🦋DEANITA-20

227 23 0
                                    

🦋


Hari minggu pagi Dea habiskan dengan mengerjakan tugas kelompok. Hari yang sungguh menyesakkan. Bukan sekadar kelompok biasa, tapi dicampuri dengan bumbu-bumbu sindiran. Meski sesak, tapi untunglah Indah dan beberapa teman sekelasnya ada yang membela.

"Lo yakin mau pulang sendiri?" tanya Indah setelah selesai kerja kelompok.

"Yakin," ucap Dea tanpa ragu. Ia tahu Indah masih khawatir dengan keadaannya. Tapi, Dea yakin dirinya sendiri akan baik-baik saja.

"Assalamualaikum." Selepas mengucapkan salam Dea melambaikan tangan, lantas berlari keluar gerbang.

Sebenarnya Dea tidak langsung pulang. Ia hanya berjalan-jalan di trotoar. Setelah kerja kelompok di sekolah, Dea merasa harus mampir ke suatu tempat.

"Nisa!" Dea sempat melihat Nisa yang memasuki Cafe D. Tapi, sayang Nisa tidak mendengar panggilannya.

Dea ikut memasuki Cafe D. Begitu di dalam Cafe, suasananya cukup ramai. Maklumlah weekend. Manik matanya menelusuri ke segala penjuru. Dan yah, ia menemukan Nisa yang duduk agak pojok.

Langkah Dea terhenti beberapa meter dari tempat Nisa duduk. Cukup terkejut dengan kedatangan Dean. Dari interaksi keduanya, Dea bisa simpulkan. Mereka berdua sudah janjian, dan sepertinya semakin akrab semenjak pertemuan minggu lalu.

Dea ragu untuk menghampiri Nisa. Dengan segala keraguan itu memilih memasuki Cafe D dan duduk di sembarang tempat.

Apa urusan Nisa sama Dean?

Atau cuma kebetulan?

Ah, mungkin cuma kebetulan. Baru juga sekali.


🦋

Entah kenapa Dea sedikit kesal, sebab akhir-akhir ini ia sering melihat Nisa dan Dean makan bersama di Cafe D. Meski kadang-kadang Nisa dan Dean membawa teman-teman mereka. Tetap saja, konsep Cafe D 'kan berkelompok. Jadi, setiap meja hanya di batasi dua kursi. Dan Nisa selalu bersama dengan Dean.

Ini sudah ke sepuluh kalinya Dea melihat Nisa ketemuan dengan Dean. Dan kali ini ia ingin tahu apa alasan keduanya sering bertemu. Bukankah Nisa sendiri yang memberitahu, jangan terlalu sering bertemu dengan laki-laki kalau tak ada urusan penting. Nanti timbulnya fitnah dan mendekati zina.

Cih, rasanya Dea muak dengan segala nasihat Nisa. Dia hanya bisa memberitahu tanpa bisa berkaca, apa perilakunya benar atau tidak?

"Nisa!" Dea memanggil Nisa dengan lantang, sampai beberapa pengunjung Cafe D banyak yang menoleh.

Nisa tersenyum. "Ayo duduk De," ucap Nisa.

"Gimana gue bisa duduk, kursinya aja cuma dua dan udah diduduki sama kalian berdua," sindir Dea dengan sedikit menekankan kata perkatanya dan menunjuk keduanya diakhir kalimat.

Nisa menarik salah satu kursi dari meja yang termasuk kelompoknya. "Ayo duduk!"

Dea duduk dengan sikap angkuh. Ia yang kebetulan duduk di antara Nisa dan Dean melirik keduanya dari ekor matanya. Kalau di perhatikan Nisa terlihat biasa saja dan Dean tampak datar seperti biasanya.

"Gue mau tanya," ucap Dea memulai pembicaraan setelah hening beberapa saat.

"Apa De?"

"Lo berdua akhir-akhir ini sering ketemuan yah?" tebak Dea, bukan nebak sih. Lebih tepatnya seperti menuduh, dilihat dari cara bicara Dea.

Lagi-lagi Nisa tersenyum. "Iya, ada yang mau ditanyakan lagi?"

"Lo berdua ada hubungan apa?"

Nisa tersentak kaget. "Aku gak ada apa-apa kok. Cuman ngebahas urusan aja," jawab Nisa.

DEANITA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang