02

3.2K 435 13
                                    

jangan lupa vote dan komen

sudah hampir sejam lia berkutat dengan catatan kimianya. dia bahkan gabisa nyelesein satu soal pun. rasanya lia pengen hilang aja.

dia menolah ke lino yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya. di sebelah kirinya ada buku nilai dan di sebelah kanannya ada berkas-berkas kantor.

jadi lino gak mudah. dia guru sekaligus pebisnis. bahkan lia sering terbangun tengah malam dan pria itu masih betah memandang layar laptopnya.

sedikit jahatkah dia kalau meminta bantuan pada lino?

"pak"

"kenapa?"

lino menjawab tanpa menoleh dari laptopnya.

"gajadi"

pria itu mendongak.

"nyerah ya?"

lia menghela napas. otaknya sudah panas bahkan sebelum memecahkan satu soal pun. gadis itu menjatuhkan kepalanya di atas meja.

lino terkekeh kemudian menaruh laptopnya di sisi ranjang yang kosong. dia berjalan menghampiri lia.

"tawaran saya masih berlaku"

"gabisa gratis?"

"mana bisa. saya kan pebisnis, harus ada untungnya di saya"

lia mendengus tidak senang.

"coba sebutin syaratnya"

lino tersenyum senang.

"satu soal cium pipi sebelah, dua soal cium pipi dua-duanya. kalo mau di temenin sampe selesai di bibir"

lia mendecak tidak suka. lino suka sekali mengambil keutungan.

"yang pertama aja"

lino tersenyum. dia menyodorkan pipi kanannya. membiarkan lia menciumnya.

"udah"

"yang mana?"

"ini"

lia menunjuk buku paketnya kemudian lino mengambil kursi dan duduk di samping lia.

sampai akhirnya soalnya berhasil di pecahkan, pria itu kembali ke kasur dan melanjutkan pekerjaannya.

lia kembali berkutat dengan soal berikutnya.

parahnya, dia kembali tidak bisa menyelesaikan soal berikutnya. lia merutuki kebodohannya. dia menutup bukunya dan berjalan kearah ranjang.

lino tidak menyadari pergerakan lia. hingga pada akhirnya, laptopnya di tutup tiba-tiba oleh sang tunangan. lino mendongak.

"capek"

gadis itu duduk di atas paha lino setelah memindahkan laptop lino dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher lino. membuat pria itu terkekeh pelan sambil mengelus punggung si gadis. memberikan ketenangan.

"bapak kenapa harus jadi guru kimia sih?"

"karena saya suka"

lia mendecak tidak setuju. kimia terlalu rumit untuk otaknya yang terlalu simple.

"belajar lagi sana, soalnya susah loh"

"gamau. pusing"

lino terkekeh. mengecupi pipi lia penuh sayang. gadis itu mendongak. tanpa aba-aba, dia mencium bibir lino. membuat si pria terdiam beberapa saat.

ketika lia ingin menarik wajahnya, lino kembali menekan tengkuk lia dan memperdalam ciuman mereka.

bibir keduanya saling memagut. merindukan satu sama lain.

tangan lia sudah mengalung di leher lino. membuat mereka tidak berjarak sedikit pun.

keduanya melepaskan tautan ketika merasa pasokan oksigen semakin berkurang. lia terengah dengan bibir yang mulai membengkak.

rupanya, lino tidak puas sampai disitu. dengan tergesa, dia kembali mencium bibir sang tunangan. mendorong bibir lia agar terbuka.

hingga pada akhirnya, suara bel membuat keduanya harus berpisah. menyadari jam masih menunjukkan pukul 8. memungkinkan orang untuk bertamu.

"loh? mama kira gaada orang, soalnya mama panggil gaada yang nyahut"

lia yang entah sejak kapan duduk di meja belajarnya, menjawab.

"ga denger, mah"

keadaan canggung. tapi, sang mama menyadari sesuatu. rambut lino yang sedikit berantakan dan lia yang tidak menoleh padanya. dia menyadari kalau waktu berkunjungnya salah.

"maaf ya, mama ganggu"

kalimat mama penuh dengan godaan. membuat lia diam-diam tersenyum malu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🖇KIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang