Terimakasih Hujan

6.5K 281 4
                                    

Esoknya, Vanka merasa semua berubah. Bukan hanya dirinya yang merasa lebih baik, tetapi kehidupan dirumah sederhananya ini. Sebab, setiap pagi biasanya akan terdengar cek cok antara Mama Celine sama Papa Arnan, cuma ya pagi ini beda gitu. Rumah Vanka adem tanpa perdebatan ketat antara Mama Celine sama Papa Arnan.

"Selamat pagi, Ma, Pa." sapa Vanka sambil duduk disalah satu kursi meja makan.

"Pagi." sapa keduanya kompak.

"Tumben."

"Kenapa?"

"Enggak."

Vanka menikmati sarapan yang dibuat oleh Mama Celine. Dia terlihat lebih cerah dibanding pagi-pagi sebelumnya. Matanya pun berbinar seperti telah bertemu malaikat kebaikan di dunia ini.

"Kenapa senyum-senyum, Van?" tanya Papa Arnan terheran.

"Aku?"

"Iya, jadi duta sampo lain? Mau?" canda Papa Arnan sambil ketawa kecil disana.

"Makan itu jangan sambil ngomong! Ngajarin anak yang gak bener aja." tegur Mama Celine pake muka judesnya.

"Perduli apa anda dengan putri saya, hah? Anda siapa?!" kali ini Papa Arnan menaikkan nada bicaranya.

"Vanka berangkat dulu, ya!"

"Eh, Vanka mau kemana! Sarapannya belom abis!" teriak Mama Celine.

"Anak siapa itu?" sindir Arnan sambil beranjak dari duduknya.

"Anak lo! Dasar duda sok ganteng!" cibir Mama Celine dengan nada cetusnya.

"Apa lo bilang?"

"Gue cantik!"

Ah, sepertinya perlu diceritakan hal yang sesungguhnya. Bahwasanya orang tua Vanka yang sekarang ini bukanlah orang tua kandungnya, Mama Celine itu lebih tua lima tahun dari Vanka, dia itu cewek  muda yang dinikahi sama Papa Arnan si duda keren beranak satu. Lantas, kemana Mama kandung Vanka?

Kalo diliat dari interaksi antara Papa Arnan sama Mama Celine itu ya begitu. Mereka akan sering cek cok karena hal spele. Padahal kalo malem jum'at mah mereka saling belai, apalagi kalo Papa Arnan pulang bawa banyak oleh-oleh.

***

Vanka mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya tak habis pikir. Dia menangkap sesosok cowok yang sedang menunggu diatas motor Ninja putih yang bersih dan berkilau. Gak salah lagi, dia pasti Aksa.

"Aduh, kenapa Kak Aksa kesini?" Vanka dibuat dilema sekarang. Mau balik ke dalem pusing ngedenger orang tuanya cek cok, mau lanjut ada cogan lagi nunggu.

"Eh, udah lama menunggu, ya? Sori, gue baru peka." ujar Aksa yang kini turun dari motornya dan berjalan menghampiri Vanka.

"K-kok, kenapa, kenapa kakak bisa ada disini?" tanya Vanka gelagapan.

"Jemput pacar, lo liat gak pacar gue lewat? Ya dia cantik, tinggi, manis, pokoknya dia itu idaman banget." cerocos Aksa.

"Hah?"

Aksa merangkul pundak Vanka dan tertawa kecil. "Eh baru peka juga gue, ternyata pacar gue udah ada disini."

"Eh, kak!" tahan Vanka membuat langkah keduanya tak dilanjutkan.

"Kenapa?"

"Ngapain? Enggak, maksudnya kita mau kemana?" Vanka bertanya dengan wajah memerah tomatnya.

"Diskotik!" ucap Aksa sekenanya. "Menurut lo?"

Vanka tersenyum takut melihat tatapan jutek Aksa. "Maaf."

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang