Di hari libur yang cerah ini, Vanka memilih untuk joging di taman dekat komplek rumahnya. Dengan mengenakan pakaian olahraga yang komplit, dia berlari santai dengan tak lupa ada headset yang menempel di kedua telinganya.
"Kak Aksa apa kabar, ya? Dia udah bangun belum? Apa semalem dia pulang ke rumah? Sekarang dia lagi ngapain, ya?" Vanka bertanya-tanya disela-sela berjalan santainya.
Vanka memelankan langkahnya, memutuskan untuk duduk sejenak di bangku kosong yang ada disana. Vanka memeriksa ponselnya untuk beberapa saat, dan secara tiba-tiba Aksa menelpon dirinya. Aksa seperti seorang peramal kalo tau kayak gini.
Call On 📱
"Halo, kak?"
"Kok lo malah nanya?" Aksa terkekeh di seberang sana.
"Iya maksud aku, halo selamat pagi kak."
Aksa sekarang tidak bisa menahan tawanya, "Pagi juga, lo lagi dimana? Nanti siang gue jemput lo, oke."
Vanka mengigit jarinya menahan diri untuk tidak menunjukkan salah tingkahnya. Saking salah tingkahnya Vanka, wajahnya pun mulai memerah dan melupakan satu hal, bahwa dia sedang berbicara dengan pacarnya ditelepon.
"Hello, lo masih ada disana, 'kan? Gak ada yang nyulik lo, 'kan? Malaikat Izroil juga gak nyabut nyawa lo hari ini?"
"Eh, i-iya ada ini aku."
"Nanti siang gue ke rumah lo, gue bosen diem dirumah."
"Mau ngapain?"
"Bikin dedek bayi sama lo."
"Hah?"
"Pengen ketemu sama pacarlah. Terus ntar malem lo anter gue pemotretan, bisa gak?"
"Bisa banget!"
Aksa lagi-lagi tertawa di seberang sana, "Gue suka sama lo!"
"Eh!"
"Yaudah, gue tutup dulu ya, sampai jumpa nanti siang."
"Bye."
Call Off 📱
Vanka memeluk benda pipih itu dengan wajah merona bak udang rebus. Kulit Vanka yang putih seperti orang bule, membuat warna merahnya terlihat jelas saat mengalami hal yang begitu mengejutkan bagi dia.
"Halo Vanka!"
Vanka terhenyak setelah seseorang memanggilnya. Vanka melihat dua orang sedang berpagangan tangan di hadapannya, dengan perasaan bingung Vanka mulai memperjelas wajah salah satu diantara sepasang kekasih tersebut.
"Kania!"
"Pageh, lo gak sama kak Aksa?"
Vanka menggeleng dan segera berdiri, dilihatnya ada Ryan-teman Aksa sekaligus pacar Kania. Vanka menelan berat ludahnya, melihat tinggi badan antara Kania dengan Ryan, membuat Vanka harus tahan tertawa untuk beberapa saat saja.
"Si Aksa palingan baru bangun, semalem dia itukan ... " Ryan tidak melanjutkan kalimatnya saat ingat kata-kata terakhir dari teman dekatnya itu.
"Ada apa kak?"
"Aksa begadang main game sama gue. Yaudah, gue sama Kania pergi duluan, ya!" Ryan langsung saja pamit dan membawa pacarnya pergi.
"Lah, gue di tinggal masa?" keluh Vanka saat sekarang hanya tinggal dirinya seorang.
***
Kania dan Ryan sedang menikmati bakso di salah satu pedagang kaki lima. Menurut Ryan, makan di tempat seperti ini akan jauh lebih romantis. Selain karena hemat dompet, disini juga makanannya enak-enak, apalagi kalo makan bakso buatan Mak Item, bakso ini jadi tujuan utama orang-orang ke taman. Baru bakar kalori udah makan bakso aja ni orang.
"Kok cuma satu?"
"Karena lo sama gue itukan udah nyatu." ucap Ryan sekenanya. Dari nada bicaranya, dia kayak belajar dari Aksa, deh. Soalnya ucapan dingin kayak gitu adalah ucapan khas seorang Aksa. Karena pada kenyataannya Ryan itu lembut kalo sama pacarnya, dia gak akan berani ngomong lo gue kalo sama pacarnya.
Kania bersemu merah setelah mendengar pernyataan dari Ryan. Pipinya udah kayak udang yang baru aja di rebus, bener-bener salah tingkah dia.
"Ini pesenan buat kamu, aku mau bikin racikan yang enak." inilah Ryan. Tangan kekar Ryan mulai menuangkan bumbu-bumbu yang tersedia. "Tadaaaaa! Ayo makan!"
"Kak ... "
"Jangan senyum-senyum terus, ntar baksonya naksir, aku marah lho."
Untuk kedua kalinya Kania merona karena ulah Ryan. Kalo dipikir-pikir, Ryan itu ganteng banget, ya walaupun punya kumis tipis yang menambah kesan ke bapak-bapak-an, dia tetep ganteng kok, sumpah!
"Ngomong-ngomong semalem kakak begadang sama kak Aksa?" tanya Kania setelah mulutnya bersih.
Ryan berbisik sesuatu yang cukup penting ditelinga Kania. Dia begitu lama membisikan sesuatu yang begitu rahasia dan penting, membuat Kania berekspresi begitu banyak.
"Hah?!"
***
Siang telah tiba, saat ini Vanka sedang menunggu jemputan pacarnya. Di depan rumahnya, dia memainkan ponselnya untuk mengecek apakah Aksa benar-benar sedang dalam masa perjalanan menuju kesini atau masih sibuk buka ponsel.
*Tid
Dengan sesegera mungkin Vanka meletakan ponselnya pada tas kecilnya. Lalu, Vanka menerima helm yang diserahkan oleh Aksa, dengan cepat Vanka naik dan memeluk Aksa tanpa rasa malu ataupun canggung lagi.
"Kok makin sini kak Aksa makin kurus." guman Vanka saat memeluk erat tubuh Aksa.
Vanka memejamkan matanya dan mencoba untuk acuh dengan dugaannya. Perjalanan berlalu hanya beberapa menit saja, Aksa membawa Vanka ke mall. Sambil bargandengan tangan, Vanka dan Aksa berhasil menarik perhatian pengunjung mall siang ini. Mereka terlihat romantis sekali, membuat siapapun akan iri melihatnya.
"Lo belum makan siang, 'kan?"
"Belum."
"Yaudah, sebelum lo nyari pakaian buat nanti malam, ayo makan dulu!"
Aksa mengubah tangannya menjadi merangkul pundak Vanka. Dua orang itu pergi menuju ke sebuah tempat makanan yang menyajikan steak dan makanan-makanan yang enak disantap.
"Kakak kurang tidur, ya?" tanya Vanka saat menyadari ada lingkaran hitam pada kedua mata Aksa.
"Kenapa emang? Gue semalem tidur nyaman kok, jangan aneh!" tukas Aksa dengan senyuman pada bibirnya.
Vanka menghadapi Aksa dan menghalangi langkah Aksa. Lalu, dengan berani tangannya terangkat dan mengusap-usap kening Aksa yang berkeringat. Aksa membalas dengan mengangkat kedua tangannya lalu menangkup pipi Vanka dengan senang.
"Kalo semisal gue mati duluan, lo bakalan nyari pacar kapan?" tanya Aksa dengan nada candanya.
"Kayaknya aku bakalan mati duluan, deh." jawab Vanka sekenanya.
"Kok lo sok tau soal takdir?"
"Kakak juga sok tau! Lagian buat apa coba ngomongin mati, pokoknya kakak bakalan panjang umur." kata Vanka sambil menepuk-nepuk pipi Aksa gemas sendiri.
"Ya gue harap gitu, bisa tetep sama lo dan gak ada hukuman buat gue." guman Aksa pelan sekali.
"Hah?"
"Lo pasti lapar, ayo makan!"
Aksa menurunkan tangan Vanka dan segera menarik lengan Vanka untuk pergi. Vanka berpikir keras setelah mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Aksa barusan, Aksa bener-bener sok tau soal takdirnya.
"Masih mikirin gue? Udahlah, gue bakalan sama lo terus." Aksa menahan langkahnya dan mengusap wajah Vanka menyadarkan.
"Hah?"
"Jangan mikir yang aneh-aneh, ah. Gue masih ada disini, gue sayang sama lo." perjelas Aksa dengan nada yang lemah lembut.
Vanka tersenyum tipis sebagai jawaban untuk segalanya. Aksa lembut sekali siang ini, tidak seperti hari-hari yang lalu. Ini seperti bukan Aksa yang sebenarnya, Aksa yang sebenarnya itu tidak bisa berbicara dengan nada lemah lembut dan tersenyum begitu tulus.
Don't forget to vote and coment...!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa
Teen Fiction[COMPLETED] "Gue suka sama lo!" Sebenernya kalimat itu biasa. Cuma, yang ngomongnya itu lho yang luar biasa. @lindaaprillianti Dilarang meng-coppy,men-copas atau men-jiplak