Abaikan tipo
.
.
Hari-hari pun berganti. Tak ada kabar sama sekali tentang Rose. Sampai akhirnya muncullah pengumuman resmi tentang hilangnya pesawat tersebut di berita televisi.Seorang pimpinan maskapai penerbangan tersebut tampak sedang memberikan info terbaru di tayangan live televisi. Limario, Jisoo dan Jennie duduk cemas mendengarkan pimpinan tersebut dari layar tv.
"Saya mewakili maskapai penerbangan xxxxxxx mengumumkan bahwa pesawat tersebut hilang. Dan seluruh penumpang beserta awak kabin tidak satupun ditemukan. Radar pemantau kehilangan kontak dengan pilot sekitar 1 jam pesawat itu berangkat. Percakapan terakhir terdengar sang pilot bicara kalau jarak pandang terbatas karena adanya perubahan cuaca yang ekstrem sehingga kabut menutupi rute penerbangan. Setelah itu, terdengar sebuah ledakan di bagian pesawat. C.O pilot berkata bahwa pesawat telah menabrak sesuatu di samping sayap pesawat. Setelah itu, kami kehilangan kontak. Dengan sangat sedih, kami harus mengumumkan hal ini. Semoga seluruh keluarga penumpang beserta keluarga awak kabin, pilot dan co pilot diberikan ketabahan. Pihak kami akan memberikan santunan untuk keluarga para korban. Sekian dari kami"
Setelah mendengar pengumuman tersebut, membuat Jisoo dan Jennie shock tak percaya. Soosa yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamarnya itu tampak menahan tangisnya. Jisoo melihat putranya itu yang berlari masuk ke kamarnya dengan membanting pintu cukup keras.
Jisoo bergegas ke kamar putranya itu. Ia mendapati Soosa duduk terdiam di dekat jendela kaca kamarnya. Ia melihat ke arah langit dengan posisi menyamping. Kakinya tertekuk, air matanya tak sanggup lagi di tahan.
Jisoo mendekatinya secara perlahan. Ia tahu putranya itu sama sedihnya dengan dirinya. Namun Jisoo berusaha tegar agar Soosa tidak tambah sedih mendengar berita tersebut.
"Soosa, maafkan mommy!" Jisoo duduk didepan Soosa dengan posisi menyamping juga
"Mommy... sekarang Soosa kehilangan lagi. Setelah adik, lalu putri mom Jen, sekarang aunty Rose. Besok siapa lagi yang akan meninggalkan Soosa?" katanya tampak begitu sedih
"Sayang, jangan bicara begitu!" Jisoo memeluk putranya itu
"Mommy... kenapa mommy, daddy dan mom Jen tidak menghalangi aunty untuk pergi?" tanya Soosa yang menangis histeris dipelukan Jisoo
"Maafkan mommy sayang, mommy tak tahu jika semua ini akan terjadi. Maafkan mommy" Jisoo memeluk putranya semakin erat dan mencium pucuk kepalanya
"Sekarang aunty tidak akan menemuiku lagi kan!"
Semua ucapan Soosa semakin membuat Jisoo terpukul olehnya. Tak lama, Limario pun masuk ke kamar putranya itu bersama Jennie.
"Maafkan daddy nak! Ini semua kehendak Tuhan." Limario mengusap punggung Soosa yang berada di pelukan Jisoo
"Soosa hanya minta untuk mencegah aunty pergi, tapi tak ada yang mencegahnya. Hiks... hiks..." Soosa menangis sampai sesenggukan
"Soosa, sini" Limario menarik tangan putranya dengan pelan, sehingga si kecil akhirnya melepaskan pelukannya dari Jisoo
"Dad, selama ini Soosa tidak meminta sesuatu yang rumit pada daddy. Kenapa ketika Soosa minta daddy untuk mencegah aunty Rose, tapi daddy tidak melakukannya? Kenapa dad?"
"Maafkan daddy nak! Daddy pun merasa sangat kehilangan. Aunty Rose adalah sahabat kecil daddy. Jika daddy tahu semua ini akan terjadi, daddy tidak akan membiarkan aunty Rose pergi. Maafkan daddy" Limario memeluk Soosa dengan posisi berjongkok
Ia kemudian menggendong Soosa dan mengajaknya keluar rumah. Jisoo dan Jennie tak luput dari kesedihan. Mereka saling menguatkan.
"Jen, Rose itu ternyata mencintai Lim" kata Jisoo sembari mengusap air matanya
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (The End)
FanfictionKehidupan seorang pria yg harus membagi cintanya. Tawa, tangis, konflik & berbagai masalah pun memenuhi kehidupannya. Ketabahan para tokoh pun diuji habis-habisan dalam menyikapi semua permasalah dengan cara yang bijak. * Dalam FF ini author ingin...