Setelah pertemuan sore itu, hubungan Vanka dan Aksa mulai membaik. Setelah mendengar penjelasan dari Ryan dan Kania, akhirnya Aksa mengetahui alasan yang sebenarnya. Dan dengan bantuan teman-temannya, Aksa berhasil membuat hubungannya membaik.
Seperti malam ini, Aksa menyempatkan diri untuk menelpon Vanka. Terlihat jelas bahwa Vanka bahagia sekarang, apalagi saat Aksa menjamin bahwa tidak akan bahaya jika Vanka lebih terbuka kepadanya. Aksa sudah menjadi pelindung bagi hidup Vanka, karena itu Vanka yakin bisa kembali lagi dengan Aksa.
Meski mereka sudah baikan, hubungan mereka belum sepenuhnya pulih. Aksa belum mengajak Vanka balikan, otomatis hubungan mereka saat ini adalah mantan tapi mesra. Ini juga karena Vanka tahu malu, kalo dia tidak tahu malu mungkin sudah mendesak Aksa untuk balikan dengannya.
Mama Celine dan Papa Arnan terlihat senang saat melihat putri mereka tersenyum. Hanya Aksa yang mampu membuat Vanka bangkit dari masa lalunya yang kelam. Karena Aksa, Vanka melepaskan segala keluh kesahnya.
***
"Cantik banget!"
"Eh!"
Aksa memasangkan helm di kepala Vanka dengan lembut. Terlihat senyuman manis dan ketulusan dari Aksa. Vanka hanya bisa menerima dengan pasrah, dia tidak mungkin menolak, mengingat dia juga merindukan perilaku Aksa yang seperti ini.
"Pas putus malah makin cantik, dasar cewek." ucap Aksa saat Vanka menaiki motornya.
Mungkin karena saat itu Vanka memakai helm, jadi dia tidak mendengar kalimat yang dikeluarkan dari mulut Aksa. Al hasil, dia malah asyik menatap jalanan yang sebentar lagi akan dia lalui bersama dengan Aksa lagi.
"Udah siap?!" Aksa bertanya dengan sedikit berteriak.
"Aku gak budeg!" Vanka balas berteriak sambil menepuk pundak Aksa.
"Tapi lo gak denger ucapan gue yang tadi!" lagi-lagi Aksa berteriak sambil sedikit cekikikan.
"Ngomong apa emangnya?!"
"Budeg!"
"Kak Aksa!!!"
Aksa dengan sengaja memainkan motornya, membuat Vanka hampir terpental namun bisa bertahan karena reflek memeluk Aksa. Vanka memukul pundaknya, membuat dia tertawa lepas karena gemas dengan ulah mantannya itu.
***
Sampailah mereka di sekolah, Vanka terlihat ragu saat turun dari motor Aksa, namun sekali lagi Aksa meyakinkan. Aksa menyenggol lengan Vanka agar menjaga jarak darinya beberapa senti saja.
"Kenapa?"
"Udah pergi sana, mau Salsa kenapa-napa?!" Aksa bertanya balik sambil menatap ke arah Serli dan teman-temannya.
Vanka tersenyum manis, "Yaudah, makasih ya Kak!"
"Iya sama-sama."
"Aku duluan."
"Eh tunggu!"
"Ada apa?"
"Hati gue jangan lo bawa dong, gimana kalo nanti gue ngomong yang enggak-enggak karena gak punya hati." cerocos Aksa yang di balas sebuah tawa kecil dari Vanka.
Aksa tersenyum manis menatap kepergian Vanka dari hadapannya. Memang sederhana, tapi menurutnya ini lebih baik. Vanka itu berbeda, dia memilih menjadi sederhana dibanding mewah. Entahlah, setiap melihat Vanka rasanya Aksa ingin sekali menikahinya dengan segera.
Tak lama setelah kepergian Vanka, Serli berlari kecil dan merangkul lengan Aksa. Dia benar-benar tidak tahu malu, sudah tahu di tolak tetap saja mengejar.
"Kakak udah sarapan?"
"Hmmm."
"Jutek banget, nanti gantengnya ilang lho..."
"Bodo!"
"Issshhh, kok ngeselin?!"
Aksa memutar malas bola matanya dan berjalan dalam keadaan Serli masih merangkulnya. Di perjalanan itu, Serli nampak tidak suka, sesekali dia bertanya hal-hal kepada Aksa, namun semua jawaban yang keluar adalah jawaban yang sesingkat-singkatnya.
***
Vanka menatap sebatang cokelat yang dia beli dari supermarket bersama Aksa tadi pagi. Lalu, dia melihat ke arah Salsa yang sedang murung di bangkunya. Vivi dan Kania pun belum datang, jadi Vanka tidak usah keribetan dengan tahanan dua sahabatnya itu.
"Sal..."
Salsa spontan mendongak, dia terkejut saat Vanka menaruh sebatang cokelat di meja miliknya. Dia tampak diam, sementara Vanka menatapnya dengan penuh harap.
"Ngapain?!" tanya Salsa cetus.
"Buat lo, gue tau lo suka cokelat kalo lagi gak mood." jawab Vanka sambil tersenyum senang, akhirnya Salsa mau juga di ajak bicara.
"Gak butuh!"
"Gak di makan juga gak apa-apa, kok. Yang penting lo jangan sedih, oke!" Vanka menjulurkan jari kelingkingnya meminta sebuah kesepakatan.
Salsa menatap jari itu dengan cetus, ia membuang muka dan terlihat gusar. Tak lama, dia beranjak dan meninggalkan Vanka dengan tangan menggantung meminta sebuah tautan. Sayang sekali, Salsa salah paham perihal Vanka dan Radit.
Vanka mengambil cokelat itu, lalu dia memasukan cokelat itu ke dalam tas kecil yang diketahui milik Salsa. Vanka menepuk tas itu karena ada sedikit noda.
"Lo cepet sadar, ya. Gue cape kalo terus-terusan bujuk lo kayak gini." guman Vanka kepada tas Salsa.
"Vanka."
Vanka menoleh, dia dikejutkan dengan kehadiran Aksa di kelasnya. Ada apa Aksa datang kesini? Dia benar-benar tidak mengerti atau bagaimana, sih?! Jika Serli tahu dia datang kesini dan menemui Vanka, maka habis riwayat Salsa!
"Ke-kenapa?" tanya Vanka gugup.
"Ikut gue!"
"Kemana?!"
Aksa menarik lengan Vanka dengan paksa, entah ada sesuatu yang penting atau apa, tapi Vanka tidak bisa menahan. Rupanya Aksa membawa Vanka ke lapangan, dimana di sana semua orang sedang berkumpul, terutama Serli dan teman-temanya.
"What?!!" kaget Serli saat melihat Vanka berani berada di dekat Aksa.
"Sialan!!!" Gaby dan Beby mengumpat tidak terima.
"Yaudah, jalanin aja dulu." ujar Aksa sambil menepuk pundak Vanka.
"Hah?!"
"Lo sama gue itukan sekarang cuma temenan, jadi lo gak usah ngarep sama gue lagi, oke." perjelas Aksa sambil memasang senyuman semanis mungkin.
Vanka melihat ke kanan kiri, menatap semua orang yang sedang duduk melihat mereka. Vanka menelan berat ludahnya, lalu dia menatap manik hazel Aksa yang seolah menunjukkan sebuah isyarat di dalamnya.
"Kitakan mantan, jadi kita harus jaga hubungan kita. Jangan sampe karena kita mantanan, kita saling benci-bencian." Aksa benar-benar membuat Vanka kebingungan.
"M-maksudnya?"
Aksa meraih pundak Vanka dan menepuknya. "Kalo suatu saat gue punya pacar baru, lo gak boleh marah pokoknya, dan lo gak boleh benci pacar baru gue."
Vanka dibuat makin bingung dengan Aksa. Padahal nyatanya, Aksa seperti ini karena dia berniat menyindir Serli. Mengingat Serli adalah mantannya, yang membenci pacar baru Aksa, yaitu Vanka. Ya walau sudah jadi mantan juga, tetap saja menurut Aksa dia bisa kembali menjadi pacarnya.
"Gue tau lo cemburu, tapi tolong pikir dua kali deh rasa cemburu lo itu." kali ini Aksa meraih puncak kepala Vanka.
Serli tersenyum penuh kemenangan. Entah karena dia bodoh atau terlalu percaya diri, dia menyangka bahwa saat ini Aksa sedang mencoba untuk menjelaskan kepada Vanka bahwa Aksa akan memiliki pacar baru. Serli selalu melihat semua dari sisi yang berbeda, membuat dia terjatuh ke lubang yang sama. Gaby dan Beby memeluk Serli, memberikan sebuah ketenangan yang tiada duanya. Mereka tidak sadar, bahwa secara tidak langsung Aksa sedang menyindir Serli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa
Teen Fiction[COMPLETED] "Gue suka sama lo!" Sebenernya kalimat itu biasa. Cuma, yang ngomongnya itu lho yang luar biasa. @lindaaprillianti Dilarang meng-coppy,men-copas atau men-jiplak