Semenjak kejadian dilapangan itu, nafsu makan Vanka menurun drastis. Mendengar pernyataan perihal pelarian, membuat mentalnya benar-benar jatuh. Benarkah itu? Aksa menjadikan Vanka sebagai pelarian semata?
"Diminum dong, jangan cuma diliatin doang." ujar Kania menyadarkan lamunan Vanka.
"Kania."
"Apa?"
"Menurut lo semua itu bener gak?"
Kania berpikir beberapa detik, lalu dia menggeleng cepat. "Gue yakin dia salah besar. Kak Aksa itu kayak bener-bener deh sama lo."
"Iya tapikan Kak Serli itu beneran mantanya Kak Aksa, mana mungkin dia—"
"Stop mikir negatif!" potong Kania dengan cepat. "Bentar lagi Vivi datang, dia mau curhat soal rencana busuknya."
"Hah?!"
"Dia mau nikung, lo taukan resiko nikung itu cem mana." Kania menjelaskan sambil sedikit tertawa geli.
"Masalah yang satu aja belum kelar, ngapa tu anak nambah-nambah masalah gue!" keluh Vanka sambil menepuk jidatnya tak habis pikir.
"Kania! Vanka!"
Vivi datang tepat setelah keluhan dari Vanka keluar. Cewek itu membawa satu gelas jus cokelat dan duduk disamping Kania, dia tersenyum begitu manis dan membuat keadaan menjadi hening untuk beberapa saat.
"Lo sehat?" tanya Vanka.
Vivi menyengir kuda, "Gue gak sabar deh, liat gimana ekspresi si Dona pas gue jadian sama Kak Reno."
"Jadi lo beneran mau—"
"Sssssstttt, jangan teriak-teriak. Lo bakalan tau nanti, pokoknya penikungan ini harus berjalan dengan lancar." potong Vivi sambil memasang wajah misteriusnya.
"Gue dukung lo!" pekik Kania sambil mengepalkan tangannya memberi semangat.
"Tapikan—"
"Lo harus dukung sahabat lo!" potong Vivi galak.
Vanka benar-benar tidak habis pikir dengan cerita ini. Setelah mendapat kejutan perihal Aksa yang mendadak menyukainya, dia tertimpa masalah besar saat secara tiba-tiba sahabat dekatnya menjauh dan bergabung dengan geng yang paling ditakuti. Setelah itu, Vanka juga mendapat kejutan baru, dimana salah satu sahabatnya pun malah ingin berniat jahat, menikung teman satu kelasnya.
"Gue gak tau harus gimana setelah ini. Sumpah, rumit banget cerita ini." keluh Vanka pada Vivi dan Kania.
"Dukung Vivi menjadi nominasi penikung terbaik!" kata Kania yang diakhiri dengan high five dengan Vivi.
***
"Dimana Kak Aksa, ya? Tumben belum ada di parkiran?" Vanka bertanya-tanya cemas disana.
"Gue duluan ya!"
"Eh, Kak Ryan! Kak!"
Kania dan Ryan yang sedang bergandengan tangan hendak pulang bersama pun terhenti. Sepasang kekasih itu memutar tubuh mereka dan menatap Vanka yang sedang kebingungan disana.
"Kenapa ya?" tanya Ryan dengan nada lemah lembutnya.
"Kakak ketinggian." celetuk Vanka tanpa sadar. "Eh, enggak maksudnya kumis Kakak lucu!" lagi-lagi Vanka salah bicara.
Kania memejamkan matanya karena menahan marah. Merasakan tangan Kania yang kian mengerat, Ryan menoleh dan bertanya ada apa kepada Kania.
"Maksudnya?" Ryan bertanya dan mengabaikan kekacauan yang keluar dari mulut Vanka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa
Teen Fiction[COMPLETED] "Gue suka sama lo!" Sebenernya kalimat itu biasa. Cuma, yang ngomongnya itu lho yang luar biasa. @lindaaprillianti Dilarang meng-coppy,men-copas atau men-jiplak