🦋DEANITA-7

258 27 0
                                    

🦋

Suasana kelas XI IPA 3 mendadak gaduh karena adanya seorang murid baru. Siapa lagi jika bukan William, teman SMP Dea dan Indah. Kerumunan di meja seberangnya masih awet. Tak ada tanda-tanda siswi di kelasnya menjauh. Dan William tetap merespon siswi dikelasnya yang bertanya apapun.

Dasar narsis!

Tak habis pikir dengan jalan pikiran William. Dea memutuskan beranjak dari tempat duduk. Kakinya mengarah ke meja yang ada di depan meja Dean yang kebetulan kosong. Entah, kemana penghuninya.

Dea duduk menyamping masih memperhatikan kerumunan di meja William. Sejenak ia melirik laki-laki di belakangnya sekilas. Dean nampak acuh tak acuh saja dengan keadaan sekitar, seolah dunianya hanya ada pada ponsel yang dimiringkan. Mungkin sedang main game.

Sepi. Kali, ini Dea merasa kesepian lagi. Tak ada seorang yang ingin ia ajak ngobrol. Indah sakit. Begitupun dengan Nisa, dia juga izin. Cukuplah Dea merasa sepi di rumah. Tapi, tidak di sekolah juga.

Helaan napas Dea terdengar kasar. "Gue harus apa?" gumam Dea pelan.

"Cari angin," celetuk laki-laki di belakangnya.

Dea berbalik badan melihat Dean yang masih fokus main game. Apa benar tadi Dean yang bicara?

"Lo ngomong sama gue?" tanya Dea.

"Menurut lo?" Dean balik bertanya, dan pandangannya masih tak luput dari ponselnya.

Dea hanya diam membisu. Setelahnya beranjak dari kursi. Lagi pula, bertepatan dengan bel istirahat berbunyi. Jadi, Dea sekalian ke kantin saja. Meski sendiri.

Begitu Dea mendudukkan diri di kursi kantin. Tepukan seseorang mengagetkannya. Dea hanya mendelik melihat siapa yang menepuknya.

"Biasa aja, De."

"Tumben lo sendiri? Si Indah kemana?" tanya William.

"Sakit."

"Lo kenapa dah. Sariawan, sakit gigi, atau PMS." William menggaruk kepalanya bingung. Setahunya dulu saat SMP Dea tak secuek ini.

Dea mendelik lagi. "Bisa diem gak?!" Entah apa yang membuat Dea marah. Yang jelas Dea sedang tidak mood di ajak becanda.

🦋

Jam tangan hitam melingkar di pergelangan tangan, yang menunjukan pukul 17.00. Dean berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi, karena jam pulang sekolah sudah lewat sekitar dua jam lalu.

Pandangannya terfokus pada seorang gadis yang sedang bersandar di tiang depan kelas XI Bahasa. Dari samping tidak terlihat jelas. Dean melangkah mendekati gadis tersebut.

"Ada masalah?" Dean menepuk pundak gadis tersebut.

Rupanya gadis yang sedang bersandar di tiang depan kelas XI Bahasa adalah Dea. Tak ada respon dari Dea. Pandangannya menatap lurus ke arah seorang siswi yang sedang tertawa bersama orang tuanya.

Dean tak memusingkan hal tersebut. Kakinya kembali melangkah. Tak ada sedikitpun niatan Dean untuk bertanya lebih lanjut.

Kaki Dean berhenti melangkah begitu ada sebuah tarikan yang cukup keras. Dean berbalik. Tak ada sepatah kata yang keluar. Hanya tatapan mata yang seolah mengisyaratkan 'apa?'

"Ganti rugi lo!"

Dean tak mengerti dengan ucapan Dea. Ia hanya diam saja menunggu kelanjutan ucapan Dea.

"Mobil gue lecet gara-gara motor bebek sialan lo! Lo belum tentu bisa gant-"

"Perlu berapa?" Suara Dean berubah dingin.

"Mampu gak lo?" cibir Dea.

Sekarang Dean paham. Ini memang kesalahannya karena sembarangan parkir di parkiran khusus mobil pagi tadi.

"Berapa? Perlu sekalian gua ganti mulut lo sama yang lebih berkualitas! Sekalian mau gue sekolahin tuh mulut lo, biar lebih berpendidikan," balas Dean tak kalah pedas.

Dea menatap Dean tajam. "Jaga yah mulut lo!" Telunjuk Dea mengarah ke wajah Dean yang masih terlihat datar.

"Gak kebalik?" ejek Dean disertai senyuman meremehkan.

"Lo minta berapa?"

Tak ada sahutan dari Dea. Kaki Dean melangkah pergi. Sedangkan Dea masih diam mematung di tengah koridor. Ucapan Dean tadi, sangat pedas dan mampu memporak-porandakan hatinya.

Sialan lo Dean! Liat aja apa yang bakalan gue lakuin!

🦋

"Lo sakit apa?" tanya Dea basa-basi setelah meletakan satu plastik buah-buahan di atas meja.

Dea duduk di sisi kasur. Menatap Indah yang masih terbaring lesu dengan selimut yang menutupinya hingga dada.

"Demam, btw tadi Liam nanyain gue gak?"

"Iya nanyain."

"Terus, lo ngobrol gak sama Liam?"

"Gak, dia sibuk narsis sama cewek di kelas," jawab Dea santai.

"Caileh, tuh bocah masih aja narsis sama cewek. Gak bosen apa?" Indah ikut menambahkan kebiasaan buruk Liam saat SMP.

"Kapan sekolah?"

"Besok, lo kesepian?"

Raut wajah Dea sedikit lesu. Tapi, setelahnya kembali memasang wajah datar. "Gak sih b aja."

"Gue balik." Dea menutup pintu kamar Indah pelan.

Sejujurnya Indah sedikit merasa bersalah karena telah menyinggung hal sensitif itu. Meski begitu Indah akan selalu membantu Dea dalam keadaan apapun.

🦋


Jangan lupa tinggalkan jejak ❤️

DEANITA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang