EPISODE : 15

2.5K 202 36
                                    

Abaikan tipo yang bertebaran

- PENGORBANAN -

Jennie datang ke rumah Jisoo untuk menyelesaikan masalahnya. Raut wajah Jennie menyiratkan keraguannya untuk mengetuk pintu rumah itu. Dalam hatinya ia takut Jisoo akan marah besar padanya, juga sebenarnya ia tak sanggup melihat wajah Jisoo yang kecewa ketika melihatnya. Disisi lain, ia harus menuntaskan permasalahannya dengan Limario.

Jennie pun akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu, namun belum sampai ia mengetuk pintu itu, Soosa membuka pintu dari dalam. Rupanya ia ingin keluar rumah. Begitu ia melihat Jennie, Soosa hanya memandangnya sembari menggigit bibir bawahnya.

"Hai sayang!" Jennie berjongkok, ia hendak memberikan pelukan pada Soosa tapi si kecil itu menghindarinya.

"Aunty, ku mohon jangan sakiti mommy dan daddy!" ucap Soosa dengan nada lirih sembari menundukkan kepala.

"Soosa kenapa bicara seperti itu?" Jennie mengerutkan kedua alisnya.

"Uncle itu memukul daddy, dan membuat mommy sedih. Kata aunty Rose, uncle itu adalah saudaranya aunty Jennie! Soosa minta maaf kalau daddy bersalah, tapi aku mohon jangan sakiti daddy lagi" Soosa bicara dengan nada sedih bercampur takut.

"Soosa sayang, apakah kita bisa bicara ditaman sana?" Jennie membujuknya

Soosa menggangguk. Jennie menggandeng Tangan Soosa menuju taman kecil yang ada di halaman depan agak samping di rumah itu. Taman yang biasanya Soosa tanami bunga bersama Jisoo.

Jennie duduk di kursi panjang dibawah pohon mangga. Lalu Soosa pun duduk disebelahnya. Si kecil tampan membawa sebuah mainan tongkat sihir kesayangannya. Diujung tongkat itu terdapat lampu kecil yang bisa menyala dalam kegelapan.

Soosa menundukkan kepalanya. Ia takut melihat Jennie. Mendapati Soosa bersikap dingin padanya, Jennie pun mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ia mengambil sebuah coklat batangan dan diberikan pada Soosa.

"Ambillah! Aunty sengaja membelinya untukmu" Jennie menyodorkan coklat itu.

Soosa hanya menggelengkan kepala. Ia tak mau lagi menerima pemberian dari Jennie. Ia tampak sudah kecewa atas perlakuan GD kepada ayahnya beberapa waktu lalu.

"Aku hanya ingin daddy sembuh dan aunty ataupun uncle tidak menyakiti daddy dan mommy lagi!" tutur Soosa bernada sedih dengan masih menunduk.

Mendengar ucapan Soosa, Jennie pun tak kuasa menahan sedihnya. Ia berusaha mendongakan kepalanya untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Lalu, Jennie membelai lembut kepala Soosa dan mencium pucuk kepala bocah 5 tahun itu.

"Aunty tidak akan menyakiti daddy dan mommy mu! Aunty minta maaf jika uncle GD sudah membuat Soosa takut!" Jennie spontan memeluk Soosa.

"Aunty boleh menghukumku, asal jangan mommy dan daddy! Jika Soosa salah, Soosa minta maaf pada aunty Jen" Soosa melingkarkan tangannya memeluk Jennie.

Beberapa kali Jennie mencium pucuk kepala Soosa lagi. Ia menghapus air matanya dengan kasar.

"Soosa tidak punya salah pada aunty! Justru aunty lah yang bersalah pada Soosa! Maafkan aunty Jendeuk, sayang?" Jennie kembali mencium pucuk kepala Soosa

Jennie merasakan Soosa mengangguk dalam dekapannya. Si kecil itu semakin memeluknya dengan erat. Jennie merasakan bahwa Soosa mulai menangis, ia membenamkan wajahnya di pelukkan Jennie.

"Soosa tidak ingin daddy dan mommy berpisah! Hiks..." Soosa menangis dipelukan Jennie.

Mendengar ucapan menyayat hati dari mulut si kecil tampan, Jennie pun melepaskan pelukannya secara perlahan. Dipandanganya wajah tampan Soosa yang sudah basah oleh air matanya itu. Jennie mengusap air mata si kecil lalu mencium keningnya. Ditakupnya wajah Soosa dengan lembut.

MY LIFE (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang