Gak Masalah

1.9K 98 10
                                    

Setelah balikan, Aksa dan Vanka kembali ke seperti saat mereka awal jadian, sering bersama dan menikmati hari tanpa perpisahan. Benar-benar menakjubkan dua minggu bersama Aksa itu, Vanka sungguh di buat nyaman dengan Aksa yang manis padanya.

Hari ini, Aksa mengajak Vanka pergi ke sebuah cafe. Karena katanya ada kejutan, jadi Vanka berangkat seorang diri dari rumah, nanti mereka akan bertemu di cafe saja.

Perjalanan berlalu dengan keheningan, Vanka tidak sabar ingin melihat apa yang di siapkan oleh Aksa. Ah, semoga saja sesuatu yang sangat manis. Pasalnya, sudah beberapa hari ini Vanka merindukan kejutan manis dari Aksa. Ya walau pada kenyataanya, Aksa itu penuh dengan kejutan.

Sesampainya di depan cafe, Vanka turun dari taxi yang dia pesan. Dia menghembuskan napas panjang seolah mempersiapkan diri untuk kejutan dari pacarnya. Dia yakin, yang putus nyambung itu pasti akan jadi jodoh. Ya, mungkin.

Vanka memasuki cafe dengan perlahan, dia mengedarkan pandanganya dan menangkap sesosok Aksa sedang duduk di pojokan. Aksa tidak punya tempat lain, ya? Setiap datang ke sini pasti duduk di pojokan.

"Maaf aku terlambat." ucap Vanka sambil mendudukan diri di seberang Aksa.

"Gak masalah." jawab Aksa santai. "Pesenan lo bakalan datang bentar lagi, tunggu ya." sambungnya.

Vanka mengangguk paham, "Jadi, ada apa?"

"Gak kejutan dong kalo gue kasih tau!" oceh Aksa sembari memainkan jari-jari tanganya.

"Yaudah, iya deh aku tunggu."

Pesanan Vanka pasti susu cokelat yang hangat, dia tidak menyukai berbagai kopi, minum susu pun karena tidak ada menu yang dia minati. Bahkan kadang, Vanka tidak meminum susu itu, takut pipis terus katanya, dia tipikal cewek yang gampang pipis kalo udah minum minuman berasa.

"Minum!"

Vanka mengangguk, karena itu suruhan Aksa, jadi dia menyeduh susu cokelatnya dengan perlahan. Rasanya menghangatkan, suasanya hatinya yang penasaran mulai tenang sekarang.

"Kita full time hari ini, oke." ujar Aksa membuat Vanka menoleh dan menatapnya terheran. "Gue gak tau kenapa, tapi pengen aja full time sama lo." sambungnya di selingi tawa kecil.

"Boleh kok, tapi dalam rangka apa ini, Kak?" Vanka mengernyit karena merasa heran saja dengan keputusan Aksa.

"Gue bilang pengen aja, Vanka!" Aksa mengomel sambil memutar malas bola matanya.

"Ehehe, iya yaudah deh." pasrah Vanka.

"Jadi lo mau, 'kan?"

"Iya."

"Kalo gitu gue minta izin sama Mama lo, ya? Soalnya kita bakalan nginep." jelas Aksa, terlihat jelas ada keraguan di mimiknya.

"Nginep?"

"Besok itukan libur, gue gak mau liburan gue sia-sia." jawab Aksa seolah membujuk Vanka.

"Libur dua hari, Kak!" pekik Vanka tak habis pikir.

"Masalah buat, lo?!"

"I-iya enggak, sih. Tapi, kenapa tiba-tiba kayak gini? Kemarin-kemarin libur dua hari Kakak diem di rumah, tuh." perjelas Vanka.

"Lo gak mau?!" tanya Aksa dengan nada tingginya.

Vanka melirik sekitar, mereka semua memandang Aksa yang tengah marah akibat ulahnya. Buru-buru dia menutup mulut Aksa, memberi kode agar tenang kembali.

"Iya sayang..." ucap Aksa sambil menipiskan jarak di antaranya.

"Hah?!"

Cups!

Para pengunjung yang datang langsung memalingkan pandangan mereka, wajah mereka bersemu, padahal yang di cium sekilas bibirnya itu Vanka, bukan mereka. Dan berbeda dengan si korban, dia sekarang membatu, menatap lurus ke depan.

"Sori, tapi bibir lo menggoda." ucap Aksa di selingi tawa gelinya.

Vanka meraba bibirnya, lalu matanya menangkap Aksa yang sedang tersenyum padanya. "Kak?"

"Kenapa? Lo mau yang lebih?" tanya Aksa menantang, suaranya di buat nyaring, membuat para pengunjung tertawa geli di sana.

Vanka memejamkan matanya, melipat kedua tangan dan menaruhnya di atas meja. Dia lalu menenggelamkan kepalanya di antara kedua tanganya, ah sial! Vanka malu, wajahnya pasti sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Kapan lagi coba gue cium, lo. Mungkin bisa aja ini yang terakhir." ucap Aksa dengan nada pelanya.

Vanka tidak mendengar, dia sedang menulikan diri sendiri. Bodo amat! Sekarang pokoknya dia sedang tidak baik-baik saja. Roh nya melayang begitu saja, Aksa membuat dia di mabuk kepayang.

***

Kania, Vivi dan Salsa menatap Vanka dengan tatapan heran. Ada apa dengan bocah ini? Tidak seperti biasanya menjilati bibir sendiri sambil melamun seperti itu.

"Lo habis di, sensor ah!" kata Salsa sambil menepuk bahu Vanka.

"Apa lo bilang?!" Vanka mendelik tak terima dengan tuduhan Salsa.

"Jangan-jangan iya, lo udah di tetew!!" Vivi pun ikut menyambar, menuduh Vanka yang tidak-tidak.

"Lo semua gak boleh gitu, siapa tau Vanka lagi sariawan." di sini cuma Kania yang normal, deh.

Vanka memeluk Kania erat, "Makasih sayang! Lo emang pengertian."

"Sariawan karena udah keseringan di gituin sama Kak Aksa!" celetuk Kania yang langsung di sambut tawa dari Salsa dan Vivi.

"Asem!!"

"Asem rasanya, Van?!" tanya Vivi sambil tertawa meledek.

"Bukan itu!"

"Ah, berarti lo beneran dong!!" tunjuk Salsa sambil terbahak-bahak.

"Sialan!!"

"Jovanka!!!!!"

Seketika ruangan menjadi hening, kamar Vanka yang semula bising menjadi tidak bersuara lagi. Setelah teriakan Mama Celine, mereka menjadi batu, takut di marahi Mama Celine lagi. Mengingat Mama Celine sedang mengandung sekarang, dia pasti stress.

***

Aksa menatap seorang cewek dengan tatapan tidak minat. Dia begitu kesal, saat kedua orang tuanya menaruh cewek kayak gini di dalam kamarnya. Belum juga nikah, dia udah berani masuk kamar tanpa izin. Kalo Aksa hilang kendali, bisa selesai di ranjang dia. Tapi Aksa ingat, sekarang dia punya pacar yang pengertian.

"Kamu gak mau makan, Sa?"

Aksa tidak menoleh, dia terus fokus memainkan game di atas ranjangnya. Lalu, cewek yang tak lain adalah Dinda itu berjalan menghampiri Aksa, duduk di tepian ranjang tepat di samping Aksa.

"Main game terus." komentarnya tepat di dekat Aksa.

Aksa menggeser tempat duduknya, dia paling risih kalo sedang bermain di ganggu seperti ini.

"Kamu kok ngejauh, sih?! Bentar lagi kita tunangan, lho. Kamu gak ada niatan kenalan sama aku, gituh?" si cewek ngoceh gak jelas.

"Nggak!" jawab Aksa singkat dan tajam.

"Masa?" tanya cewek yang di ketahui bernama Dinda itu.

Aksa mematikan ponselnya, "Lo pikir dong! Gue gak bakalan pernah mau jadi tunangan lo!"

"Well, gue orang kaya, lho. Gue bisa beliin lo apa aja, gue bahkan bisa bawain lo bar ke sini." Dinda mengoceh dengan penuh percaya diri.

"Itu bukan urusan gue!"

"Eh, Aksa mau kemana?!"

"Ambil aja kamar gue, gue mau tidur sama Mamih Inah aja!" teriak Aksa, lalu dia menggebrak pintu dan pergi.

Apa-apaan ini? Dinda tunangan Aksa?

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang