Mungkin cukup untuk berlibur satu pekan di sana. Sekarang, Aksa dan kawan-kawan memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Seperti di awal, mereka pulang dengan mobil masing-masing dan pasangan masing-masing. Kecuali Salsa, dia datang kesini numpang ke Ryan sama Kania. Dan pulangnya, Alvaro dengan senang ingin memberikan tumpangan.
"Kak..."
"Apa?"
"Waktu itu aku minta maaf, ya."
"Buat?"
Vanka menatap ragu Aksa, "Ya, ya buat kejadian itu!"
"Kejadian yang mana?"
"Enggak ada, deh. Aku gak mau di turunin di tengah jalan."
Aksa menepuk kening Vanka dan tertawa gemas. Mendapat hal itu, Vanka mendelik dan menggembungkan pipinya sebal.
"Sakit!"
"Lebay!"
Vanka melipat kedua tangan di bawah dada tanda marah. Dia menaikan dagunya dengan wajah yang sombong. Biarlah, sekali-kali Aksa harus tahu sifatnya yang sesungguhnya.
"Mau gue turunin di sini?!" tanya Aksa bernada menekan dan canda.
"Eh, enggak!! Enggak dong!!" Vanka langsung merangkul lengan Aksa dan menyandar dengan manja.
Aksa terkekeh, lalu matanya menangkap sebuah stiker yang ada di depan mobilnya. Dia memicingkan kedua bola matanya.
"Van..."
"Ya?"
"Baca stiker itu, dong!" suruh Aksa sambil menunjuk sebuah stiker berbentuk kata-kata.
"Yang mana?"
"Yang tulisannya warna merah muda!" tunjuk Aksa sekali lagi.
Vanka mendelik, "Modus!"
"Emang tulisannya apa?" tanya Aksa sambil senyuma tertahan.
"Baca aja sendiri."
"Aku cinta kamu."
Vanka reflek menoleh, tidak menyangka Aksa akan membaca tulisan tersebut. Lalu, dia menyikut lengan Aksa karena salah tingkah.
"Dih, malah salah tingkah lo!" Aksa menyikut lengan Vanka sebagai pembalasan.
"Sakit, Kak!"
"Bodo!"
"Pinter!"
"Bego!"
"Cerdas!"
Aksa menarik wajah Vanka dan menempelkannya pada ketek yang paling wanginya. Vanka meronta ingin di lepaskan, namun Aksa semakin memaksa agar wajah Vanka menempel pada keteknya yang wangi itu. Ingetlho, parfum yang di pake Aksa gak neko-neko harganya.
"Bau!!"
"Idung lo jelek!"
Vanka merapikan rambutnya dengan wajah masam. "Ininih, akibat males mandi!"
"Eh, gue mandi sampe dua jam ya di sana!" Aksa mengoceh sambil menunjuk ke belakang.
"Bodo amat!"
Perjalanan hening setelah itu, Aksa memilih memejamkan matanya, lalu Vanka menyandar pada dada bidangnya. Aksa menghembuskan napas pendek, lalu Vanka mengikutinya. Mereka tertawa kecil, lalu diam lagi.
"Gue nempel stiker itu pas masih kecil, lho." ucap Aksa sambil terkekeh. "Gue masih bocah udah tau soal cinta-cintaan waktu itu."
"Beneran? Berarti mobil ini gak baru, dong?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa
Teen Fiction[COMPLETED] "Gue suka sama lo!" Sebenernya kalimat itu biasa. Cuma, yang ngomongnya itu lho yang luar biasa. @lindaaprillianti Dilarang meng-coppy,men-copas atau men-jiplak