dua puluh satu

1.1K 215 24
                                    

home


Mereka hanya ingin keadilan. Mereka ingin perubahan.





Tubuh tinggi itu berdiri tegak. Aura dominannya nampak. Mata runcing itu tajam tapi tetap beridiri dengan pundak yang darmawan.





Cho Seungyoun, dengan ayahnya, dengan belahan jiwanya, dengan seluruh pendukungnya menapakan kaki di rumah utama klan Cho yang megah.





Luas tak terhingga. Jauh dari kota, masuk dan nampak pasti di tengah hutan yang luas tanpa celah.






"kakek, aku mencalonkan diri untuk masa depan klan Cho,"





ucapnya final membuat rusuh keluarga besar.







Maka majulah kakak sepupunya, anak pertama dari kakak ayahnya. Berdiri tak kalah tegak, mata memicing penuh menatap Seungyoun dan Yohan bergantian.






Genggaman tangan Yohan semakin erat, aura dominan orang itu tak kalah dari milik sang kekasih.






"oh, Seungyoun.." panggilnya dengan suara berat





Seungyoun menoleh, mendapati kakak sepupunya yang melipat tangan.






"di mana kau dapat jalang itu?"







Gigi Seungyoun menggertak, kuat. Semua bisa dengar. Geraman alphanya menandakan bahwa ia marah besar.






Yohan memeluk lengan Seungyoun, membawa Seungyoun untuk menatapnya.





"Hyung sudah janji kan?" tanya Yohan pelan, mengingatkan Seungyoun dengan janjinya.





Seungyoun berdecih, lalu meminta maaf kepada sang kekasih. Kembali menatap sang kakak sepupu, dengan tatapan ingin mencabik dan membunuh.






"jangan panggil dia jalang, bodoh,"






Suasana di dalam ruangan sangat tegang, walaupun begitu sang kakek tetap diam dengan batang cerutu menyala.





"hei, kita bisa minum teh dulu," ucapnya pelan lalu menghisap cerutunya dengan dalam.




.
.
.




"kau Yohan, Kim Yohan. Benar?" tanya kakek Cho




Yohan mengangguk dengan senyum kecil. Takut juga canggung.




"rileks, aku hanya ingin mengobrol," ujar kakek Cho.



Benar. Mengobrol berdua saja dengan Yohan di dalam ruangannya. Membuat orang-orang di balik sana ingin mendobrak pintu karena khawatir. Apalagi Seungyoun yang mencoba bertelepati dengan Yohan tapi Yohan hiraukan.






"kenapa bisa.." kakek memulai membuat Yohan duduk dengan punggung tegap.







"Seungyoun yang keras kepala, selama dua puluh lima tahun hidupnya membenci Cho, tiba-tiba pulang dan bilang ingin menjadi penerus?"








Yohan menggigit pipi dalamnya, mencoba untuk tidak gugup dan tegang atau lainnya hingga membuatnya salah bicara.






"Yohan..."






"kau apakan cucuku?"





Mata itu menatap Yohan lurus, tidak ada maksud apapun, murni hanya sekadar bertanya.





"maaf tuan," ujar Yohan pelan memulai jawabannya.






"saya hanya omega resesif dari keluarga biasa. Saya tidak melakukan apapun kepada cucu anda. Sihir, guna-guna, hipnosis, menghilangkan ingatan, tidak ada.."








"saya bertemu dengannya secara tidak sengaja. Klise. Memang. Di toko bunga kenalan kami.."







"hari itu saya baru saja mendapatkan  hasil pemeriksaan genetik sekali lagi. Bertahun-tahun hidup sebagai beta, dan ternyata saya adalah omega.."






"tidak beruntung, tuan.." Yohan menatap kakek Cho, "itu yang saya pikirkan saat bertemu Seungyoun Hyung yang langsung memicu heat pertama saya," sambungnya.






Kakek Cho memilih diam, membiarkan Yohan meneruskan ceritanya.




"saya tidak suka, tuan. Dengan bagaimana takdir mempertemukan kami,"





"saya tidak pernah tau strata keluarga atau klan atau apalah itu, karena saya merasa hidup sederhana sudah lebih dari cukup bagi saya,"






"saya menolak kenyataan bahwa alpha saya adalah salah satu dari sekian klan yang menduduki peringkat tinggi,"





Yohan menggeleng, "saya tidak mau. Saya tidak bisa membayangkan dikekang oleh sesama spesies saya sendiri, terlebih bila saya harus dijatuhkan dengan derajat bahwa saya hanya seorang omega resesif,"







"Tuhan, Dewi Bulan, tidak menciptakan kita untuk saling membunuh demi tahta, harta, dan nama baik keluarga,"






Manik itu masih menatap Yohan, yang kini menegakan kembali tubuhnya.






"tuan, apa hidupmu menyenangkan selama ini?" tanya Yohan






"apa anda baik-baik saja dibenci oleh anak cucu sendiri?"






"istri sendiri?"






"apa anda senang hidup dengan jeruji besi menjulang tinggi di tengah hutan?"







"pernah membayangkan mati, tapi tidak ada yang menangisi?"





"tuan.."





"saya tahu hidup werewolf sangat panjang tapi tuan--"






"tidak ada yang tahu ajal.."





"saya tidak melakukan apapun terhadap Seungyoun Hyung. Saya hanya memberikannya cinta dan kasih sayang yang tidak ia dapatkan dari klannya sendiri,"






"kami ingin perubahan tuan, tolong pikirkan baik-baik, saya permisi.."





Yohan berangkat dari duduknya, membiarkan cerutu sang kakek basah karena air mata, membiarkan sang kepala keluarga meratapi kesalahannya.






Yohan membungkuk dalam, "senang bertemu dengan anda..."










"kakek.."





Membalikan tubuhnya perlahan, berjalan menuju pintu, keluar dari ruangan, meninggalkan sang kakek yang menangis dalam diam.





home

tbc


Hai?

[✔️] home ; younhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang