Bab 19

3K 480 76
                                    

Ketika rahasia terbuka,

siapkah kamu menerima kebenaran?

Waktu berlalu tanpa ada kejadian berarti.

Mentari terbagi antara dua reaksi, lega dan kecewa di saat bersamaan.

Lega karena sejauh ini tidak ada bahaya mengancam, yang berarti kemungkinan hasutan Dinda pada kelompok-kelompok lain tidak berhasil.

Kecewa karena waktu untuk 'tinggal bersama Reyhan' menipis.

Lega lagi, karena hubungannya dengan Reyhan tidak mengarah terlalu jauh.

Dan kecewa kagi, karena hubungannya dengan Reyhan tidak mengarah lebih jauh. Sama sekali.

Sedikit rumit. Tapi dalam sudut pandang Mentari, mungkin ini yang terbaik.

"Boleh saya tanya sesuatu?" Suara Reyhan terdengar, namun Mentari tidak mengalihkan pandangan dari game di handphonenya.

"Om selalu minta ijin dulu, padahal kalau nggak saya ijinin pun Om pasti tetap nanya kan?"

"Betul juga." Oh, ada senyum dalam suara itu. Mentari bisa mendengarnya bahkan tanpa melihat.

"Jadi, mau tanya apa?"

"Sejak kematian Dennis sampai akhirnya kamu datang kemari, kamu tinggal dimana selama itu?"

"Penyelidikan Om nggak berhasil nemuin soal ini?" Akhirnya Mentari mendongak, seringai usil tersungging di bibirnya.

Reyhan menyipitkan mata, memelajari sikap Mentari. "Rumah Dokter Elang, ayahnya Gilang."

Seringai Mentari semakin lebar. "Benar."

Hening sesaat. Mentari akhirnya menghentikan game dan memandang Reyhan. "Kenapa? Penasaran?"

"Kamu dekat dengan keluarga Gilang."

Itu bukan pertanyaan, tapi Mentari tetap mengangguk sebagai jawaban. "Walaupun tiap kali Gilang kesini bilang papanya mau ketemu saya, tapi yang sebenarnya saya temui sih papa dan mamanya."

Senyum lembut bermain di bibir Mentari, tapi anehnya Reyhan juga mengenali ... kesedihan. Ya, ada kesedihan dalam cara Mentari membicarakan orang tua Gilang.

"Kamu menyayangi mereka." Sekali lagi, itu bukan pertanyaan.

"Mereka kasih saya tempat untuk tinggal, makanan dan semua yang saya butuhkan sejak berhasil kabur dari Dennis. Jadi, yah ...." Mentari mengangkat bahu.

"Sejak kapan kamu dekat dengan mereka?"

"Sejak saya dan Gilang sama-sama satu tim latihan Tae Kwon Do. Saya sempat menolong Gilang, dan selanjutnya orang tua Gilang seakan berusaha mencari cara supaya saya bisa jadi menantu mereka." Mentari menggeleng dengan senyum geli, teringat reaksi Elang dan Gina ketika pertama kali menemukan soal dirinya.

Butuh usaha keras untuk menjaga jarak dari mereka, Mentari terlalu takut kalau Dennis tahu dan melakukan sesuatu.

Tapi seiring waktu, sepertinya orang tua Gilang paham bahwa ada beberapa (alias banyak) aspek dalam diri Mentari yang tidak boleh mereka sentuh.

Dan Dennis tidak peduli sedikit pun selama Mentari bisa menjamin tidak akan membocorkan apapun tentangnya. Lagipula ancaman Dennis cukup jelas. Kalau ada orang yang tahu perbuatannya pada Mentari, maka bukan hanya Mentari yang dapat 'masalah', tapi juga orang yang tahu.

Mentari tidak seegois itu hingga mau membahayakan keselamatan orang lain demi kebebasannya. Jadi ya, ia menjaga jarak dari keluarga Gilang. Kecuali ketika akhirnya Mentari berhasil kabur setelah membunuh Dennis dan tidak tahu harus kemana.

Sunrise (Oneshot - Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang