Gak usah takut

2.5K 134 1
                                    

Aksa berhenti melajukan motornya jauh dari rumah Vanka. Dia melihat pacarnya sedang bersama cowok lain, kalo gak salah Aksa pernah liat cowok itu. Ya, kalo diliat dari postur tubuhnya seperti dia cowok yang kemarin.

Aksa bukan tipe cowok yang pemarah dan pendendam. Tanpa berpikir lagi, Aksa melajukan motornya untuk menuju ke rumah Vanka. Aksa menekan klakson motornya, membuat dua orang yang sedang asyik bicara itu menoleh ke arahnya.

Aksa turun dari motornya sambil melepaskan helm yang melekat pada kepalanya. Aksa membenarkan jambulnya, dia menatap sinis cowok yang sok kenal sama pacarnya itu.

"Ekhem, sori ganggu." ujar Aksa sambil melipat kedua tangan dibawah dada.

"Siapa lo?" tanya cowok itu dengan menantang.

"Jadi sebenernya dia itu ... "

"Tunangannya!" jawab Aksa dengan cepat sekali.

Cowok itu spontan menatap Vanka, membuat Vanka menoleh juga. Tiba-tiba Aksa menarik Vanka, merangkul Vanka di depan cowok tersebut. Aksa menaik turunkan alisnya.

"Emangnya lo siapa? Oh, lo pasti mantannya Vanka, iyakan?!" Aksa menduga-duga sambil tertawa sok akrab. "Sori bro, keduluan sama gue." ucap Aksa sambil mendorong dada cowok itu dengan telunjuknya.

"Eh lo—"

"Gak usah nanya kenapa gue bisa jadian sama dia. Yang jelas, gue gak bakal tertarik sama cewek lain, dan ninggalin Vanka gitu aja, oke." cerocos Aksa, dia melepaskan Vanka dan maju satu langkah mendekati cowok tersebut.

Cowok itu mendorong Aksa dan mendekati Vanka. "Jadi selama ini kamu ... "

"Eh, lo jangan sok lembut ya sama pacar gue!"

"Diem lo!"

"Lo yang diem!"

Terjadi saling dorong mendorong antara Aksa dan cowok yang diketahui adalah mantan Vanka. Beberapa detik itu Vanka diam karena kebingungan, lalu dengan lantang dia berteriak memisahkan keduanya.

"Stop, semua udah dijelasin sama Kak Aksa." ujar Vanka kepada cowok itu, dia hanya menundukan kepalanya seperti enggan menatapnya.

"Van, lo—"

"Jangan sentuh pacar gue!" tukas Aksa sambil menepis kasar tangan cowok tersebut.

"Maafin aku, Kak. Tapi, semua udah selesai semenjak Kakak lebih milih cewek itu." ucap Vanka dengan penuh keyakinan.

"Van!"

Cowok yang sejak kemarin datang ke rumah Vanka itu bernama Revan Okctaviano. Dia adalah mantan Vanka, bisa dibilang dia adalah cinta pertama Vanka. Namun sayang, setelah lama menjalin kasih, dia berhianat. Dia meninggalkan Vanka demi cewek lain.

"Gak usah takut." ujar Aksa sambil narik lengan Vanka. "Lo sama gue, jadi semua akan baik-baik aja." perjelas Aksa dengan penuh keyakinan.

Revan mengepalkan kedua tangannya marah, bahkan wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Revan membuang napas kasar, lalu dia masuk ke dalam mobilnya dengan terpaksa.

***

Aksa membiarkan Vanka diam beberapa saat, dia tidak memberitahu bahwa sekarang mereka sudah sampai di sekolah. Vanka masih melamun sambil memeluk Aksa-nya dengan erat. Mantan memang selalu membuat kehidupan menjadi lebih rumit, benarkan?

"Lo gak apa-apa, 'kan?"

Vanka hanya menggeleng tanpa mau melepaskan pelukannya ataupun menyadari sesuatu. Dia masih setia memeluk Aksa, membuat orang-orang yang sedang memarkirkan kendaraan menatap kebersamaan tersebut.

"Vanka."

"Hmmmmm."

"Lo gak mau turun?"

Vanka langsung melepaskan pelukannya, dia terkejut. Secara reflek Vanka terjatuh dari motor Aksa, hal itu membuat Aksa kaget dan segera turun untuk menolong pacarnya.

"Sori, sori gue gak ada maksud ngagetin lo!" ucap Aksa sambil menolong Vanka berdiri.

Vanka terkekeh dan langsung berdiri, lalu keduanya kompak membuka helm yang melekat dikepala mereka. Melihat Vanka yang tidak marah karena itu, Aksa pun ikut terkekeh gemas.

"Gak usah takut." ucap Aksa sambil mengusap kepala Vanka. "Disini 'kan ada gue."

"Makasih ya, Kak."

"Iya sama-sama. Ayo, gue anterin lo sampe ke bangku lo!" ajak Aksa sambil merangkul lengan Vanka.

Aksa dan Vanka berjalan beriringan, semakin hari mereka terlihat semakin dekat saja. Dunia ini serasa milik mereka berdua saja, sampai orang-orang yang berlalu pun di abaikan begitu saja.

"Kok rame, ada apaan nih?!" tanya Aksa sambil celingukan.

"Entahlah."

"Kesana yuk!"

Aksa dan Vanka menerobos kerumunan siswa disana. Vanka terkejut bukan main saat melihat ada apa di tengah-tengah kerumunan orang ini. Disini, sekarang ada Vivi sedang adu jambak dengan teman satu kelasnya, Dona.

"VIVI!!" teriak Vanka lantang sekali.

Vivi dan Dona berhenti saling menjambak, keduanya menatap Vanka beberapa detik saja. Setelahnya mereka kembali menjambak satu sama lain, suasana kian riuh saat orang-orang berteriak mendukung keduanya.

"Masalah besar ini!" ujar Vanka sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Vanka melirik kanan dan kiri, dimana Kania sekarang? Dia harus bertanggung jawab, dia harus menolong Vivi yang kesusahan karena rencana tikungan tajam itu.

"Vivi berenti!" pinta Vanka, dengan tanpa berpikir Vanka masuk ke pertengkaran sengit itu.

Vanka mencoba menarik baju Vivi, namun selalu kesulitan karena mereka terus saling menarik. Aksa kelabakan, dia tidak mau Vanka-nya kenapa-napa. Lalu dia maju dan menarik Dona dari Vivi, al hasil terjambaklah rambut mereka karena ulah nakal tersebut.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!"

Semua orang yang ada disana menutup telinga mereka dengan cepat. Teriakan Dona dan Vivi berhasil membuat gendang telinga siapapun akan rusak dan bisa saja berakhir dengan ketulian. Mereka benar-benar histeris saat rambut mereka rusak begitu saja.

"VIVIIIII!!!!! DONAAAAA!!!!!! KALIAN BERDUA KE BK!!!!"

***

Ryan merangkul pundak Aksa dan membuat Aksa menoleh kepadanya. Ryan yang tingginya cukup itu, membuat Aksa harus mendongak untuk melihat angel yang lebih baik lagi.

"Apaan?!"

"Lo tau gak? Sebenernya Reno itu nembak cewek lain lagi."

"Hah?!"

Ryan mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan kalimatnya. Sepertinya Aksa tidak ikut ambil alih dalam hal penikungan ini.

"Jadi tadi—"

"Gue sama Kania yang bantu mereka jadian." kata Ryan sambil menunjukan cengiran tak berdosanya.

"Eh, gila lo ya! Lo gak liat apa? Sekarang Reno juga masuk ke BK gara-gara, issshh sialan lo!" Aksa mencerocos seperti Ibu-ibu arisan saja.

"Lagian si Dona gak ngertiin Reno, jadi ya lo taukan Reno itu gimanan." perjelas Ryan dengan santai.

"Ini gak bisa di biarin, kenapa—"

"Masih mending Reno cinta beneran, lah elo ke Vanka itukan cuma pelarian!" potong Ryan dengan tanpa berpikir lagi.

Aksa mendelik tidak terima, soal pelarian kembali menjadi topik yang hangat disini. Padahal masalah yang sedang terjadi adalah antara Reno, Dona dan Vivi, mengapa Ryan membelokan masalah menjadi ke pelarian?

"Gue udah cinta sama Vanka, jadi jangan mikir yang aneh-aneh." Aksa memperjelas yang sebenarnya.

"Beneran?!"

"Lo taukan gue itu udah gak bisa lepas dari hal itu." kata Aksa sambil tersenyum keji. "Karena dia, perlahan gue bisa tenang." lanjut Aksa.

"Lo gak salah sih putusin cewek gak bener itu."

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang