EPISODE : 24

2.2K 207 44
                                    

Abaikan tiponya ya guys

Irene melepaskan maskernya. Kepalanya tertunduk, dari sudut mata kanannya menetes butiran bening. Ia tampak menenangkan diri sebelum berbicara pada Jennie.

"Apa yang terjadi, unnie? Katakan padaku" tanya Jennie cemas

"Maafkan aku Jen, aku sudah gagal menyelamatkan putrimu! Aku sudah berusaha semampuku."

Jennie shock berat. Air matanya terjatuh begitu deras. Ia beberapa kali menangis histeris.

"Unnie, tolong katakan kalau kau hanya bercanda."

"Jen, tabahkan hatimu. Putrinya tetap tidak memberikan respon saat kami berusaha menolongnya. Tidak ada tanda-tanda detak jantung, juga ia pun tidak bernafas. Aku sudah berusaha membuatnya menangis tapi.... Tuhan rupanya lebih menyayanginya." Irene merasa gagal menjadi dokter. Ia begitu banyak menolong bayi yang sekarat, tapi ia tidak bisa menolong bayi adik sepupunya sendiri.

"Tidakkkk... Ku mohon, buat dia menangis! Dia harus hidup...hiks... " Jennie histeris. Ia begitu lemah. Setelah berteriak.

"Honey! Please kuatlah" Limario mengusap pipi Jennie lalu memeluknya.

Lalu Jennie pun pingsan dipelukan Limario yang berusaha menenangkannya.

"Jennie pingsan, ia shock berar. Biarkan dia istirahat. Jika dia bangun nanti, tolong tenangkan dia" ucap Irene yang tampak mengusap airmatanya lalu beranjak pergi karena tak kuasa menahan sedih.

Limario tak luput dari kesedihan. Raut wajahnya tampak sekali rasa menyesal yang sangat dalam. Ia merasa gagal menjaga Jennie, sampai putrinya pun tak tertolong.

Bayi prematur yang terlahir dengan berat 1kg itu memiliki beberapa kelainan di jantung dan paru-paru nya. Sehingga ia pun tak mampu bertahan hidup. Irene memprediksi, bayi tersebut telah meninggal sesaat sebelum dilahirkan. Karena Jennie mengalami pendarahan yang hebat saat dilarikan ke Rumah Sakit.

Para perawat menyelimuti bayi perempuan Jennie untuk dibawa ke kamar jenazah. Sementara itu, perawat lain memindahkan Jennie dari ruang bersalin ke ruang rawat.

Limario pergi ke kamar jenazah untuk melihat wajah putrinya yang sudah tiada itu. Air matanya tumpah saat ia membuka kain penutup tubuh mungil bayi dengan berat 1kg tersebut. Sangat kecil dengan kulit merah kebiruan.

"Ya tuhan, aku telah gagal menjaganya. Maafkan daddy nak" Limario mendekap tubuh mungil bayi yang memiliki ukuran tubuh sepergelangan tangannya itu.

Limario terus menangisi putrinya. Dadanya terasa sesak. Sampai ia tak sadar ada Rose yang berdiri di pintu yang juga sedih dengan meneteskan air matanya karena mendengar penyesalan Limario terhadap putrinya yang sudah tak bernafas itu.

"Maafkan daddy sayang!!! Daddy sangat bersalah padamu. Daddy melalaikanmu dan mommy mu. Maafkan daddy! Daddy orang yang jahat, sampai Tuhan pun tak mengijinkan daddy untuk merawatmu dengan cara mengambilmu dari daddy dan mommy mu. Tuhan lebih menyayangimu nak. Kau akan bahagia di surga nanti." Limario sesenggukan. Ia terduduk lemas di lantai sembari masih menggendong jenazah putrinya.

Wajah bayi itu tersenyum terlihat mirip dengan wajah Jennie namun bentuk hidungnya mirip Limario. Melihat Limario semakin terpukul, Rose pun memutuskan untuk masuk ke ruang jenazah itu dan ia berjongkok disamping Limario.

"Lim, tabahkan hatimu oppa! Tuhan lebih menyayanginya. Jadi ikhlaskan dia" Rose mengusap pundak Limario.

"Aku bodoh, aku jahat pada mereka. Aku gagal, aku harusnya menjaga Jennie. Bukan malah menjadikannya pelampiasan amarahku. Sampai Jennie tertekan dan putri kami jadi korbannya. Aku jahat sekali" Limario menyesali tindakannya kepada Jennie.

MY LIFE (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang