Keluarga kecil Vanka ditambah Aksa saat ini sedang sarapan bersama. Mereka terlihat sibuk dengan sehelai roti panggang buatan Mama Celine. Terkadang terdengar sebuah decak kagum dari Papa Arnan karena rasa roti yang manis dan juga pas dengan selera makananya.
"Sebentar lagi long weekend, mau pergi kemana?" tanya Papa Arnan pada Aksa.
"Biasanya pergi ke Korea, tapi karena udah pacar maunya nikah aja." jawab Aksa ngasal.
Vanka terbatuk karena kalimat yang keluar dari mulut Aksa. Benar-benar tidak nyambung dan Vanka tidak butuh jawaban seperti itu sekarang. Ingat tidak, Vanka sama Aksa itu sekarang statusnya mantanan.
"Boleh izin bawa anaknya gak, Om? Soalnya nanti mau pergi ke Bandung, mau ngurus apartemen sekalian weekend di sana." Aksa meminta izin terlebih dulu.
Papa Arnan melirik Mama Celine, "Nanti yang jagain Mama siapa, dong?"
Mama Celine mencubit pinggang Papa Arnan, "Boleh kok! Silahkan ajak Vanka kemana aja, asal jangan sampe ada yang lecet aja."
"Tapikan Ma..."
"Udahlah, Pa, harusnya Papa itu mikirin gimana perasaan anaknya." Mama Celine membela Vanka untuk selalu bersama Aksa.
Aksa tersenyum ramah, "Wah, terima kasih banyak Tante. Terima kasih karena udah ngizinin Vankanya pergi sama aku."
Papa Arnan meneguk segelas susu putih sampai habis. Kalau tidak ada Vanka, maka habislah dia dengan omelan Ibu hamil ini. Tapi, itu sudah jadi konsekuensinya bukan, suruh siapa bikin anak!
"Lo ikut sama gue, ya." Aksa menatap Vanka dengan penuh harap.
"Boleh."
***
Aksa dan Vanka sampai di sekolah seperti saat mereka masih pacaran dulu. Ya walau sudah menjadi mantan, mereka masih bisa menjaga hubungan dengan baik. Contohnya hari ini, pergi ke sekolah bersama lagi.
"Kenapa itu rame-rame?"
"Kesana yuk!"
Vanka di genggam tangannya oleh Aksa, dan di tarik tangannya oleh Aksa. Dua insan itu berlari kecil sampai keduanya mampu menerobos kerumunan siswa. Aksa dan Vanka sudah berada di depan, dimana di sana ada sebuah majalah dinding.
"Ya ampun..." ucap Aksa sambil menepuk jidatnya.
"Kak Serli pindah?!" kaget Vanka.
Aksa meninggalkan Vanka di tengah kerumunan orang. Entah akan pergi kemana dia, tapi yang jelas dia terlihat panik sekali. Vanka melirik kanan kiri, lalu dia mundur guna tidak menghalangi orang-orang.
Beberapa menit berlalu dan Aksa kembali dengan membawa sebuah kunci. Dia dengan terburu-buru membuka mading itu dan mengambil secarik kertas berisi surat pamitan Serli kepada semua orang. Kenapa Aksa menariknya? Karena di sana Serli membawa nama dia.
"Bubar semuanya!" perintah Aksa yang langsung dibalas dengan sorakan tidak suka.
Aksa menyobek kertas itu lalu membuangnya ke tempat sampah. Sialan emang, udah tau Aksa tidak suka lagi sama dia, tapi kenapa dia tetap saja berulah seolah Aksa adalah miliknya.
"Bang!!!"
"Lo kenapa? Ada apalagi ini?!" tanya Aksa pada Alvaro yang berlari ngos-ngosan.
"Dinda!" pekik Alvaro sambil menepuk-nepuk pundak Aksa. "Dinda!" Alvaro masih tidak bisa menyelesaikan bicaranya dengan baik.
Aksa melirik Vanka lalu menutup mulut Alvaro dengan cepat. Aksa melotot memberi kode dengan bicara tanpa suara di depan Alvaro. Lalu, Alvaro melirik Vanka yang kebingungan di sana.
"Kenapa?"
"Etdah!!" Alvaro melepaskan tangan Aksa. "Tangan lo bau terasi, Bang!" omelnya kemudian.
Aksa mendelik, "Ngapain lo lari-lari gak jelas?"
"Enggak jadi deh!" kata Alvaro sambil menyengir kuda. "Takut ganggu yang mau balikan." lanjutnya lalu melesat pergi.
Hening...
"Kak..."
"Ya?"
"Dinda siapa?"
"Hah?!"
Vanka menghentikan langkahnya dan membuat Aksa pun berhenti. Aksa terlihat tegang, bahkan wajahnya dia angkat setinggi mungkin guna mereda rasa tegangnya sedikit.
"Dia bukan siapa-siapa, kok." ucap Aksa sambil menyengir.
Vanka menatap Aksa penasaran, "Beneran?"
"Sumpah!"
"Oh."
Aksa menghela napas lega saat Vanka memutuskan untuk kembali melangkah dan tidak mempertanyakan siapa Dinda itu. Iya juga ya, siapa Dinda?
Saat di pertengahan jalan, Vanka dan Salsa di pertemukan. Aksa berhenti melangkah, dia menatap dua cewek itu secara bergantian. Lalu, Aksa meraih tangan Vanka untuk menggenggamnya.
"Van..."
"Ya?"
Salsa berlari seperti anak kecil yang baru bertemu dengan Ibunya. Dia langsung memeluk Vanka yang sedang diam mematung, Aksa terhenyak dan segera melepaskan tangannya dari tangan Vanka.
"Gue minta maaf ya... Gue salah, selama ini gue..." Salsa terdengar bergetar menangis.
"Ah, kenapa lo baru peluk gue!" omel Vanka yang suaranya mulai bergetar pula.
"Gue minta maaf!!!" teriak Salsa yang berhasil membuat Vanka dan Aksa menutup telinga.
Vanka tertawa geli lalu membalas pelukan Salsa. Akhirnya menyadari, bahwa Vanka itu benar-benar tidak melupakan Salsa sepenuhnya. Bahkan, Vanka berkorban demi keselamatan Salsa.
"Kita ke kelas bareng, yuk!" ajak Salsa setelah pelukan mereka usai.
"Ayo!"
"Kok lo nangis, sih?!" Salsa mengusap jejak air mata di pipi Vanka.
"Lo yang mulai!" Vanka pun membalas menghapus air mata Salsa.
Vanka dan Salsa bergandengan tangan, keduanya berjalan beriringan sambil sesekali bicara. Aksa hanya diam, dia terlihat seperti cowok bego yang di tinggalak kasihnya.
"Eh!! Vanka!! Kok lo ninggalin gue?!!!" teriak Aksa tidak terima akhirnya.
***
Kania mendorong Ryan dan memilih berlari untuk bertemu Salsa. Begitupu dengan Vivi, yang mendorong Reno dari genggamannya hanya untuk menemui Salsa yang telah lama tidak bersama.
Empat sekawan itu kembali, mereka berpelukan melepaskan kerinduan yang berlalu. Benar-benar lebih baik sekarang, ternyata persahabatan itu jauh lebih menenangkan dibanding sebuah hubungan dengan Kakak Kelas, benar bukan?
"Long weekend bareng, nih!!" teriak Salsa, mulai deh rasa gak tau malunya.
Empat orang cewek itu melompat-lompat sambil berpegangan tangan. Ah, mereka terlihat bahagia sekali saat bisa bersama lagi. Semoga tidak ada lagi masalah diantara mereka.
Aksa datang dan menepuk dua sahabatnya yang hanya berdiri menatap pacar mereka. Lalu, Aksa mengajak kedua sahabatnya untuk menghampiri para cewek alay yang lagi rindu-rinduan.
"Gue ikutan!" pekik Aksa dengan wajah sangarnya.
"Ya, gue juga mau!" timpal Ryan dan Reno dengan serius.
Hening, empat sekawan yang semula heboh mendadak diam. Mereka bertatapan satu sama lain, lalu mereka menggeleng kompak dan meninggalkan tiga Kakak Kelas tampan idaman semua orang.
"Eh!!! Kalian semua mau kemana?!!" teriak Aksa tak terima.
Ryan dan Reno menahan kepergian Aksa, dua sahabat Aksa memasang wajah mengenaskan. Lalu, ketiganya kompak berpelukan. Ish, apa hari ini adalah hari lebay sedunia? Sampai Kakak kelas tertampan ini berpelukan sesama jenis.
Semua belum berakhir, masih ada satu pembahasan lagi. Siapa Dinda? Apakah dia seseorang yang pernah bersama Aksa? Mungkin saja, sepertinya Aksa juga mengenal dia. Lantas, bagaimana hubungan Vanka dan Aksa kedepannya? Masih nyaman dengan status mantanan ini atau ada niatan balikan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa
Teen Fiction[COMPLETED] "Gue suka sama lo!" Sebenernya kalimat itu biasa. Cuma, yang ngomongnya itu lho yang luar biasa. @lindaaprillianti Dilarang meng-coppy,men-copas atau men-jiplak