Liat Lo Senyum Kayak Ada Manis-Manisnya Gitu

2.7K 157 0
                                    

Kembali di hari senin yang paling menyenangkan dan bersejarah. Tepat hari senin ini, sudah satu minggu lamanya Vanka dan Aksa berhubungan sebagai pacar. Jadi, hari senin itu emang hari yang paling baik sedunia.

"Lo kok datangnya telat?"

"Eh, k-kak Aksa."

Aksa menarik paksa lengan Vanka dan memberikan sebuah boneka panda yang kecil. Vanka menatap boneka itu cukup lama, lalu dengan cepat Aksa mengangkat tangan Vanka dan menaruh boneka mini itu pada telapak tangannya.

"Jangan liat ukurannya, liat mukanya aja." kata Aksa sambil tertawa geli.

"Hah?!"

"Muka lo kayak panda, gue suka."

Vanka bersemu merah, dia segera menaruh boneka kecil itu pada saku yang ada di baju seragamnya. Aksa mendelik tak terima, membuat Vanka harus mengeluarkan kembali boneka tersebut.

"Kenapa?" tanya Vanka pelan dan merasa tidak enak.

"Jangan disimpen disitu, bikin salah fokus aja." Aksa mengambil boneka itu dan memasukannya ke dalam saku seragamnya. "Biar gue simpen dulu, nanti gue anterin ke rumah lo." lanjut Aksa.

"Lho kok—"

"Jangan banyak komen, sekarang ayo ke lapangan! Lo udah telat, malah diem kayak manusia patung aja disini." omel Aksa, dia menarik lengan Vanka dan berjalan beriringan bersamanya.

Cara Aksa dan Vanka datang ke lapangan upacara, membuat semua orang menatap mereka. Tentu saja menjadi pusat perhatian, karena baru kali ini ada orang yang berani berpegangan tangan di lapangan umum ini.

"Liat lo senyum kayak ada manis-manisnya gitu." kata Aksa sambil melepaskan Vanka dari genggamannya. "Semangat, jangan lupa pulang sekolah bareng gue lagi." pesan Aksa sebelum dia pergi menuju kebarisannya.

Vanka membatu di tempatnya selama beberapa menit. Sampai Kania datang dan menepuk pundak Vanka. Kedatangan Kania ini bukan tanpa alasan, tapi sesuatu telah terjadi.

"Salsa, Van!" kata Kania sambil mengguncang tubuh Vanka dengan kuat sekali.

"Ada apa?"

"Dia gabung sama kak Serli!" tekan Kania sambil menatap penuh takut dan cemas.

"Apa lo bilang?!"

Vanka terkaget setelah mendengar kabar tersebut. Serli adalah salah seorang gadis yang paling ditakuti di sekolah. Dia bersama kedua temannya selalu membully orang-orang yang membuat masalah dengan mereka. Dan, sekarang Salsa malah bergabung dengan gengnya!

"Lo, enggak, lo yang bener dong!" Vanka masih tidak percaya.

"Jaga ekspreksi lo, kita dalam masalah besar sekarang." kata Kania sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Vanka menelan berat ludahnya, dia melirik-lirik ke seluruh penjuru. Dan benar saja, dia melihat Salsa sedang bergabung dengan Serli cs, mereka sedang tertawa bersama dan membuat sebuah lirikan penuh arti ke arah orang-orang yang ada di sekitar mereka.

"Eh, lo mau kemana?!"

Kania menghentakan kakinya merasa bersalah. Dengan wajah cemasnya, Kania menyusul kemana Vanka pergi.

"Ada apa sama Vanka?"

"Vi,Vivi lo harus bantuin gue sama Vanka, titik!" Kania dengan cepat menarik salah satu teman dekatnya yang berada dikelas IPS itu.

Kania menarik tangan Vivi—teman dekat mereka. Upacara akan dimulai beberapa menit lagi, dan Vanka malah memilih menemui orang-orang yang bisa saja akan membuat Vanka keluar dari sekolah ini.

"Sal."

"Eits, mau ngapain?"

Dua orang yang diketahui bernama Gaby dan Beby itu menahan lengan Vanka. Vanka menjadi pusat perhatian cowok-cowok nakal yang suka baris di barisan paling belakang sekarang. Salsa hanya terdiam, memilih bersembunyi dibalik kakak kelas yang sudah menjadi temannya itu, Serli.

"Ada apa ya?" tanya Serli dengan nada pelan namun songong.

"Maaf sebelumnya, tapi aku mau ketemu sama teman aku." Vanka sedang mencoba melepaskan diri dari teman-teman Serli.

"Gak!! Gak ada temen lo disini!!" teriak Serli sekencang mungkin, dan perhatian pun teralihkan ke arah keributan ini.

"Sal!"

Serli maju dua langkah untuk dekat dengan tubuh Vanka. Dia menatap Vanka dari bawah hingga ke atas, tersenyum picik dan mengibaskan rambutnya merasa paling cantik. Salsa segera berlari dari sana, dia meninggalkan Vanka dalam api neraka.

"Lo ngapain kesini, hmmm? Berani banget lo masuk ke area gue?" tanya Serli sambil mengelus pipi Vanka dengan lembut.

*Plak
Sebuah tamparan keras berhasil membuat ngilu semua peserta upacara saat itu juga. Vanka tertunduk menahan sakitnya tamparan, dia mencari dimana keberadaan Salsa, namun tidak ditemukan juga keberadannya.

Vanka melihat ke arah kanan, dia mendapati Kania dan Vivi yang sedang berdiri dengan cemas disana. Lalu, dia mengalihkan pandangan ke arah kiri, dan melihat sesosok Aksa berlari menembus barisan.

"Jangan mentang-mentang Aksa pacar lo, lo bisa seenaknya bilang Salsa itu temen lo, paham!" tunjuk Serli sambil sedikit mendorong kening Vanka.

"Berenti!"

Serli memberi kode agar Vanka dilepaskan, dan dua temannya segera berlari untuk berdiri disampingnya. Sekarang Vanka berdiri dengan wajah merahnya, dia merasa malu dan juga sakit sekali. Semua orang menatapnya.

Sebuah pelukan dari belakang berhasil menyadarkan Vanka dari lamunan. Vivi dan Kania datang, mereka menenangkan Vanka yang sedang shock ini. Sementara Aksa berjalan mendekati Serli dan teman-temannya itu.

"Lo punya sopan santun, 'kan?" tanya Aksa. "Selain lo jago berbahasa, lo juga harus jago beretika." lanjut Aksa dengan nada datarnya.

"Well?"

Aksa tersenyum meremehkan, "Gak usah ganggu hubungan gue sama Vanka, paham?"

"Apa hubungannya?! Lagian ya, gue juga udah gak perduli sama, lo!" Serli mendorong dada Aksa dengan jari telunjuknya.

Aksa menajamkan sorot matanya, "Lo gak berhak ngambil kebahagiaan pacar gue!!!"

Serli tersenyum meremehkan, "Oh ayolah, gue enggak ngambil apa-apa dari dia. Dan lagian, dia yang ngambil lo dari gue, iyakan?!"

Aksa mendorong kening Serli dengan penuh amarah. Lalu, dia berbalik dan hendak pergi untuk membawa Vanka menjauh dari mantan pacarnya yang kejam dan juga tidak manusiawi ini. Dia masih kelas sebelas, tapi udah berani ngangkat dagu pas bicara sama kakak kelasnya. Pantes aja sih Aksa putusin dia terus cari yang baru.

"Kasian yang jadi pelarian!" pekik Serli dengan nada meledeknya.

Aksa mengepalkan tangannya marah, wajahnya memerah marah sekali. Satu kali lagi Serli bicara, mungkin Aksa akan berbalik dan memukulnya. Aksa tidak perduli soal perbedaan jenis kelamin mereka, karena bagi Aksa, Serli harus segera di hapuskan!

Aksa menatap Vanka yang sedang menatapnya dengan tatapan teduh. Kedua bola matanya memerah, sepertinya Vanka akan menangis sebentar lagi. Beruntung ada Kania dan Vivi yang setia memeganginya disana, jadi Vanka tidak perlu takut.

Aksa maju beberapa langkah dan meraih tangan Vanka yang bergetar hebat. Aksa hendak memberikan sebuah pelukan untuk Vanka, namun tiba-tiba saja Vanka menolak dengan menahannya.

"Gue suka sama lo!" tekan Aksa meyakinkan. Dan saat itu juga tidak ada penolakan dari Vanka, Aksa memeluk Vanka di depan semua orang.

Don't forget to vote and coment...!!!

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang