tujuh

1.5K 255 23
                                    

home



"apa yang bisa dilakukan omega selain untuk memuaskan nafsu?"



"kau tidak berguna,"





"tidak ada yang menginginkanmu,"




.
.
.



Mata Yohan terbuka lebar. Peluh mengalir lewat pelipisnya. Ia melihat kiri kanan.





Ini bukan kamarnya.





Tangannya reflek mengangkat selimut. Ia tak berpakaian. Tangannya langsung mengeratkan selimut ke atas dada.





Matanya kembali melebar begitu pintu kamar asing itu terbuka. Ia menunduk takut, membungkus tubuhnya masuk ke dalam selimut.





"Yohan?"





Aroma blueberry itu menguar.




Yohan mendongak.




Jantungnya berdegup tenang. Tangannya kembali rileks, matanya memandang sendu alpha di depannya.




"alpha.."



Dahi Seungyoun mengerut, dengan cepat ia berjalan mendekati Yohan yang merentangkan tangannya.




Sisi omega Yohan menguasai. Omeganya kalut. Takut.




Tubuh itu gemetaran seiring dengan pelukan hangat Seungyoun berikan. Ia mengusap pucuk kepala, membawa Yohan menghirup feromonnya.





"ada apa, hm?" tanya Seungyoun berusaha membuat kesadaran Yohan kembali.





Tangan itu mencengkram kaos hitam Seungyoun, membuat Seungyoun menatap omeganya itu dengan khawatir.






"hei, katakan padaku, hm?"




Yohan tidak menjawab. Hanya menggeleng kecil lalu melepaskan pelukannya.





"aku lapar,"


.
.
.


Yohan diam. Tidak bicara apa-apa.





Setelah mandi, ia turun ke dapur. Makan, ditemani Seungyoun. Tapi ia tak berbicara, sejak terakhir ia bilang lapar.





"Yohan,"



Dahi Seungyoun mengerut melihat reaksi Yohan yang terkejut ketika ia memanggil.





"Yohan, ada apa?"







Tangan Yohan bergetar. Ia menurunkan sumpitnya, lalu menunduk. Tak berani melihat Seungyoun yang sudah mati penasaran.






"a-apa kita melakukannya?" tanya Yohan kecil tapi masih dapat di dengar oleh Seungyoun




"melakukan apa?"



"tadi pagi, aku tidak ingat setelahnya,"





Seungyoun membuka mulut, kemudian menutupnya kembali, lalu menghela napas.





"tidak," jawab Seungyoun.





Jujur.




Bahu Yohan tergerak. Helaan napas keluar pelan. Lega.



"kau takut?" tanya Seungyoun membuat Yohan menoleh cepat lalu kembali menunduk.




"a-aku tidak tahu,"




Seungyoun menghela napas, "kau menangis, Han. Omegamu mengamuk dan kau menangis,"





Yohan diam. Memejamkan mata, kembali teringat akan kejadian tadi pagi.




.
.
.


Yohan kembali menggeliat. Meraba tubuhnya sendiri, menahan gejolak yang datang membabi buta.




Ini puncak heat-nya, dan dia tidak puas hanya dimanjakan oleh tangan.





Ah, alpha.




Manik emas itu menatap Seungyoun yang menutup wajahnya dengan sebelah tangan, mencoba menenangkan diri.




Tubuh itu merangkak, meraih tangan Seungyoun yang terkejut dan reflek menjatuhkan diri di atas tempat tidur.




"alpha.."



"hhh, sial.."


Bibir itu kembali bertemu, saling menyalurkan nafsu, saling menuntut.





Tangan kiri sang omega menekan tengkuk, sementara tangan kanannya menari mencoba membuka kain yang  menutupi alphanya.



Seungyoun memutuskan pangutan bibir lalu menatap manik keemasan Yohan.




"Yohan," panggil Seungyoun



Tak ada sahutan. Yang ada malah tangan nakal yang mencoba melepas kain, juga kaki nakal yang menekan milik Seungyoun.





"Yohan!"


Mata itu terbuka lebar, kembali berubah kelam. Tubuhnya bergetar, tangan yanh tadinya nakal bergetar hebat.





"a-aku... m-maaf--"



Seungyoun memeluk tubuh Yohan yang tak berhenti meminta maaf. Sementara matanya terus berubah-ubah. Emosinya tidak stabil. Omega dalam dirinya mengamuk, tidak terima diperintah untuk berhenti ketika dalam masa puncaknya.






Seungyoun hanya menenangkan Yohan, membawanya untuk menghirup feromon blueberrynya sambil sesekali mengecup atau membantunya kembali meraih titik putihnya.





Lalu, Yohan tertidur lelap.



.
.
.


"m-maaf,"




Seungyoun menghela napas, "jangan meminta maaf,"




"t-tapi aku tidak bisa mengontrol--"



"bukannya itu wajar? Apalagi ketika heat,"






Yohan diam.






Wajar?



Entah kenapa kata-kata itu menusuk masuk ke dalam hati Yohan.





Wajar?




Apakah maksudnya wajar omega bersikap seperti itu?





Wajar?





Yohan berdiri dari duduknya, menunduk kecil. "terima kasih makanannya," dan berlalu pergi meninggalkan Seungyoun yang menatapnya dengan bingung.



"Yohan, tunggu--"



"aku ingin sendiri,"


Blam




home

tbc

[✔️] home ; younhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang