria membenci bocah sombong yang membuat keributan di tengah malam buta.
**************************************************************************************
Sekali lagi, cerita ini jangan dituntut update nya ya. Saya nulis ini sebagai selingan di tengah kegalauan edit HIDDEN.
Nb: Alur Hidden sepertinya kembali ke versi lama, setelah berbagai pertimbangan dan masukan dari banyak pihak. Terima kasih yang sudah bantu kasih pendapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunrise (Oneshot - Sudah Terbit)
Romance"Kita adalah ilusi yang akan menghilang seiring matahari terbit." (Sudah diterbitkan secara Self Publish dan ebook di google play)