Jangan Geer!

1.8K 111 1
                                    

Benar-benar memalukan, sekarang Jovanka menjadi siswi terburuk yang pernah ada. Dia adalah cewek bodoh yang memutuskan hubungan begitu saja. Ya, beberapa orang memang berpikir begitu, Jovanka adalah cewek terbodoh dan bego, seharusnya Aksa gak usah nembak dia di depan umum.

Tapi, coba lihat dari sisi lain. Vanka begitu karena dia ingin menyelamatkan sahabat dekatnya. Dia tidak mau melihat Salsa tersiksa, dia tidak mau bahagia di atas penderitaan orang lain. Bukan sok perduli, tapi memang perduli.

"Lo gak apa-apa pulang sendirian?" tanya Kania.

"Kalian duluan aja."

Vivi menghembuskan napas jengahnya, "Dasar bego!"

"Iya, gue tau."

"Ngapain sih lo berkorban buat orang gak penting kayak dia!" Vivi mencibir kelakuan Vanka yang berlebihan menurutnya.

"Dia temen kita, 'kan?" tanya Vanka dengan nada rendahnya.

"Enggak, semenjak dia hianat dia bukan temen gue!" tolak Vivi sambil menaik turunkan alisnya.

"Ah, udahlah semua udah terjadi. Kalo gitu gue duluan, ya!" pamit Kania. "Kak Ryan pasti udah nungguin gue, nih!" lanjutnya, lalu dia berlari dan melambaikan tangan.

*Brakh
Vanka dan Vivi menutup mulut mereka saat melihat Kania menabrak seorang cowok. Namun, setelah tahu siapa cowok itu, mereka pun tertawa bersama.

"Kak Ryan!" pekik Kania sambil memukul dada Ryan.

"Sakit, Kan!!" tahan Ryan sambil memegang lengan Kania.

"Bodo! Suruh siapa ngagetin!" kesal Kania. "Lepasin!"

"Mulai gak sopan ya kamu." Ryan mencolek hidung Kania. "Ayo pulang, ketemu mama mertua sekarang!"

Reno datang, dia menyenggol sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan. Dia menemui Vivi, dan tanpa perintah apa-apa, Vivi langsung merangkul lengan Reno.

"Kita duluan, ya!" pamit Vivi.

"Iya."

"Kamu mau makan malam gak?" tanya Reno. "Kata mama ayo ke rumah!" ajaknya sambil melangkah menjauh dari Vanka.

"Secepat inikah?"

"Ayo, mama pasti seneng kalo aku bawa cewek ke rumah." kata Reno sambil mengguncang tubuh Vivi.

"Hmmmm, gimana ya?"

"Mau dong!"

"Okedeh!"

Reno dan Vivi hilang, sepasang kekasih itu sepertinya memang akan pulang dan meninggalkan Vanka seorang diri. Tapi tidak masalah, ini masih siang, jadi Vanka masih bisa menunggu angkutan umum yang akan dia tumpangi sekarang. Bukan motor ninja putih lagi.

Vanka melangkahkan kakinya untuk pergi menjauh dari area kelasnya. Di perjalanan, dia melihat Serli dan teman-teman sedang berbincang sambil tertawa ria. Sebegitu bahagianya mereka saat mendengar kabar bahwa Aksa dan Vanka putus? Sialan emang.

"Thanks ya!"

Vanka menoleh saat mendengar ada seseorang yang berteriak mengucapkan terimakasih padanya. Seseorang itu adalah Serli, dia sekarang beranjak dari duduknya dengan senyuman manis. Gaby dan Beby pun menyusul, berada di kedua samping Serli.

"Malam ini jangan lupa dateng, ya." ucap Serli dengan nada lemah lembutnya.

"Kemana Kak?"

"Kita makan bareng, gue bakalan traktir lo, deh!" jawab Serli dengan senang hati.

"Hah?!"

"Udahlah, ini sebagai perayaan lo udah putus sama Aksa, ooppsss!" Serli dan teman-teman kompak menutup mulut mereka dan setelahnya tertawa lepas.

"Godbye idiot!"

Vanka hanya bisa memejamkan matanya saat Serli menjitak kepalanya, tidak kedua temannya juga ikut menjitak kepalanya dengan tega. Lalu, Vanka membuka mata dan sudah tidak melihat ketiga orang tak berguna tadi.

Vanka melihat Aksa sedang berdiri di area parkiran motor. Cowok itu terlihat sedang memperhatikan Vanka, namun sekarang dia sudah mengenakan helm dan hendak pulang.

***

"Sal..."

Seseorang yang berada di selimut tebal itu enggan bersuara. Cewek yang selama ini menjauh dari Vanka, akhirnya bisa di dekati juga. Ya walaupun belum tahu bagaimana reaksinya saat tahu ada Vanka disini.

"Sal ini gue, Vanka." ucap Vanka, dia pun duduk di tepian ranjang.

Masih tidak ada jawaban.

"Sal, gue minta maaf ya karena telat jenguk lo." sesal Vanka, tangan kanannya reflek meraih buntalan pada selimut tersebut.

Masih tidak ada jawaban juga.

"Sal."

"Perduli apa lo sama gue, hah?!"

Vanka terhenyak saat mendengar suara tertahan di bawah selimut. Lalu, seseorang menyibak selimut dan beranjak dari tidurnya. Dia duduk sambil menatap ke depan dengan tatapan tajam tak sukanya.

"Apa perduli lo?! Gue gak butuh temen kayak lo!" caci Salsa dengan nada menusuknya.

"Gue bisa jelasin, Sal."

"Gue gak butuh penjelasan dari orang busuk kayak lo!!!!" Salsa menepis tangan Vanka yang hendak menyentuhnya. "Lo hianat! Pergi, gue gak mau liat muka busuk lo!!" usir Salsa setelahnya.

Vanka menghembuskan napas berat, "Okelah, yang penting sekarang lo udah aman."

Salsa menatap kepergian Vanka begitu saja, Vanka benar-benar keluar dari kamarnya dan meninggalakan dia seorang diri. Salsa mencebikan bibirnya sebal, tak lama dia menangis sambil masuk kembali ke dalam selimut tebalnya.

***

Vanka berjalan sambil menundukan kepalanya, sebentar lagi juga sampai rumah. Beruntung rumah Vanka dan Salsa itu tidak terlalu jauh, jadi Vanka tidak usah repot-repot mencari angkutan umum atau ojek online.

"Padahal gue cuma mau liat keadannya." guman Vanka di sela-sela melangkahkan kakinya.

Di belakang Vanka, sekitar beberapa meter ada seseorang dengan motor ninja putih. Kalian mengenalnya? Ya, dia adalah Aksa yang entah sedang apa dia di sana. Apakah dia mengejar dan mengikuti Vanka? Entahlah, kita lihat saja nanti.

*Tid
Motor itu berhenti di depan Vanka, menghentikan langkah Vanka yang akan menuju ke rumahnya. Orang yang di ketahui Aksa itu membuka helm-nya, dia memasang wajah yang paling menusuk.

"K-kak Aksa!"

"Jangan geer! Gue kesini cuma mau balikin buku lo yang ketinggalan di rumah gue." perjelas Aksa, dia mengeluarkan beberapa buku dari tasnya.

"Eh!"

Aksa tidak perduli saat Vanka keberatan dengan buku itu. Malahan, cowok itu sekarang memakai helm lagi dan menyalakan mesin motornya untuk pergi. Vanka menatap Aksa dengan tatapan penuh harap, namun harapan hanyalah harapan.

Aksa pergi begitu saja, meninggalkan Vanka yang kesusahan membawa buku-buku itu. Dia menghela napas sebal, lalu melangkahkan kakinya lagi dengan perasaan terburuknya.

Namun Vanka salah, dia hanya membawa setengah buku yang ada di Aksa. Sisanya, masih ada di tas milik Aksa, dan kemungkinan besar akan di kembalikan nanti sebagai perantara pertemuan mereka. Buku itu adalah buku yang Vanka bawa untuk belajar bersama Aksa.

Vanka berjalan dengan malas, membuat Aksa yang memperhatikannya dari balik sebuah pohon tersenyum gemas. Sepertinya dia tidak tahu masalah apa yang sedang menimpa mantan pacarnya ini. Kalau dia tahu, mungkin hubungan mereka akan baik-baik saja.

"Vanka, gue suka sama lo." guman Aksa sambil tersenyum miris.

Aksa juga tidak paham, mengapa Vanka bisa langsung mengambil keputusan ini. Semua menjadi tidak baik-baik saja karena Vanka tidak terbuka padanya.

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang