EPISODE : 22

2.2K 192 31
                                    

Abaikan tipo yang bertebaran

Tak berapa lama kemudian, ponsel Jisoo berdering. Sebuah panggilan dari Sandara tampak di layar ponselnya itu. Dengan segera, Jisoo mengangkat telpon dari kakak iparnya tersebut.

"Anyeong unnie, ada apa?" tanya Jisoo.

Wajah Jisoo tampak serius mendengarkan suara kakak iparnya itu dari seberang telpon. Namun, tiba-tiba ia menjadi shock lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya. 5 menit kemudian, ia menutup telpon tersebut.

Jennie yang baru selesai makan pun dibuatnya bertanya-tanya tentang apa yang dibicarakan mereka.

"Ada apa unnie? Kenapa unnie terlihat kaget sekali?" tanya Jennie

"Mertuanya Sandara unnie meninggal Jen. Aku harus segera kesana"

"Tunggulah Limario untuk mengantarmu unnie"

"Tidak keburu Jen. Aku berangkat sama sopir saja. Besok kan hari minggu, jadi Soosa ku ajak sekalian. Aku akan pulang hari senin. Karena Sandara unnie membutuhkanku pastinya. Suaminya belum pulih tapi mertuanya tiada. Kasihan sekali dia"

"Jadi unnie akan berangkat sekarang? Tidak menunggu Lim pulang?"

"Aku akan menelpon Limario. Sekalian aku akan minta ijin serta pamit kesana tuk 2 hari. Perjalananku 4 jam, jadi tidak keburu kalau harus menunggu Lim pulang. Mertuanya di semayamkan di kampung asalnya"

"Baiklah unnie. Yang terpenting, unnie hati-hati ya" Jennie menepuk pundak Jisoo

"Kau jaga diri ya. Juga tolong urus Limario selama aku pergi." kata Jisoo

Jennie mengangguk. Jisoo pun segera mengajak Soosa masuk ke dalam rumah untuk berganti baju dan berangkat ke kampung halaman mertua Sandara dengan diantar sopir mereka.
.
.
- Pkl. 18.30 -
Limario baru sampai rumah. Ia tampak begitu letih bekerja. Limario duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Di lepaskannya jas yang menempel di badannya, lalu di longgarkannya dasinya itu. Ia kemudian bersandar di punggung sofa.

"Sayanggggg... Jisoyaaa!!!" teriak Limario dengan nada datar

Tak ada sahutan dari Jisoo karena memang Jisoo tidak ada dirumah. Ia sudah berangkat ke kampung mertua Sandara untuk melayat. Mendengar Limario memanggil-manggil Jisoo, Jennie yang sedang di ruang makan yang telah menyiapkan makan malam pun datang menghampiri suaminya dengan membawa segela capucino hangat.

Diletakkannya cangkir capucino itu di atas meja tepat di depan Limario.

"Jen, kemana Jisoo? Aku panggil dari tadi tidak ada sahutan. Juga aku tak melihat Soosa" tanya Limario

"Unnie dan Soosa ke kampung mertua Sandara unnie. Apakah Jisoo unnie tidak memberitahumu? Karena tadi dia bilang akan menelpon mu"

Limario segera mengambil ponselnya yang ada di dalam tas kerjanya. Diusapnya layar ponsel itu lalu dilihatnya ada 6 panggilan tak terjawab dari Jisoo. Lalu ia mengecek pesan masuk, ada pesan dari Jisoo :
"Sayang aku telpon kamu tak tak ada jawaban. Aku hanya ingin bilang, aku ke kampung mertuanya Sandara unnie bersama Soosa dan diantar sopir. Karena mertua Sandara unnie meninggal hari ini. Aku akan menginap disana untuk 2 hari, tapi senin aku akan pulang. Jaga dirimu, dan jangan lupa jaga Jennie. Baik-baiklah dirumah, jangan menekan batinnya Jennie. I Love U"

Setelah membaca pesan dari Jisoo, Limario sedikit melemparkan ponselnya ke meja. Lalu di takupnya ke dua wajahnya sendiri itu diikuti hela-an nafas panjang nan berat. Limario bersandar kembali ke punggung sofa. Dipejamkan matanya itu untuk menenangkan pikirannya.

Jennie berusaha berjongkok untuk melepaskan sepatu suaminya tersebut. Tanpa sadar, Limario terkejut dibuatnya yang menyentuh kakinya sehingga Limario menendang Jennie.

MY LIFE (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang