Abaikan tipo yang bertebaran
Soosa nampak tertidur di sofa. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, Limario melihat putranya itu merasa kasihan harus ikut tidur di Rumah Sakit. Namun disisi lain ia bersyukur karena Soosa tidak rewel seperti anak-anak seusianya.
"Jisooya, apa tidak lebih baik kau pulang? Kasihan Soosa jika harus tidur disini!" Ucap Limario pelan
"Aku tidak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini Lim"
"Besok Soosa harus sekolah sayang"
"Ia, besok akan ku minta sopir membawakan peralatan sekolahnya. Jadi dia bisa berangkat dari sini"
Mendengar suara percakapan kedua orang tuanya, Soosa pun terbangun.
"Mommy, aku ingin menemani daddy disini" ucapnya tampak mengucek mata
"Iya sayang, kita akan disini menemani daddy" kata Jisoo lembut, lalu memangku putranya itu agar tidur kembali.
Ruang rawat Limario VVIP, didalamnya dilengkapi lemari es, kamar mandi, AC serta LED TV. Terdapat pula sofa dan ranjang kecil untuk penunggu pasien. Setelah memastikan putranya tertidur lelap, Jisoo menidurkan Soosa diatas ranjang kecil. Lalu Jisoo pun duduk disebelah Limario.
"Soosa sudah tidur, sekarang giliran kamu yang tidur!" Jisoo mencium tangan kanan Limario
"Aku belum mengantuk. Tapi kepalaku rasanya sakit. Perut sebelah kiriku juga"
"Pakailah untuk tidur, agar kau cepat pulih. Agar aku bisa merawatmu di rumah"
"Sayang, terima kasih kau selalu menemaniku"
"Sudah kewajibanku!"
"Kau tidurlah dulu, aku akan tidur jika sudah mengantuk"
"Nanti saja!... Oiya Lim, apa kau butuh sesuatu?"
"Tidak! Aku hanya butuh kamu disampingku"
Jisoo tersenyum pada Limario. Mata Limario terlihat sayu, serta wajahnya tampak pucat. Beberapa kali Jisoo menangkap ekspresi wajah Limario yang nyengir karena nahan sakit yang bersumber dari kepalanya. Namun, Limario tak mau membuat Jisoo kwatir.
"Aku tahu ada yang mengganggu pikiranmu. Tapi aku tak mau membahasnya sekarang. Karena bagiku, kesehatanmu jauh lebih penting dari rasa penasaranku" batin Jisoo berkata.
.
.
"Jisooyaaa... Akh... " Limario mengerang kesakitan sembari memegangi kepalanya."Tahan sayang, aku akan memanggil dokter" Jisoo memencet tombol pamggilan yang ada di atas meja tepat di sebelah ranjang Limario.
Wajah Jisoo tampak kwatir, lantaran Limario terus mengerang kesakitan sampai tak bisa tenang. Ia pun tak sadar telah meneteskan air matanya melihat suaminya itu.
"Akh... sakit sekali kepalaku. Rasanya mau pecah"
"Sabarlah Lim, dokter akan segera datang" Jisoo lalu menelepon resepsionis bagian paviliun VVIP.
Tak berapa lama, seorang dokter pria datang. Ia segera memeriksa keadaan luka di kepala Limario.
"Seperti apa rasa sakitnya pak?" tanya dokter padanya
"Sakit sekali, kepalaku seperti mau pecah"
"Jangan dipakai untuk memikirkan hal yang berat. Saraf anda harus diistirahatkan sampai anda sembuh. Benar-benar harus tenang ya!"
"Tenangkan pikiranmu sayang!" kata Jisoo
"Baiklah pak Limario, saya akan memberikan obat untuk meredahkan sakitnya. Tapi sekali lagi saya minta ke anda untuk menenangkan pikiran" dokter itu menyuntikkan obat penghilang rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (The End)
FanfictionKehidupan seorang pria yg harus membagi cintanya. Tawa, tangis, konflik & berbagai masalah pun memenuhi kehidupannya. Ketabahan para tokoh pun diuji habis-habisan dalam menyikapi semua permasalah dengan cara yang bijak. * Dalam FF ini author ingin...